Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kota Chan Lin (6)



Kota Chan Lin (6)

Fan Zhuo menjawab, sedikit merona, "Aku lumayan bisa."     

"Maka kami serahkan semua padamu." Tanpa berkata-kata lagi, Qiao Chu menyerahkan batu roh miliknya pada Fan Zhuo.     

Fan Zhuo terkejut. Ia berpikir Qiao Chu dan yang lain akan bertanya lebih banyak padanya mengenai hal itu sebelum menyerahkan batu roh yang mereka miliki untuk ditempa menjadi sebuah cincin roh karena menempa sebuah cincin walaupun kecil, jika sang pengrajin cincin memiliki motif lain dan melakukan perbuatan licik dalam proses pembuatan cincin, itu akan membahayakan bagi roh cincin mereka. Tetapi Qiao Chu dan kelompoknya hanya bertanya apakah ia bisa melakukannya dan mempercayakan sepenuhnya tugas penting itu padanya. Itu berada di luar bayangan Fan Zhuo.     

Setelah itu, Hua Yao dan yang lain juga menyerahkan batu roh mereka pada Fan Zhuo, tanpa ragu-ragu sedikit pun.     

"Aku percaya dengan penilaian Xie Kecil terhadap orang." Qiao Chu berkata padanya sambil tertawa.     

Kawan kecil mereka sangat tajam dan cerdik dan jika ia tak mempercayai orang ini, ia tak akan mengajaknya dalam perjalanan ini.     

Fan Zhuo tertawa, tawanya berkilauan di matanya.     

"Aku tak akan mengecewakan kalian. Tetapi untuk menempa roh cincin, aku akan memerlukan beberapa hal. Aku akan lihat apakah ada yang sesuai di rumah lelang." Fan Zhuo tak ingin terlalu banyak menjelaskan, ia merasa penghargaan terbaik untuk kepercayaan mutlak mereka adalah melakukan pekerjaan yang baik untuk mereka.     

Setelah rencana mereka ditetapkan, kelompok sekawan itu mulai mengobrol dengan meriah. Dengan adanya Fan Zhuo, Qiao Chu menjadi pelawak sekali lagi dan suara tawa memenuhi ruangan itu.     

Hua Yao dan yang lain merasa sama, dibandingkan dengan Fan Jin yang lurus dan teguh, Fan Zhuo yang sering tersenyum ini jauh lebih mengasyikkan dipandang mata.     

Kota Chan Lin hanya memiliki satu rumah lelang dan itu bernama Rumah Lelang Chan Lin. Mereka mengadakan lelang setiap tiga hari sekali dan hari ini kebetulan adalah hari lelang. Setelah makan malam, enam sekawan itu keluar dari penginapan. Dibandingkan dengan siang hari, Kota Chan Lin jauh lebih sibuk di malam hari. Lima obor menyala, menerangi jalanan di kegelapan malam. Lampion yang warna-warni dinyalakan, digantung tinggi, menghiasi jalanan ramai dan gang-gang kecil.     

Masih banyak lagi hal-hal menarik yang menghiasi pemandangan Kota Chan Lin di malam hari. Panggung-panggung yang menghadirkan pertunjukan sirkus dan opera bermunculan dan para pedagang memenuhi jalanan menjajakan barang-barang dagangan mereka.     

Jalanan utama begitu ramai sehingga sulit untuk melewatinya dan kebanyakan isinya adalah para murid Akademi Angin Semilir. Orang-orang dari berbagai kelompok kekuasaan juga datang mencari para murid Akademi Angin Semilir ini. Walaupun murid Akademi Angin Semilir masih belum lulus dan berkiprah di dunia luar, tetapi karena reputasi Akademi Angin Semilir yang sangat terpandang, murid-murid mereka adalah yang terbaik. Kelompok kekuasaan itu berniat untuk mengambil para pemuda itu ketika mereka masih belum berpengalaman dan jujur, dan setelah mereka lulus, mereka akan menjadi kekuatan tambahan bagi kelompok mereka.     

Karena alasan itu, Kota Chan Lin menjadi sangat ramai di masa-masa seperti ini.     

Keenam pemuda, melebur ke dalam lautan manusia dan langsung ditelan keramaian.     

Karena berdesakan, Jun Wu Xie tidak membawa Tuan Mbek Mbek dengannya tetapi meninggalkannya di penginapan dengan kucing hitam kecil, memaksa kucing hitam kecil untuk bertindak sebagai wali.     

Dalam perjalanan, Fan Zhuo berharap ia memiliki lebih banyak mata untuk melihat pemandangan di sekeliling mereka. Desakan lautan manusia tanpa batas membuat kegembiraan di dalam diri Fan Zhuo perlahan bertumbuh. Berkat tubuh tinggi dan kuat Qiao Chu, ia dapat melindungi Fan Zhuo dan Jun Wu Xie, dan itu mencegah kedua kawannya, yang satu lemah dan ringkih, dan yang lain kecil mungil, terpisah dari kelompok, dengan begitu banyak gelombang massa yang menerjang.     

Bahkan dengan tameng manusia mereka, ketika kelompok itu tiba di bagian jalan yang tidak terlalu ramai, pakaian Fan Zhuo sudah terkoyak parah.     

"Tempat ini benar-benar penuh dengan orang!" Fan Zhuo berseru penuh semangat, wajahnya tersenyum lebar.     

"Kau menyukainya?" Qiao Chu bertanya, terengah-engah seraya menatap Fan Zhuo. Mereka tidak tahu ia hampir kehilangan sepatunya ketika berjalan melewati lautan manusia itu.     

"Tidak juga, tetapi ini adalah sebuah pengalaman baru!" Fan Zhuo berteriak kesenangan.     

"Kita perlu menyeberangi dua jalanan lagi sebelum tiba di rumah lelang. Jika kita bergegas sekarang, seharusnya kita masih bisa berpartisipasi di bagian kedua pelelangan." Fan Zhuo berkata, menunjuk peta di tangannya, membandingkan penanda jalan di peta dan di area tempat mereka berdiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.