Kota Chan Lin (2)
Kota Chan Lin (2)
"Aku lihat-lihat dulu." Jun Wu Xie menjawab, mengusap tubuh wol Tuan Mbek Mbek, dan matanya memicing karena puas.
Tidak banyak yang ingin dibelinya, tetapi ia memiliki tumpukan barang yang ingin ia jual.
Selain tumpukan batu roh yang mereka kumpulkan dari Hutan Pertempuran Roh, Jun Wu Xie memiliki sejumlah ramuan di tangannya. Ramuan itu disuling ketika ia berada di Klan Qing Yun, ketika ia tak memiliki banyak hal untuk dilakukan, dan ramuan itu pun menumpuk.
Dalam perjalanan menuju ke rumah lelang ini, ia berniat untuk melihat apakah ia dapat menemukan tungku untuk mengolah pil atau sesuatu yang lebih sesuai untuk menyuling ramuannya. Itu untuk menyibukkan dirinya sendiri di waktu luangnya di Akademi Angin Semilir. Sejak Yan Bu Gui memberikan tas alam semesta padanya, ia tak perlu khawatir tidak memiliki tempat untuk menyimpan semua ramuannya.
Fan Jin mungkin sedikit terlalu penuh belas kasih, tetapi meskipun begitu ia sangat cermat ketika mengatur perjalanan ini untuk mereka. Ia tak hanya mengatur kereta kuda untuk Fan Zhuo dan Jun Wu Xie, ia telah mengatur semua detail untuk Qiao Chu dan yang lain. Dari memastikan mereka memiliki ruang cukup di dalam kereta hingga pemesanan tempat penginapan mereka di Kota Chan Lin, tidak ada yang terlupa. Begitu mereka tiba di Kota Chan Lin, Jun Wu Xie tidak perlu khawatir untuk menemukan anggota kelompok lain dan berkumpul bersama mereka.
Rencana yang dibuat dengan teliti ini telah membuat dua orang yang memiliki kelemahan untuk terhadap binatang berbulu ini, bisa bepergian tanpa kekhawatiran, dan memanjakan diri dengan memeluk dan membelai makhluk berbulu di dalam kereta, ekspresi di wajah mereka begitu berseri-seri karena bahagia.
Kereta itu terus melaju, dan akhirnya tiba di Kota Chan Lin.
Mereka tiba tepat waktu makan siang, dan jalanan dipenuhi dengan orang. Banyak di antara mereka adalah remaja yang mengenakan seragam Akademi Angin Semilir, menggendong tas besar dan kecil di punggung mereka, berjalan di tengah kerumunan tanpa lelah, menuju ke sudut Kota Chan Lin.
Satu-satunya hal yang tidak kekurangan pada murid Akademi Angin Semilir adalah, uang!
Kusir yang mengantar kedua penumpangnya tiba di depan pintu penginapan yang telah dipesan Fan Jin untuk mereka dan memarkir kereta serta beristirahat di tempat lain setelah mengantar penumpangnya.
Ini adalah pertama kalinya Fan Zhuo melihat keramaian orang-orang yang sibuk dengan urusan dan bisnis mereka. Para pedagang asongan di kedua sisi jalan menjajakan barang dagangan mereka dan walaupun itu tengah hari, lampion yang bergantungan memberikan suasana perayaan di tempat ini dan seraya ia mengamati orang-orang yang berlalu-lalang, mata Fan Zhuo berbinar-binar kagum.
Mereka berdua mengenakan busana kasual dan ketika disandingkan dengan para murid yang mengenakan seragam Akademi Angin Semilir menyeberangi jalan, mereka terlihat tidak terlalu mencolok.
Setelah ia puas menikmati suasana ini, Fan Zhuo akhirnya mengangkat kakinya untuk masuk ke dalam penginapan itu bersama Jun Xie.
Tetapi sebelum ia bahkan dapat mencerna semua hal yang baru saja dilihatnya, sebuah teriakan terdengar dari dalam penginapan dan hampir membelah atap!
"Ini sebuah lelucon! Pertama datang pertama dilayani, apakah kau tidak tahu itu!? Kami sudah memesan kamar itu di muka, mengapa harus diberikan padamu?" Suara yang familiar menggema di dalam penginapan itu dan Jun Wu Xie yang berjalan di samping Fan Zhuo melirik.
Di aula utama di lantai dasar, beberapa pemuda terpisah di dua sisi, terlibat dalam sebuah perdebatan.
Salah satu kelompok pemuda itu mengenakan seragam Akademi Angin Semilir dan mereka berdiri dengan dagu terangkat tinggi, sikap mereka sangat angkuh.
Di sisi lain, ada tiga pemuda dan seorang gadis. Mereka lebih muda dan pemuda tampan di antara mereka kini menapakkan satu kakinya di atas sebuah bangku, dengan tegas menghalangi tangga naik ke lantai dua.
Tamu lain di lobi utama semua menonton dengan penasaran percikan yang menyebar di udara. Mereka ingin lanjut mengatakan sesuatu tetapi mereka tidak berani bertindak gegabah.
Seorang pemuda di antara kelompok remaja yang mengenakan seragam Akademi Angin Semilir melangkah maju dan tertawa sengit pada pemuda yang menghalangi jalan mereka.
"Anjing baik tidak menghalangi jalan manusia. Pertama datang pertama dilayani tidak masuk akal. Penginapan adalah tempat bisnis, dan mereka tentu saja akan menyediakan kamar pada siapa pun yang mampu membayar. Jika kau berpikir itu tidak adil, kau bisa menawar harga lebih tinggi daripada kami. Jika tidak bisa, maka menggonggong saja di tempat lain!"