Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kedatangan Tamu Penting



Kedatangan Tamu Penting

Therius mengendarai travs-nya dengan santai, seolah berharap petualangan mereka tidak segera berakhir.     

Meskipun mereka mengalami petualangan selama 3 hari, sebenarnya perjalanan mereka lebih seperti 5 hari kalau dibandingkan hari mereka yang biasanya karena Daneria memiliki siang dan malam yang lebih panjang, yaitu masing-masing 20 jam.     

Emma akhirnya merasa bahagia lagi. Perasaannya yang sepi dan bosan selama berbulan-bulan akhirnya menjadi terhibur. Petualangan mereka menjelajah Daneria ini ternyata sangat ia butuhkan. Emma sungguh bersyukur Therius dan Xion mau mengajaknya bertualang bersama mereka.     

Travs mereka mendarat dan diparkir di depan pusat penelitian dan segera setelah pintu mereka dibuka, seorang petugas segera berlari mendekati Therius.     

"Tuan.. Anda datang pada waktu yang tepat. Pangkalan kami kedatangan tamu yang sangat penting hari ini. Dia ingin bertemu dengan semua pemimpin misi yang saat ini sedang transit di Daneria," katanya dengan hormat. "Anda ditunggu di aula segera"     

Therius mengerutkan alisnya. Dia memang pemimpin misi saat ini dari pesawat ruang angkasa penelitian, Coralia. Namun, mereka tidak berada dalam misi ilmiah sungguhan. Dia tidak ingin mengungkapkan apa yang dia lakukan dalam perjalan ini kepada 'tamu penting' mana pun.     

"Siapa dia?" Therius bertanya kepada petugas dengan kilatan berbahaya di matanya.     

"Ini Pangeran Heron, Tuan."     

Therius langsung mengepalkan tinjunya. Emma dengan segera dapat menebak siapa orang itu.     

Apakah itu salah satu sepupu Therius?     

Wajah Therius seketika berubah menjadi memerah. Tampak jelas ia tidak menyukai siapa pun tamu istimewa yang datang itu.     

'Heron adalah sepupuku. Ia tidak punya alasan jelas mengapa ia jauh-jauh datang kemari,' kata Therius kepada Emma dan Xion menggunakan telemancy. 'Emma harus disembunyikan, jangan sampai Heron melihatnya."     

Ia mengerutkan keningnya ke arah Xion dan pemuda itu segera mengangguk.     

"Kita masuk ke kapal saja dulu. Biarkan Therius yang mengurusi mereka," kata Xion sambil menarik tangan Emma.     

'Tidakkah kau bisa mengendalikan pikiran mereka seperti yang waktu itu sudah kau lakukan?' tanya Emma. Ia hendak mengetahui seperti apa sepupu Therius itu dan apa yang ia inginkan.     

Ekspresi Therius sama sekali tidak berubah, sehingga orang luar tidak dapat menduga apa yang sedang dipikirkannya. Namun, Emma dan Xion dapat mendengarkan perkataan sang pangeran lewat telemancy dan mengetahui betapa ia sedang sangat marah.     

'Tidak bisa. Heron memiliki dua orang pengawal yang tangguh dan salah satunya adalah seorang telemancer. Kalau aku menggunakan telemancy, ia akan dapat mengetahui rahasiaku. Tidak ada yang boleh mengetahui bahwa aku juga merupakan seorang telemancer,' tukas Therius.     

'Lalu apa yang akan kau katakan kalau ia meminta bertemu pimpinan misi Coralia? Ia akan tahu itu kau,' kata Xion. 'Apakah kau mau menghindar?'     

Therius mendesah. Ia sama sekali tidak menduga bahwa sepupunya akan mencegat kepulangannya di tengah perjalanan seperti ini. Padahal ia sudah sengaja mengirimkan rombongan untuk menjalankan misi 'rahasia' lainnya untuk mengecoh Heron. Di rombongan itu bahkan ada satuan pengamanannya yang lengkap, agar mereka mengira Therius ada di sana.     

Ugh.. ternyata Heron masih dapat mencium jejaknya.     

'Aku akan menyuruh Saul mewakiliku,' katanya. Ia lalu menoleh pada petugas yang tadi datang menyambutnya dan bertanya, "Di mana Pangeran Heron?"     

"Beliau sedang dibawa berkeliling oleh Profesor Amara," jawab sang petugas.     

"Hmm... apakah ia datang bersama seorang laki-laki berkepala botak yang sudah agak tua dan seorang wanita berambut hitam?" tanya Therius.     

Petugas itu mengangguk. "Benar."     

Therius mengepalkan tangannya dengan kesal. Laki-laki botak yang dimaksudnya itu adalah telemancer pengawal Heron. Ia bernama Mayn.     

Profesor Amara, sang pimpinan pangkalan adalah satu-satunya orang yang mengetahui identitas Therius di planet Daneria ini. Jika Mayn memutuskan untuk memaksa profesor Amara memberi tahu Heron tentang kedatangan Therius kemari, maka sekarang pasti Heron sudah mengetahui yang sebenarnya.     

Therius menoleh ke arah Emma dan Xion dan memberi tanda agar mereka tetap kembali ke pesawat Coralia seperti rencana semua, sementara ia segera bergegas keluar dari travs memasuki gedung kantor profesor Amara.     

Emma dan Xion saling pandang. Mereka akhirnya memutuskan untuk tidak mempersulit Therius dan berjalan masuk ke dalam kapal Coralia seperti perintahnya.     

Di kantor profesor Amara, tampak Saul sedang duduk menunggu kedatangan Therius. Ia segera berdiri ketika melihat pimpinannya datang.     

"Selamat siang, Tuan. Ada Yang Mulia Pangeran Heron datang berkunjung ke Daneria. Beliau ingin bertemu semua pimpinan misi yang sedang mampir ke Daneria. Selain pesawat kita, ada satu buah pesawat lain yang juga sedang menjalankan misi," kata Saul dengan hormat. "Ia sedang diajak berkeliling oleh Profesor Amara. Kita disuruh tunggu di sini."     

"Hmm... Saul, aku mau mengirim pesan ke Akkadia. Keluarkan satu pesawat messenger. Cepat! Ini darurat!" tukas Therius. "Kita harus mengirim pesan sebelum Pangeran Heron kembali kemari."     

Saul tampak bingung. Walaupun ia kapten kapal Coralia, ia tidak mengetahui siapa Therius yang sebenarnya.     

"Uhm... Pangeran Heron menyatakan dengan jelas bahwa kita harus menunggunya di sini. Saya tidak berani melanggar perintah yang mulia," kata Saul dengan nada tegas.     

Therius mendecak. "Aku pimpinan misi. Perintahkulah yang harus kau patuhi."     

"Tuan, kumohon jangan menempatkan aku pada posisi sulit," kata Saul, kali ini wajahnya tampak memohon. "Aku harus tunduk kepada Tuan, tetapi aku juga harus—Baiklah, Tuan Therius. Aku akan mengeluarkan pesawat messenger untuk Anda."     

Therius telah mengambil alih kendali pikiran Saul dan membuatnya tunduk. Ia tidak punya waktu meyakinkan Saul untuk mendengarkan perintahnya.     

Sang kapten kapal segera bergegas berjalan ke hangar dan memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan sebuah kapal messenger.     

"Terima kasih. Aku akan segera mengirim pesan ke Akkadia. Kau tunggu sebentar," kata Therius.     

Ia masuk ke dalam pesawat kecil itu dan merekam pesannya dengan cepat. Lima menit kemudian ia sudah keluar dan memerintahkan Saul untuk segera mengirim kapal messenger itu pulang ke Akkadia.     

"Sekarang kita temui Pangeran Heron," kata Therius tegas.     

Ia dan Saul kembali ke kantor Profesor Amara dan duduk menunggu Pangeran Heron dan Profesor Amara kembali.     

Setengah jam kemudian, pintu ruangan Profesor Amara dibuka dari luar dan masuklah seorang staf yang membungkuk hormat kepada Therius dan Saul.     

"Tuan, Pangeran Heron menunggu Anda semua di aula. Ia ingin mendengarkan laporan dari semua tim peneliti yang sedang ada di Daneria. Pimpinan misi yang lain juga sudah menuju ke sana," katanya.     

Therius mengangguk. Ia berjalan keluar diikuti Saul dan dua orang staf pimpinan Kapal Coralia yang lain. Mereka menuju ke aula yang kini sudah dipenuhi para staf dan anggota tim misi yang lain.     

Ketika Therius masuk ke dalam aula, ia segera melihat sepupunya duduk di kursi kehormatan. Pangeran Heron adalah seorang pemuda berambut cokelat keriting. Wajahnya tampan dan terlihat penuh martabat. Di samping kanannya tampak Profesor Amara yang bersikap penuh hormat.     

Di samping kiri Heron ada seorang laki-laki separuh baya yang botak. Ia adalah satu dari dua pengawal Pangeran Heron yang terkenal. Mayn adalah seorang telemancer dan Izia adalah seorang electromancer. Mereka berdua sangat berbahaya.     

Therius mengerutkan keningnya ketika ia tidak melihat Izia. Ia bertanya-tanya di mana gerangan wanita itu jika tidak bersama bosnya.     

"Ah.. inikah tim misi dari Kapal Coralia?" Pangeran Heron bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri rombongan kecil yang baru datang. Wajahnya tersenyum tipis menatap ke arah Therius lekat-lekat. "Bagaimana misi kalian sejauh ini?"     

Therius menyipitkan matanya dan ada kilat berbahaya di sana. Ia mengerti bahwa Heron mengenalinya tetapi sengaja tidak mengatakan apa-apa di depan orang lain tentang identitas Therius.     

Ia menduga sepupunya itu sengaja berpura-pura tidak mengenalinya sebagai putra mahkota agar Heron tidak usah memberi hormat kepadanya.     

"Misi kami berjalan dengan baik," kata Therius singkat.     

Di ruangan itu, hanya Heron, Profesor Amara, dan pengawal Heron yang tidak heran akan sikap acuh tak acuh Therius terhadap Heron. Mereka semua tahu bahwa sebagai pangeran putra mahkota, Therius tidak perlu bersikap hormat sama sekali kepada Heron.     

Namun, para hadirin yang lain seketika merinding saat menyadari ada seorang laki-laki muda yang berani bersikap tidak sopan kepada seorang pangeran.     

Bisik-bisik terdengar di antara mereka dan para hadirin saling melempar pandang keheranan. Mengapa pimpinan misi Coralia tampak begitu arogan?     

"Ah... kalau begitu silakan berikan laporannya. Aku ingin mendengarkan..." kata Pangeran Heron sambil melipat tangannya di dada. Ia tampak sama sekali tidak marah melihat sikap Therius yang ketus.     

Sikap Pangeran Heron yang tetap tenang dan tidak tersinggung menimbulkan simpati di antara para hadirin. Ah, ternyata keluarga raja sama sekali tidak arogan dan gila hormat.     

Pangeran Heron tidak merasa terganggu oleh sikap sang pimpinan Misi Kapal Coralia, pikir mereka.     

Therius menggeleng. "Mohon maaf, kami tidak bisa menyampaikan laporan misi Coralia secara terbuka kepada siapa pun. Kami melaksanakan tugas langsung dari Yang Mulia Raja Cassius. Kurasa Pangeran Heron tentu mengerti apa maksudnya itu?"     

"Kau pikir aku akan percaya kata-katamu itu? Aku adalah Pangeran Akkadia dan aku baru bertemu Kakekku beberapa bulan yang lalu sebelum aku berangkat ke sini. Ia sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang misi rahasia," kata Heron dengan senyum mengejek. Ia tampak ingin memancing kemarahan Therius "Apa buktinya kalau kau diutus Raja Cassius?"     

Therius membaca pikiran Heron untuk mengetahui niat sepupunya ini dan seketika amarahnya membuncah. Untung saja ia merahasiakan kemampuannya sebagai telemancer, sehingga tidak ada satu pun orang yang waspada terhadapnya.     

Dengan mudah Therius dapat memperoleh semua informasi yang ia butuhkan. Ternyata Heron membawa sebuah kapal perang bersamanya dan ia berencana untuk membunuh Therius di tengah perjalanan pulang.     

Kehadirannya di Daneria adalah untuk memastikan Therius memang ada di kapal Coralia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.