Arena Binatang Roh (3)
Arena Binatang Roh (3)
Begitu mereka menerima Gelang Penjinak Roh, mereka kemudian bisa pergi ke salah satu Balai Klan pilihannya, untuk bergabung sebagai anggota.
Empat Balai Klan Kota Seribu Monster memiliki kriteria yang amat ketat untuk menyeleksi anggota mereka dan tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan. Qu Wen Hao ingin menemukan individu dengan bakat hebat di Kota Seribu Monster dan tidak ingin orang mereka yang berbakat diabaikan dan tenggelam begitu saja, maka ia mendirikan Arena Binatang Roh di kota.
Peraturannya kelihatannya cukup sederhana di permukaan tetapi ada banyak orang yang berulang kali menantang. Untuk mempertahankan posisi di peringkat terbaik selama sepuluh hari berturut-turut benar-benar sangat sulit.
Qing Yu menjelaskan aturan ini pada Jun Xie seraya ia memandu pemuda itu ke tempat tersebut.
Arena Binatang Roh terletak di pusat Kota Seribu Monster dan wilayahnya cukup luas. Para penjaga yang berdiri di pintu masuk akan memeriksa setiap orang yang masuk ke tempat itu.
Di dalam Arena Binatang Roh, hanya pertempuran antar Binatang Roh yang dilakukan dan mereka dengan tegas melarang segala bentuk kecurangan atau penipuan. Jika ada yang berani melakukan cara yang tidak etis untuk menang, semua pelaku yang tertangkap akan dihukum dengan berat. Dalam kasus yang lebih serius, orang-orang ini bahkan bisa diusir keluar dari Kota Seribu Monster.
Karena Qing Yu adalah Wakil Kepala Balai Amukan Api, para penjaga segera mengenali dirinya dan menunjukkan sikap hormat kepadanya.
Namun peraturan Arena Binatang Roh masih dipegang teguh dan bahkan ketika Jun Xie dibawa masuk oleh Qing Yu, mereka melakukan pemeriksaan lengkap seperti biasa. Hanya setelah memeriksa Jun Xie dan Qing Yu dengan teliti, baru kemudian mereka diperbolehkan memasuki arena.
Arena Binatang Roh berada di area terbuka dan panggung pertempuran sepenuhnya terbuka menghadap ke langit. Hanya bangku penonton yang berada di sekeliling panggung pertempuran di mana semua orang duduk memiliki atap.
"Sejumlah Binatang Roh yang telah dijinakkan adalah varietas yang bisa terbang dan jika atap ditutup, maka itu akan sangat membatasi gerak Binatang Roh itu. Maka, supaya adil bagi semua, panggung pertandingan sama sekali tidak beratap." Qing Yu menjelaskan pada Jun Xie, menunjuk langit yang terbuka di atas panggung pertandingan.
Jun Wu Xie diam-diam mengamati situasi di dalam Arena Binatang Roh. Seluruh arena itu dapat dikatakan penuh hingga batas kapasitasnya. Orang-orang Kota Seribu Monster suka menjinakkan Binatang Roh dan mereka semua ingin menunjukkan buah kerja keras mereka di depan mata semua orang, untuk membuktikan bahwa mereka berbakat dalam menaklukkan Binatang Roh. Semua pertandingan duel dan pertarungan antar Binatang Roh dilarang di tempat lain di Kota Seribu Monster dan itu alasannya mengapa Arena Binatang Roh menjadi tempat yang sangat populer di Kota Seribu Monster.
Banyak orang yang membawa Binatang Roh yang tidak terlalu besar ketika mereka duduk menunggu di pinggir. Binatang Roh lain yang terlalu besar tidak diperbolehkan menunggu di pinggir seperti mereka tetapi dipindahkan ke ruang bawah tanah di bawah Arena Binatang Roh di mana mereka akan dikurung untuk sementara waktu, dan hanya ketika giliran bertarung mereka tiba, mereka akan dilepaskan.
Qing Yu dan Jun Wu Xie menemukan tempat yang tidak mencolok di sudut dan mereka pun duduk. Di panggung pertandingan, dua Binatang Roh kelas bawah sedang bertarung sengit. Sudah ada beberapa luka di tubuh mereka dan walaupun Arena Binatang Roh sangat tegas dengan peraturan mereka mengenai cara tidak etis yang bisa membahayakan Binatang Roh, meskipun begitu, mereka tidak menetapkan batas waktu Binatang Roh bisa bertarung. Maka, dalam begitu banyak pertarungan, Binatang Roh yang menderita luka parah atau bahkan kematian sering terlihat.
Menonton dua Binatang Roh kelas bawah sudah terluka parah, namun masih bertarung dan bergulat dengan segenap tenaga mereka, aroma darah yang kental menyebar di udara. Digabungkan dengan pemandangan berdarah yang mengerikan di depan mata mereka, penonton di sekeliling begitu bersemangat, berteriak keras, sorakan yang menggema keluar dari mulut mereka, mata mereka berkilat karena keriaan, menatap terpaku pertarungan keji di atas panggung.