Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Anggaplah Di Kapal Ini Waktu Berhenti



Anggaplah Di Kapal Ini Waktu Berhenti

Emma banyak diam hari itu. Pada dasarnya, ia memang bukan gadis yang banyak bicara, tetapi setelah hampir sebulan berada di kapal dan jauh dari rumah, ia mulai merasa sangat kesepian.     

Bisa dibilang, ia tidak memiliki teman satu pun yang bisa diajaknya bicara dengan tenang di kapal ini. Selama ini, kalau ada apa-apa, ia selalu bisa berbicara dengan Haoran dan membagikan apa saja yang ada dalam pikirannya.     

Ada juga Alex yang cerita dan senang bergosip dengannya. Kadang-kadang Emma juga akan pergi makan atau berbelanja dengan Mary dan Nadya. Hidupnya yang dulu sepi telah berubah menjadi penuh warna sejak ia bertemu Haoran.     

Kini, Emma benar-benar tidak punya siapa-siapa di pihaknya. Bisa dibilang, ia berada di tangan musuh dan hanya mengandalkan posisinya sebagai anak perempuan Putri Arreya untuk menjaga nyawanya dan Haoran tetap aman, serta perasaan Therius kepadanya.     

Tanpa itu semua, mungkin nasib Emma dan Haoran sudah akan berubah menjadi sangat buruk. Ia tidak berani membayangkannya.     

Atila dan Anddara memperhatikan perubahan sikap Emma selama beberapa hari terakhir itu, tetapi mereka tidak berani menanyakan apa yang terjadi dengannya. Mereka mengambil kesimpulan sendiri bahwa Emma sedang kesepian.     

Theriuslah sudah mulai melatih Emma telemancy. Latihan selama seminggu pertama terutama melibatkan meditasi dan teknik-teknik pernapasan yang menurut Emma sangat membosankan.     

"Aku sengaja memberimu latihan yang lebih ringan, karena Xion telah menguras energimu dengan latihan aeromancy," kata Therius menjelaskan alasannya memilih latihan meditasi untuk Emma. "Nanti kalau kau sudah mampu berlatih meditasi dengan lebih baik, aku akan memintanya mengurangi intensitas latihan fisik kalian dan aku akan mulai mengajarimu aeromancy tingkat tinggi."     

Gadis itu hanya mengangguk dan bergumam. "Terima kasih."     

Emma lalu duduk bersila dan bermeditasi seperti yang diajarkan oleh Therius. Walaupun ia menganggap latihan meditasi bersama Therius sangat membosankan, tetap melakukannya dengan rajin.     

Emma sama sekali tidak mengira bahwa kekuatan mancy yang paling menakutkan adalah kekuatan pikiran. Tadinya ia mengira telemancy hanya dapat digunakan untuk membaca dan memengaruhi pikiran orang lain saja, lebih seperti hadiah hiburan.     

Sebelum ia mendengar sendiri dari Xion betapa berbahayanya seorang telemancer itu, Emma selalu mengira electromancy atau pyromancy adalah jenis kekuatan menyerang yang paling ia butuhkan untuk mengalahkan Therius.     

Sekarang, Emma merasa bahwa telemancy justru akan sangat berguna baginya di Akkadia. Ia akan dapat menggunakannya untuk membaca pikiran orang lain dan melindungi dirinya dari niat jahat orang-orang yang ingin mencelakakannya.     

Siapa tahu, ia juga akan dapat menggunakannya untuk mempengaruhi orang lain demi mendapatkan keinginannya.     

Therius berdiri mematung memperhatikan Emma yang sedang duduk di lantai ruang latihan dan bermeditasi. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang berbeda akhir-akhir ini dari Emma. Gadis itu sekarang tidak lagi seketus dulu, sikapnya tampak acuh tak acuh dan ia juga terlihat tidak bersemangat.     

Hal ini membuat Therius merasa kuatir. Ia lebih memilih Emma tetap bersikap ketus kepadanya, dan bersemangat ingin membalas dendam, daripada berdiam diri dan sedih seperti beberapa hari terakhir.     

"Kau tampak sangat pendiam akhir-akhir ini," komentar Therius saat mereka selesai berlatih. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"     

Emma mengangkat wajahnya dan menatap Therius dengan pandangan rumit. Sebenarnya ia sangat merindukan teman-temannya dan Haoran. Namun, bagaimana mungkin ia dapat menjelaskannya kepada Therius? Akhirnya ia hanya bisa menggeleng.     

"Aku tidak apa-apa," jawab Emma singkat. Ia membuang muka dan berharap Therius tidak memperpanjang masalah ini.     

Ia tidak ingin mengobrol dengan Therius seolah-olah mereka adalah teman. Emma lalu bangkit dan membungkuk sedikit ke arah Therius dan beranjak pergi.     

"Emma... Aku tahu kau menganggapku sebagai musuh," kata Therius tiba-tiba.     

"..." Emma yang sudah berjalan ke arah pintu ruang latihan tertegun mendengar kata-kata Therius, ia menghentikan langkahnya.     

"Aku mengerti mengapa kau bersikap ketus kepadaku dan membenciku. Tetapi selama lima bulan ke depan, kau tidak punya siapa-siapa di kapal ini. Di kapal Coralia, selama lima bulan ke depan aku adalah Therius Moria, seorang pemimpin kapal penelitian, bukan Pangeran Putra Mahkota," kata Therius dengan sungguh-sungguh. "Apakah kita tidak bisa berteman untuk sementara? Kau boleh kembali membenciku setelah kita tiba di Akkadia aku kembali menjadi putra mahkota."     

Mendengar kata-kata Therius, Emma seketika berbalik dan menatap Therius dengan mata disipitkan.     

"Mengapa kau bisa berkata seperti itu? Apakah Xion yang mengatakannya kepadamu?" tukas gadis itu sambil merengut.     

Dasar Xion brengsek! umpat Emma. Seharusnya ia tahu pria itu pasti akan menyampaikan segala sesuatunya kepada Therius.     

Kalau tidak, dari mana Therius tahu bahwa Emma sebenarnya hanya membencinya karena ia adalah putra mahkota Akkadia yang merupakan musuh ayah dan ibunya?     

"Benar. Xion tidak pernah menyembunyikan apa pun dariku," kata Therius. "Anggaplah waktu berhenti di kapal ini selama lima bulan ke depan. Dan di sini kita bisa menjadi manusia biasa yang tidak memiliki kepentingan dan politik apa pun. Nanti, setelah kapal mendarat di Akkadia, waktu akan kembali berjalan. Kita dapat kembali menjadi musuh... jika kau inginkan."     

Emma menatap Therius lekat-lekat dan kemudian membuang muka. "Hmph... Aku akan memikirkannya."     

"Kalau kau membutuhkan teman untuk berbicara tentang apa pun, aku dan Xion malam ini akan minum di lounge. Kau diundang," kata Therius. "Aku akan senang kalau kau datang."     

"Kau kan tidak bisa minum," kata Emma. "Xion yang bilang."     

"Xion memang senang merusak reputasiku," omel Therius. "Aku bisa minum, tapi memang tidak banyak. Malam ini aku membuat pengecualian karena ini adalah hari ulang tahunku. Aku dapat minum-minum bersama kalian."     

"Oh..." Emma terdiam mendengar penjelasan Therius. Ia ingat seharusnya ulang tahunnya yang ke-18 juga akan tiba sebentar lagi. Ah... apakah ini berarti ulang tahunnya dan Therius juga berdekatan?     

Emma sebenarnya sudah tidak terlalu mengikuti tanggal karena waktu di kapal ini tidak persis sama dengan waktu di bumi. Ia tidak tahu sudah berapa hari ia meninggalkan bumi.     

"Oh, ya... besok kita tidak ada kelas," Therius menambahkan. "Aku tidak yakin aku bisa bangun dengan kepala tidak terasa seperti mau pecah."     

Emma mengangguk. "Aku mengerti."     

Ia ingin sekali datang ke acara minum-minum malam ini yang didakan Therius dan Xion, tetapi ia tidak mau langsung menjawab iya. Ia harus memikirkannya dahulu. Walaupun ia kesepian dan merindukan teman-temannya, ia tidak tahu apakah bijak jika ia memberi kesempatan berteman dengan Xion dan Therius.     

Therius hanya menatap punggung Emma yang berjalan menjauh dan kemudian menghilang di balik pintu otomatis.     

Sang pangeran lalu menarik napas dan berjalan keluar dari ruangan training menuju kamarnya sendiri. Ia membersihkan diri, beristirahat sebentar, lalu pergi ke lounge untuk menemui Xion.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.