Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Arena Binatang Roh (1)



Arena Binatang Roh (1)

Jun Wu Xie melirik Tuan Mbek Mbek di tangannya. Binatang Roh dan Tubuh Spiritual memiliki perbedaan yang spesifik. Kucing hitam kecil membuat orang merasa ia sangat mirip seperti sebuah roh cincin, sementara Tuan Mbek Mbek di sisi lain, bahkan ketika ia menyembunyikan wujud aslinya sebagai Binatang Roh Kelas Pelindung, masih jelas bagi orang bahwa ia adalah seekor Binatang Roh.     

"Mengambilnya di jalan." Jun Wu Xie menjelaskan dengan acuh tak acuh.     

Tetapi itu memang benar.     

Qing Yu masih merasa bingung dan ia melanjutkan perkataannya, "Maka sobat kecil ini pasti sudah disatukan oleh takdir dengan Tuan Muda Jun. Menilai dari ukurannya, ia seharusnya Binatang Roh kelas bawah. Namun bahkan untuk Binatang Roh kelas bawah, mereka tetap tidak senang dan biasanya menolak manusia dan jarang dekat dengan manusia dengan inisiatifnya sendiri. Mungkinkah sobat kecil ini adalah Binatang Roh yang amat muda dan belum mengerti untuk berwaspada?"     

Qing Yu bukan memandang rendah Tuan Mbek Mbek sama sekali tetapi karena Binatang Roh yang sudah dewasa akan sangat berwaspada dan berhati-hati dengan manusia dan hanya Binatang Roh yang masih bayi yang membiarkan diri mereka dibawa begitu saja dan tidak melawan sama sekali.     

"Mbeek!"     

[Kau yang tidak dewasa! Tuan Mbek Mbek sudah dewasa! Kau manusia sembrono!]     

"Tidak tahu." Jun Wu Xie menjawab acuh tak acuh. Tuan Mbek Mbek adalah kartu trufnya dan hanya dalam keadaan sangat terpaksa, ia akan membiarkan orang tahu kekuatan Tuan Mbek Mbek yang sebenarnya.     

Qing Yu sudah menghabiskan banyak waktu bersama Jun Xie dari selama perjalanan menuju ke Kota Seribu Monster dan ia tahu bahwa karakter Jun Xie seperti ini. Maka, ia tidak tersinggung dengan jawaban Jun Xie yang singkat dan dingin.     

Kota Seribu Monster juga adalah tempat yang sangat sibuk. Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan Ibu Kota Kekaisaran Negeri Api, kota itu tetap dipenuhi banyak orang dan kebisingan.     

Namun, di sini, selain jalanan dipenuhi dengan banyak orang, Binatang Roh besar dan kecil dapat dilihat di mana-mana. Mereka digendong di tangan orang atau berjalan di antara orang dengan memakai tali, pemandangan ini juga membuat Jun Wu Xie yang menggendong Tuan Mbek Mbek di tangannya terlihat sangat normal.     

Di Kota Seribu Monster, apa yang sering dilihat adalah tempat yang menjual bayi-bayi Binatang Roh.     

Binatang Roh dewasa sangat sulit untuk dijinakkan dan jika orang ingin menjinakkan Binatang Roh, mereka akan pergi dan mencari Binatang Roh kecil yang baru saja dilahirkan. Di kedua sisi jalan, banyak Binatang Roh kecil yang terkunci di dalam kandang yang melihat dengan mata naif dan acuh tak acuh, melihat kesibukan orang-orang yang mondar-mandir di sekitar tempat itu. Sebelum kesadaran dan kewaspadaan tumbuh, mereka sudah ditangkap dan diletakkan di dalam kandang, dipajang seperti barang, ditumpuk satu sama lain, menunggu untuk dibeli.     

Jun Wu Xie menatap Binatang Roh mungil yang terkunci di dalam kandang-kandang itu dan keningnya mengerut tajam. Di kehidupan masa lalunya, ia telah melihat pemandangan seperti ini. Dalam upaya melakukan percobaan peleburan binatang, orang itu telah menangkap dan membawa kembali berbagai varietas binatang buas. Ketika malam tiba dan suasana hening, raungan dan lolongan binatang buas liar akan selalu terdengar di seluruh vila. Sepanjang periode itu, di seluruh vila akan selalu semerbak dengan bau darah yang sangat kuat sepanjang hari.     

Satu-satunya hal yang menenangkan di sini, adalah di Kota Seribu Monster, kejahatan terhadap Binatang Roh jelas dilarang. Dan jika dibuktikan bersalah, pelakunya akan dihukum dengan berat.     

Namun bahkan jika itu kejadiannya, kening Jun Wu Xie tanpa sadar masih berkerut.     

Sejumlah orang telah membawa anak-anak mereka untuk memilih Binatang Roh ini. Mereka sangat kasar terhadap Binatang Roh muda itu dan bayi-bayi lugu yang belum mengerti apa-apa itu sangat ketakutan dan tidak nyaman. Di sepanjang jalan, ratapan lemah dan lembut dapat didengar di mana-mana, suara mereka terdengar seperti ketakutan dan tak berdaya.     

"Semua Binatang Roh kecil ini, kebanyakan ditangkap di hutan yang mengitari Kota Seribu Monster, dan sebagian lagi lahir dari Binatang Roh yang telah dijinakkan orang di kota. Harga Binatang Roh kecil yang dilahirkan di kota selalu lebih mahal daripada yang ditangkap dari alam liar, karena mereka biasanya lebih lembut dan mudah dijinakkan, dan juga jumlah mereka hanya sedikit." Qing Yu menyadari mata Jun Xie terpaku melihat kandang-kandang itu dan ia pikir pemuda ini tertarik pada mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.