Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Petualangan Yang Menyenangkan



Petualangan Yang Menyenangkan

Saat wajah keduanya berada begitu dekat dari satu sama lain, Emma akhirnya menyadari dan menerima kenyataan bahwa wajahnya dan wajah Therius memang mirip seperti yang dikatakan Xion.     

Xion mengatakan bahwa menurut kepercayaan Akkadia, lelaki dan perempuan yang memiliki wajah mirip ditakdirkan untuk berjodoh... Apakah itu benar?     

Apakah karena kepercayaan Therius kini menganggap Emma sebagai jodohnya? Itukah alasannya?     

Therius yang melihat wajah Emma berada begitu dekat darinya merasakan dadanya bergolak dan ia tidak mampu lagi menahan diri. Tangannya merengkuh kepala Emma dan ia mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir mungil gadis itu.     

Untuk sesaat Emma tertegun. Pikirannya memusing dan ia tak dapat menolak saat bibir Therius mencium bibirnya dengan penuh perasaan.     

Mungkin karena pemandangan di sekitar mereka yang begitu mengagumkan, mungkin karena suasana alam yang demikian romantis, mungkin karena langit malam yang indah dengan dua buah rembulan.. pikiran Emma menjadi melayang dan ia pun terbuai.     

Tanpa sadar Emma memejamkan matanya dan membiarkan bibirnya dicium oleh Therius. Tanpa terasa, ia bahkan membalas ciuman lembut itu.     

Therius seolah merasa dadanya dipenuhi euphoria. Ia tidak tahu mencium seorang wanita bisa terasa begini memabukkan. Ia merengkuh kepala Emma dan membelai rambutnya yang panjang tergerai hingga ke pinggang.     

Ketika lidahnya menembus celah bibir Emma dan hendak membelit lidah gadis itu, tiba-tiba kesadaran Emma kembali dan ia mendorong Therius mundur dengan sekuat tenaga.     

"Emma..." bisik Therius dengan suara serak. Ia menatap gadis itu dengan pandangan penuh cinta. Ia mengangkat tangannya hendak menyentuh rambut Emma lagi, tetapi gadis itu menepis tangannya.     

"Kalau kau tidak ingin pertemanan kita selama 2,5 bulan ke depan rusak, kusarankan kau tidak mencoba menciumku lagi," tukas Emma dengan suara dingin.     

Ia merasa marah kepada dirinya sendiri karena tadi terbuai oleh suasana dan tidak segera menolakkan Therius sehingga pria itu dapat menciumnya.     

Astaga... apa yang telah kulakukan... keluh Emma kepada dirinya sendiri. Aku ini seorang wanita bersuami. Suamiku saat ini sedang terbaring koma...     

Ia mengusap bibirnya keras-keras untuk menghilangkan bekas bibir Therius pada bibirnya. Suasana di Danau Garam yang indah seketika menjadi rusak akibat peristiwa yang terjadi di antara mereka.     

Sementara itu Therius hanya dapat melihat Emma mengusap bibirnya dengan perasaan sakit hati. Ia sangat menikmati bibir gadis itu dan rasanya ingin terus menciumnya. Tetapi ia tahu saat ini ia masih harus bersabar. Ia tidak boleh memaksakan kehendak.     

Emma tentu masih menganggap dirinya sebagai seorang wanita yang sudah menikah dan ia akan merasa mengkhianati suaminya jika ia sampai mencium Therius, padahal sang pangeran tahu pasti bahwa Haoran sudah tidak ada di dunia ini.     

Therius sangat yakin, dengan kondisinya seperti sekarang.. walaupun tubuhnya masih ada dan masih bernapas, Haoran tidak akan pernah bangun lagi. Therius hanya membawa Haoran serta di kapal Coralia demi menenangkan hati Emma.     

Pelan-pelan, seiring berjalannya waktu, Emma pasti akan dapat menerima kenyataan dan melanjutkan hidup.     

Therius masih harus bersabar.     

"Emma... aku sangat menyukaimu," kata Therius dengan sungguh-sungguh. "Maafkan tadi aku terbawa suasana."     

Emma tertegun mendengar kesungguhan dalam kata-kata Therius. Ia mengakui tadi itu bukan sepenuhnya salah Therius. Ia sendiri juga terbuai keadaan dan tidak buru-buru menolak sehingga Therius bisa menciumnya.     

Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan melengos.     

"Jangan sampai hal itu terulang lagi." Ia lalu bangkit dari tanah dan berjalan membawa selimutnya menjauhi Therius. Ia mengangkat tangan kanannya memberi tanda agar Therius tidak mengikutinya. "Jangan ikuti aku. Kau bisa mencari tempat duduk sendiri. Daneria ini sangat luas."     

Therius menghela napas dan hanya duduk di tempatnya memperhatikan Emma berjalan menjauhinya. Gadis itu terlihat seolah sedang melayang di kehampaan ruang vakum angkasa luar. Ia terlihat seperti dewi kahyangan.     

Emma berjalan hingga dua ratus meter ke tengah danau garam dan duduk menikmati pemandangan dengan menutupi dirinya dengan selimut agar ia tetap hangat.     

Ia berusaha melupakan peristiwa yang baru saja terjadi saat ia dan Therius berciuman.     

Sebenarnya, kalau Emma boleh jujur, tadi itu bukanlah ciuman satu arah. Emma membalas ciuman Therius kepadanya, karena ia terbawa suasana. Kesadarannya baru tergugah dan mengecam bahwa dirinya adalah seorang wanita bersuami, setelah Therius mencoba memasukkan lidahnya dan melangkah lebih lanjut.     

Emma menangis pelan-pelan karena merindukan Haoran. Di tempat yang begini indah, di surga dunia... ia merasa sendirian.     

Walaupun selama beberapa bulan terakhir ini Therius dan Xion menjadi temannya, ia tetap merasa bagaimanapun ia hanyalah orang luar di antara mereka.     

Emma merindukan teman-temannya sendiri yang akan saling mengganggu, saling menggoda, dan dengan jelas saling menjaga. Ia ingat peristiwa setahun yang lalu saat mereka merayakan ulang tahun David dan memutuskan untuk menyalakan kembang api sambil minum-minum dan memandang bintang dengan teleskop.     

Rasanya peristiwa itu sudah lama sekali berlalu.     

Ia sangat merindukan mereka.     

Emma ingin sekali menunjukkan pemandangan gemilang ini kepada mereka semua. Ia ingin sekali duduk dengan Haoran di sampingnya dan mereka akan membahas tentang berbagai rasi bintang dan benda-benda angkasa.     

Tanpa terasa air mata Emma mengalir dan ia menangis diam-diam meratapi nasib buruknya.     

Sementara itu Therius hanya bisa mengamati Emma dari jauh. Ia tidak mau mengganggu gadis itu dan menciptakan permusuhan di antara mereka.     

Sejauh ini, hubungannya dan Emma sudah membaik. Ia tidak mau merusak itu karena terburu napsu hanya demi sebuah ciuman.     

Tanpa sadar ia menyentuh bibirnya dan memejamkan mata, berusaha mengingat kembali bagaimana rasa bibir Emma pada bibirnya tadi.     

Ahh.. bibir Emma sungguh terasa manis dan lembut. Ia tak sabar untuk kembali mencium gadis itu suatu hari nanti, dan kemudian mungkin mereka akan melakukan lebih. Kalau nanti Emma Stardust telah menjadi istrinya, ia akan membalas semua ini...     

Pemuda itu berbaring di punggungnya dan mengamati angkasa yang dihiasi milyaran bintang, dua rembulan, dan berbagai nebulae yang terlihat jelas di langit malam yang jernih tanpa awan. Tubuhnya terasa agak dingin karena suhu di bagian Daneria sini memang terasa seolah membekukan.     

Namun demikian, hatinya terasa hangat, saat ia membayangkan Emma dan ciuman mereka tadi. Lalu ia akan membayangkan masa depan mereka bersama.     

Therius menyadari bahwa ia memiliki waktu lima tahun untuk membuat Emma jatuh cinta kepadanya dan bersedia menikah dengannya karena cinta.     

***     

Lima jam kemudian, matahari Daneria terbit dan pelan-pelan sekeliling mereka menjadi terang. Therius bangkit dari permukaan danau garam dan berjalan menghampiri Emma. Ia hendak menanyakan apakah gadis itu masih mau menikmati pemandangan atau menemaninya berburu hewan liar untuk dimakan.     

"Emma," Therius menyentuh bahu Emma. "Kau mau tetap di sini atau menemaniku berburu?"     

Gadis itu menoleh dan mengangguk. "Aku mau menemanimu berburu."     

"Baiklah. Aku akan memberi tahu Xion bahwa kita akan berburu. Kau tunggu di sini," kata Therius. Ia lalu mengambil selimut dari bahu Emma. "Sini, biar aku simpan selimutnya di travs."     

Emma membiarkan Therius mengambil selimutnya dan menyimpannya ke bagasi travs. Sementara menunggu Therius kembali, ia mengamati sekelilingnya dan mendecak kagum. Pemandangan di danau garam ini tidak kalah menariknya di saat terang maupun di saat gelap.     

Ahh... rasanya ia akan sangat betah berada di sini berlama-lama.     

Sekarang ia mengerti mengapa Xion mengatakan ia berharap dapat tinggal di sini selamanya.     

Xion yang masih tampak mengantuk hanya melambai ketika Therius dan Emma pamit untuk mencari hewan buruan. Ia kembali meringkuk di kabin travs dan melanjutkan tidurnya dengan gembira.     

Therius mengajak Emma terbang ke arah barat dan membawa gadis itu mendarat di sebuah bukit hijau yang memiliki hutan lebat dan padang rumput yang sangat hijau. Ada berbagai hewan besar kecil yang berkeliaran di sana seolah menikmati hidup tanpa beban.     

Mereka menangkap dua ekor hewan kecil agar lebih mudah dikuliti dan dimasak lalu segera pulang kembali ke travs membawa hewan tangkapan mereka.     

Emma memutuskan untuk bersikap baik kepada Therius, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka beberapa jam sebelumnya. Ia hanya ingin melupakan peristiwa itu dan tidak membahasnya sama sekali.     

Therius mengerti apa yang dipikirkan gadis itu dan memutuskan untuk menirunya, bersikap seolah tidak ada apa-apa.     

Ia juga tidak ingin Xion menganggunya habis-habisan kalau sampai sahabatnya itu mengetahui ia telah mencium Emma dan kemudian ditolak.     

***     

Mereka bertiga menghabiskan waktu bertualang di Daneria dengan mengunjungi tiga tempat berbeda. Tebing dengan dua puluh air terjun, Danau Garam, dan lautan yang memiliki air berwarna ungu, karena di dasar lautan banyak ditumbuhi algae yang berwarna ungu.     

Emma belum pernah melihat tempat-tempat seperti itu dan ia merasa berterima kasih karena Therius dan Xion menunjukkan kepadanya tempat-tempat yang demikian indah, sehingga ia merasa terhibur di tengah perjalanan panjang mereka menembus berbagai galaksi yang membosankan.     

Kini, walaupun mereka masih harus melakukan perjalanan selama 2,5 bulan, ia merasa sudah lebih segar dan dapat menikmati sisa perjalanan mereka nantinya.     

"Bagaimana? Kau senang?" tanya Xion dengan gembira saat mereka menaiki travs dan bersiap untuk kembali ke pangkalan luar angkasa Daneria dan kemudian pulang ke kapal mereka.     

Emma mengangguk. "Iya, aku senang sekali. Terima kasih sudah mengajakku."     

"Sama-sama," kata Therius. Ia menyalakan mesin travs dan mengemudikannya ke arah barat. Sebentar lagi mereka harus kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Akkadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.