Perburuan Roh (1)
Perburuan Roh (1)
Yin Yan menjawab, "Aku yakin. Aku menyuruh orang untuk mengawasi Fan Jin baik-baik. Walaupun ia sedikit terlambat, ia berada di kereta yang sama dengan Fan Jin."
"Oh?" Ning Xin menoleh, wajahnya yang cantik penuh intrik. "Ia benar-benar muncul. Sepertinya kau berhasil melakukannya dengan baik, memancing dia supaya datang."
Yin Yan tersenyum tetapi tidak menjawab, hatinya berkecamuk dalam kemarahan.
Ia tak lupa kata-kata yang disampaikan kembali padanya oleh para murid hari itu dari Jun Xie!
Jun Xie menyebutnya seekor anjing!
Kepalan tinjunya tersembunyi di balik lengan bajunya dan mata Yin Yan berkilat keji.
Ia akan membiarkan Jun Xie bersikap angkuh untuk beberapa hari lagi, dan ketika mereka berada di Hutan Pertempuran Roh, Jun Xie akan melihat bahwa dirinya tak akan keluar hidup-hidup dari hutan!
"Walaupun Jun Xie akan menjadi sebuah halangan, tetapi keahlian Fan Jin tetap tidak dapat diremehkan. Kita harus menyuruh orang untuk menguji kemampuan mereka." Ning Xin memperingatkan. Setelah diam sejenak, ia melanjutkan, "Si sampah Li Zi Mu itu di sini juga. Ia begitu bangga dengan dirinya sendiri sebelum ini, biarkan dia yang pertama mengetes mereka. Ia mungkin hanya seonggok sampah, tetapi roh cincinnya tidak terlalu payah. Roh cincin tingkat lima … huh, sangat sayang dimiliki oleh sampah seperti dia."
"Benar! Aku akan bicara padanya mengenai hal ini. Sudah agak lama Senior Ning tidak berjumpa dengannya dan anak itu sedikit cemas." Yin Yan diam-diam menyombongkan diri tetapi ia menyembunyikannya dengan baik ketika mengucapkan kata-kata itu. Ia tak bertatap muka dengan sampah idiot itu selama ini dan setelah tinggal di Fakultas Penyembuh Roh begitu lama, ia masih tak bisa menangkap dasar-dasar teknik penyembuhan roh. Ia benar-benar tak berguna.
Sampah tak berguna seperti ini telah lama ditinggalkan oleh Ning Xin.
Ning Xin tertawa dingin dan berkata, "Sudah bodoh dan dungu seperti itu, dan ia masih ingin aku menemuinya?"
"Jangan lupa, selama perjalanan kita ke Hutan Pertempuran Roh, ingatkan mereka untuk terus mengganggu Jun Xie. Akan lebih baik jika mereka dapat memaksa Fan Jin untuk melangkah maju membelanya sehingga reputasi Fan Jin akan semakin jatuh." Ning Xin memerintah dengan kejam.
"Ya, Senior Ning!"
….
Rombongan Akademi Angin Semilir telah melakukan perjalanan sepanjang hari dan akhirnya berhenti ketika senja akan tiba. Mereka sudah menempuh setengah perjalanan menuju ke Hutan Pertempuran Roh dan seperti yang diperkirakan mereka akan memerlukan satu hari lagi setidaknya sebelum mereka sampai di tujuan.
Semua murid keluar dari kereta mereka. Tersentak-sentak di dalam kereta seharian, membuat badan mereka semua sakit dan nyeri.
Api unggun telah dinyalakan dan murid-murid yang kelelahan duduk mengelilingi itu, memegang makanan panas di tangan mereka dan menyeruput minuman hangat, dalam kelompok-kelompok kecil bertiga atau berlima.
Setelah kereta terakhir berhenti, dua sosok pemuda turun dari kereta dan murid lain di dekat situ menatap mereka, semua pandangan tertuju pada sosok mungil di antara mereka.
""Cuih! Bagaimana bisa orang itu masih tidak tahu malu dan tetap berada di Akademi Angin Semilir? Aku sudah lama tidak melihatnya dan berpikir ia sudah pergi dari sini selamanya!" Salah satu murid mengutuk dengan bisikan kencang.
"Apa yang ia lakukan di sini? Tidakkan ia tahu bahwa Perburuan Roh penuh bahaya?"
"Bahaya? Kau seharusnya mengatakan itu pada yang lain! Bukan padanya, tidakkah kalu lihat siapa yang datang bersamanya? Itu Fan Jin! Peringkat keempat di Turnamen Pertempuran Roh yang lalu! Memandu bocah tidak tahu malu itu di dalam Hutan Pertempuran Roh selama beberapa hari akan menjadi sebuah permainan anak-anak baginya. Terlebih lagi, ketika kau membunuh roh binatang buas, mereka akan menjatuhkan batu roh. Dengan Fan Jin memimpin di depan, si kecil itu hanya perlu berjalan di belakang memungut batu roh itu tanpa harus menggerakkan satu jari pun, kenapa ia tak mau datang?"
"Apa yang dilihat Senior Fan pada anak itu, bocah itu jelas tidak tahu malu tetapi Senior Fan masih melindunginya."