Kabar Mengejutkan
Kabar Mengejutkan
Mungkin karena ia menyadari bahwa mereka akan segera tiba di Akkadia, maka Emma merasa bahwa tidak lama lagi ia harus semakin dapat menjalankan perannya dengan baik. Ia tidak boleh gagal dan membahayakan nyawanya dan nyawa Haoran.
Bisa dibilang selama lima tahun ke depan mereka akan hidup di sarang musuh. Ia harus sangat berhati-hati.
"Apa yang akan kau lakukan pertama kali setelah tiba di Akkadia?" tanya Therius saat ia, Xion, dan Emma makan malam bersama setelah selesai berlatih di ruang latihan.
"Aku ingin bertemu ayahku," kata Emma dengan cepat. Ia tahu pasti apa yang ia inginkan. Memeluk kedua orang tua yang sangat ia rindukan. Karena ayahnya yang berada paling dekat di Akkadia, maka tentu saja Emma akan menemuinya duluan. Setelah itu, ia akan menemui ibu dan adiknya.
Ia sudah tidak sabar.
"Aku akan segera membawamu menemui ayahmu begitu kita tiba di Akkadia," kata Therius sambil tersenyum. "Tidak sembarangan orang boleh menemui tawanan politik sekaliber ayahmu."
Emma menatap Therius agak lama dan akhirnya mengangguk. "Terima kasih."
"Saat kita menemui ayahmu, aku akan sekalian meminta restu kepadanya untuk menikahimu. Kalau tidak begitu nanti ia bisa curiga. Dan akibatnya orang-orang lain juga akan curiga," kata Therius lagi.
"Kenapa aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya kepada ayahku?" tanya Emma dengan nada protes. "Bahwa aku sudah menikah dan di antara kita hanya ada perjanjian untuk bertunangan dan pura-pura menjadi kekasih selama lima tahun. Aku ingin mengirim Haoran untuk dirawat di Thaesi agar aku tidak perlu menguatirkannya selama aku di Akkadia."
"Tidak bisa," kata Therius. "Bukan begitu perjanjiannya. Kau sudah setuju dan menandatangani kontraknya. Salah satu poinnya mengatakan bahwa tidak ada orang luar selain kau, aku, Xion, dan Atila yang boleh mengetahui isi perjanjian kita ini. Kalau tidak maka perjanjian kita batal dan pihak yang melanggar akan terkena hukuman. Kalau kau memberi tahu ayahmu, aku tidak akan memenuhi janjiku dan kau tetap akan terpaksa menikah denganku."
Emma mengigit bibirnya mendengar kata-kata Therius. Ia tidak senang tetapi sadar bahwa Therius lagi-lagi benar.
"Setidaknya biarkan Haoran ikut ayahku pulang ke Thaesi, aku akan mengatakan kepada orang tuaku bahwa Haoran adalah sahabatku dan ia sangat banyak menolongku di bumi," kata Emma dengan nada memohon. "Aku akan stres memikirkan Haoran selama ia masih ada di Akkadia."
"Maaf, tidak bisa. Haoran harus tetap di Akkadia," kata Therius dengan nada datar. "Seperti yang sudah kukatakan, kau boleh memilih rumah sakit tempat ia dirawat. Kau bahkan bisa meminta Dokter Salas untuk menjadi dokternya, tetapi Haoran tidak boleh keluar dari Akkadia."
Bagi Therius, Haoran adalah jaminan yang berharga. Kalau ia membiarkan Haoran pergi ke Thaesi, ia tidak dapat percaya bahwa Emma akan memenuhi janjinya dan tidak akan kabur dari Akkadia meninggalkannya. Emma sudah terbukti tidak segan-segan berbuat curang.
"Kau..!" Emma benar-benar kesal. Tadinya ia mengira sikap Therius sudah berubah setelah mereka menjadi teman. Pria itu tampak menjadi baik. Ia selalu menuruti apa pun yang Emma minta bila itu untuk dirinya sendiir. Namun, rupanya kalau hal itu berhubungan dengan Haoran, Therius selalu bersikap menyebalkan.
"Kau sudah berjanji," kata Therius dengan tegas. Ia menatap gadis itu lekat-lekat. "Jenderal Stardust adalah seorang ksatria yang tidak pernah mengingkari janjinya. Apakah anak perempuannya akan menjadi orang yang tidak dapat dipercaya?"
Emma terdiam mendengar kata-kata Therius. Ia lalu membuang mukanya. Akhirnya ia hanya dapat menghela napas panjang dan menjawab dengan sungkan. "Baiklah. Kau dapat memegang kata-kataku. Aku tidak akan ingkar janji."
"Terima kasih," kata Therius. "Seorang calon ratu harus memiliki integritas."
"Tss.." Emma hendak membantah bahwa ia bukan seorang calon ratu, tetapi akhirnya ia membatalkan niatnya. Ia tidak mau memperpanjang pembicaraan di antara mereka.
****
"Kita sudah tiba!" seru Xion dengan gembira. Ia, Emma, dan Therius sedang berada di anjungan bersama Jenderal Moria dan mereka memperhatikan layar navigasi dengan penuh semangat.
Emma tidak menjawab. Wajahnya tampak dipenuhi antusiasme yang tak dapat ia sembunyikan. Akhirnya... setelah perjalanan selama hampir enam bulan yang melelahkan dan membosankan... ia akan dapat segera bertemu keluarganya.
Ia sungguh bahagia!
"Menara hendak berkomunikasi dengan jenderal Moria," kata salah seoranga awak kapal yang bertugas menangani urusan komunikasi. Nada suaranya terdengar kaget dan cemas.
Therius menyipitkan matanya dan menoleh ke samping.
"Sambungkan," katanya tanpa menunggu jawaban Jenderal Moria. Awak tersebut membungkuk hormat dan kemudian menyalakan sambungan transmisi komunikasi.
ZING
Layar besar di depan mereka seketika menyala dan tampak wajah seorang petugas militer yang kaku. Ia memberi hormat dan memulai bicaranya.
"Selamat datang kembali Yang Mulia Pangeran Licht dan Jenderal Moria. Anda diminta langsung berangkat ke Thaesi oleh Mentri Pertahanan untuk memadamkan pemberontakan Putri Arreya. Keadaan sedang sangat kacau."
Suasana seketika menjadi tegang dan Emma dapat merasakan tubuhnya membeku. Apa katanya?
Pemberontakan Putri Arreya? Itu ibuku, kan? Mengapa ibu menyerang Akkadia? Apa yang terjadi sebenarnya?
Jenderal Moria juga tidak kalah terkejut. Ia belum mendengar berita apa-apa dan kedatangannya ternyata disambut dengan perang yang demikian serius?
"Apa yang terjadi selama aku pergi?" tanya Jenderal Moria.
"Seminggu yang lalu Jenderal Ka-"
"Berhenti!" Therius segera menyela kata-kata sang operator sambil mengangkat tangannya dengan wajah murka. Sang operator segera terdiam dan wajahnya tampak diwarnai ketakutan. Ia sama sekali tidak bicara lagi. Therius menoleh ke arah Xion dan bicara dengan suara sangat tegas. "Xion, bawa Emma kembali ke kamarnya. Sekarang!"
"A-ada apa ini? Aku tidak mau dibawa pergi. Aku mau dengar apa yang terjadi!!" protes Emma.
"Xion, SEKARANG!" perintah Therius dengan suara membentak. Ia sudah dapat menduga apa yang terjadi dan dadanya langsung merasa sakit.
Pasti telah terjadi sesuatu yang sangat buruk sehingga Putri Arreya nekad menyerang Akkadia. Therius tidak ingin mendengar apa pun itu, karena Emma pasti akan menjadi histeris. Kalau dugaannya benar, maka...
Xion menarik tangan Emma keluar dari anjungan tetapi gadis itu keras kepala tidak mau bergerak.
"Ayolah, Emma. Ini urusan politik. Kita jangan terlibat," bisik Xion lembut.
"Mereka sedang membicarakan orang tuaku!" jerit Emma histeris. "Aku mau mendengar apa yang terjadi sebenarnya!"
"Kau bisa mendengarnya nanti, ayo kita pergi dulu," Xion masih berusaha membujuk gadis itu, tetapi Emma malah memukul tangannya dengan pukulan bola api.
Aaahh!!
Xion refleks melepaskan tangannya yang terasa melepuh terkena serangan Emma. Ia segera mencengkram gadis itu dengan tangan udara raksasa buatannya, yang membuat kagum semua orang yang ada di anjungan.
"Lepaskan aku!!! Awas kalau kau membawaku pergi...! Aku akan membencimu! Aku tidak akan memaafkanmu..!!" jerit Emma berulang kali sementara tangan dan kakinya memukul kesana kemari saat tubuhnya terangkat ke udara dan ditarik oleh Xion keluar anjungan.
Sebenarnya Therius tidak tega melihat Emma seperti itu. Ia ingin sekali menyihir Emma agar tertidur menggunakan telemancy, agar Xion dapat membawanya dengan tenang. Tetapi ia tidak mau orang-orang di anjungan mengetahui bahwa ia adalah seorang telemancer.
Karena itu, ia terpaksa membiarkan saja Emma menjerit sekuat tenaga saat Xion membawanya pergi, hingga akhirnya suara gadis itu tidak kedengaran lagi.
Suasana menjadi hening dan dipenuhi kemurungan. Wajah Therius yang biasanya tampak datar dan tenang, kini jelas dipenuhi kemurkaan. Ia sudah dapat menduga ada sesuatu yang terjadi dan hal itu sungguh membuat hatinya dipenuhi kemarahan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
Seseorang telah menyabotase rencananya dan kini... sia-sia saja ia membawa Emma pulang ke Akkadia.
Ia akan membuat orang yang bersalah membayar pengkhianatan ini dengan sangat mahal.
"Kau bisa lanjutkan informasinya," kata Therius akhirnya kepada sang operator menara.
Laki-laki di layar mengangguk hormat dan mengulangi berita yang tadi hendak disampaikannya.
"Minggu lalu Raja Cassius memerintahkan Mentri Pertahanan menghukum mati Jenderal Kaoshin Stardust secara terbuka. Putri Arreya sangat marah dan segera mengerahkan semua pasukan yang bisa dikumpulkannya untuk menyerang Akkadia. Mereka berhasil menyusup ke ibukota dan mencuri mayat Jenderal Stardust serta menculik putri sandera dari Thaesi. Sekarang mereka tidak memiliki alasan lagi untuk tidak maju ke dalam perang terbuka."
Therius merasakan tubuhnya terhuyung. Ia harus menahan tubuhnya dengan tangan di kursi di sampingnya agar ia tidak jatuh terduduk ke kursi itu.
Emma...
Emma dalam bahaya, pikirnya. Setelah Jenderal Stardust dan putri raja Thaesi diambil dari ibukota Akkadia, kini dengan ia membawa Emma pulang, maka gadis itu akan menjadi sandera berikutnya.
.
.
>>>>>>>>
From the author:
Teman-teman, yuhuuuu!! Ada event dari Webnovel, yang ternyata menggabungkan lokal dan global. Jadi ini khusus untuk pembeli Privi. Author yang berhasil update ceritanya setiap hari tanpa henti selama bulan September dan dapat pembeli privi di atas 500 akan dapat banyak feature dan promosi untuk bukunya.
Kalian bisa lihat pengumumannya di "Win Win Event".
Nah, saya mau kasi giveaway untuk teman-teman yang support saya di event ini. Kalau kalian beli privi yang paling rendah aja, yang 1 coin, dan beli satu saja bab di dalam privi, kalian kirim skrinsyot beli privinya ke email saya di: [email protected], atau Whatsapp Mbak Deasy di: 0812-8226-7045 dengan menyebutkan username kalian, nanti kalian memenangkan beberapa giveaway dari saya.
Kalau kita mencapai target 500 support untuk buku "Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang", saya akan kasi 5 hadiah yang akan diundi untuk teman-teman yang sudah kirim skrinsyot dan usernamenya ke Mbak Deasy ya.
Kalau kita mencapai target 1000 support, saya akan kasih 10 giveaway.
Hadiahnya silakan pilih:
1. Pulsa Rp 100.000
2. Buku Cetak "The Alchemist"
3. Buku Cetak "Ludwina & Andrea" + buku cetak "Glass Heart: Kojiro Nana"
Kalau pilih buku, nanti bukunya saya kirim ke seluruh Indonesia, ongkir ditanggung oleh saya.
Saya juga minta dukungannya untuk beli privi tier 1 coin aja dan satu bab untuk buku, "The Alchemists: Cinta Abadi", "The Prince Who Cannot Fall In Love & The Missing Heiress", buku "Finding Stardust" (bahasa Inggris).
Kalau kalian beli privi minimal tier yang 1 coin untuk keempat novel tersebut, artinya kalian akan mendapatkan empat kesempatan untuk menjadi pemenang giveaway di masing-masing novel. Makanya, kita usahakan menang di event ini ya.
PS: Privilege untuk Finding Stardus dan Putri Akkadia belum ready ya. Silakan dibeli mulai tanggal 2 September saja :)