Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Ini Saatnya (1)



Ini Saatnya (1)

Mereka pikir tinggal di hutan bambu akan memberikan ketenangan yang mereka inginkan. Mereka tak pernah berpikir bahwa murid lain akan begitu berani untuk menerobos masuk ke dalam hutan dan mengganggu ketenangan.     

Fan Zhuo menatap Ah Jing tidak senang, tahu betul apa yang telah ia lakukan.     

"Ah Jing, jika sesuatu seperti ini terjadi sekali lagi, kau bisa kembali ke akademi." Fan Zhuo berkata sambil cemberut. Ah Jing sudah lama berada di situ hingga ia sudah seperti tumbuh dewasa bersamanya. Ah Jing selalu mendahulukan kepentingan Fan Zhuo di atas kepentingannya sendiri dan walaupun ia sangat setia, ia tak terlalu pintar. Faktanya Jun Xie telah merawat Fan Zhuo untuk beberapa saat dan kondisinya menunjukkan sebuah kemajuan. Namun bahkan itu masih tidak menghalanginya percaya dengan rumor di akademi, dan Fan Zhuo tidak memiliki pilihan selain memberikan ultimatum padanya.     

Ah Jing berdiri menatap kosong di halaman seraya melihat tatapan dingin yang dilemparkan Fan Zhuo. Ah Jing merasa dirinya disambar petir dan ia mengepalkan tangannya, sebelum ia berpaling menatap Jun Xie.     

Jun Wu Xie memandang Ah Jing dan mencabut sehelai daun bambu dan memegangnya di depan matanya sebelum ia berbalik dan berjalan pergi tanpa mengatakan apa pun.     

Fan bersaudara mengikuti Jun Xie ke gubuk dan Fan Zhuo mengamati Jun Xie dengan cermat. Namun, ia tak melihat ada yang berbeda dari biasanya dan tak ada kemarahan dalam dirinya.     

"Xie Kecil, apa maksud tindakanmu tadi?" Fan Zhuo melihat tindakan Jun Xie ketika ia meletakkan daun bambu itu di depan matanya dan itu membuat Fan Zhuo penasaran.     

**"Tidak bisa melihat hutan karena pepohonan di depan mata." Jun Wu Xie menuang teh untuk dirinya dan duduk menyesapnya perlahan. Fan bersaudara bertukar pandang dan mereka langsung paham.     

Jun Xie pasti sudah tahu kebencian Ah Jing terhadapnya dari awal dan pada insiden hari ini, Jun Xie pasti berpikir persis seperti mereka. Jun Xie tak mengatakan apa pun tetapi hanya memberikan petunjuk sebagai jawaban terhadap aksi Ah Jing hari ini.     

"Uhuk, kau seharusnya tidak mengambil hati atas kejadian hari ini. Aku jamin hal seperti ini tidak akan terjadi lagi." Fan Jin menjernihkan tenggorokannya sendiri seraya berkata demikian. Jika itu orang lain, ia mungkin akan memukul orang itu. Tetapi Ah Jing begitu setia terhadap Fan Zhuo selama bertahun-tahun dan tinjunya menjadi agak ragu untuk mendarat di wajah Ah Jing.     

Jun Wu Xie memandang Fan Jin tetapi tetap diam.     

Jamin hal seperti itu tak akan terjadi lagi?     

Mulut Jun Wu Xie melengkung, tetapi tidak ada kehangatan sama sekali di wajahnya.     

Seperti yang diharapkan, dua hari kemudian, lelucon yang sama terjadi lagi di hutan bambu. Itu adalah kelompok murid lain kali ini tetapi isinya hampir sama.     

Ah Jing bahkan tak repot-repot muncul kali ini dan membiarkan teriakan sumpah serapah itu terus berlangsung. Fan Jin tidak ada di situ kali ini dan hanya Fan Zhuo dan Jun Wu Xie yang ada di sana. Berhadapan dengan teriakan murid-murid itu, Fan Zhuo baru saja hendak keluar dan mengusir mereka ketika Jun Wu Xie menghentikan dirinya.     

"Biarkan mereka." Jun Wu Xie sangat tenang di dalam ruangan.     

"Kau tidak marah?" Fan Zhuo menatap wajah Jun Xie yang tanpa ekspresi dan ia sangat mengagumi Jun Xie karena kemampuannya mengendalikan diri.     

"Aku sedang mendengarkan." Jun Wu Xie menjawab.     

"Mendengarkan apa?"     

"Mendengarkan apa yang dilakukan orang di belakang semua ini." Jun Wu Xie melihat teh di dalam cangkirnya dan matanya terpaku pada daun teh hijau pucat di tengah permukaan teh. Jun Wu Xie mendorong daun teh yang mengambang itu permukaan air teh beriak hingga ke bagian pinggir cangkir. Fan Zhuo tidak menjawab, tak mengerti apa yang dimaksud Jun Xie.     

"Hari perburuan roh akan segera tiba." Jun Wu Xie menengadah, seraya melihat ke jendela, menatap hutan bambu hijau yang menenangkan.     

"Itu benar." Fan Zhuo tak dapat memahami apa yang dipikirkan Jun Xie.     

"Ini waktunya." Jun Wu Xie mengembalikan pandangannya ke dalam kamar. Semua sesuai rencana. Ia telah mendesain ulang teknik penyembuhan roh. Dan waktunya sudah tiba.     

"Xie Kecil?" Mata Fan Zhuo tetap terpaku pada Jun Xie selama ini. Ia tiba-tiba merasa sebuah perubahan pada diri Jun Xie dan ia berbeda dari dirinya yang biasa. Ketenangan yang tak dapat diterobos perlahan telah menghilang dari matanya dan tergantikan dengan kengerian.     

** Catatan penerjemah: "Tidak bisa melihat hutan karena pepohonan di depan mata", adalah sebuah ungkapan yang artinya seseorang tak bisa melihat gambaran yang lebih besar dan hanya melihat apa yang ada di depan matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.