Dia Satu Sekolah dengan Adik Ipar
Dia Satu Sekolah dengan Adik Ipar
"Baik, baik, baik, aku pasti akan menyiapkan hadiah pertemuan dengan baik," jawab Nenek Mo dengan gembira. "Segera bawa dia pulang. Aku ingin melihat gadis seperti apa yang ternyata bisa meluluhkan hatimu.
"Mata Tuhan benar-benar terbuka, sekarang semuanya sangat baik, A Si baru saja menyelesaikan masalah pribadinya, dan masalahmu juga akan segera selesai. Aku sudah pernah mengatakan, keluarga Mo kita juga tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk, jadi bagaimana mungkin keluarga Mo kita akan berakhir."
"Iya, aku akan berusaha membawanya kembali sesegera mungkin." Mo Shixiu mengangguk sambil sedikit tersenyum.
Wajah Nenek Mo penuh kegembiraan.
Tapi, Nyonya Mo yang duduk di samping, sama sekali tidak memasang senyuman di wajahnya. Sebaliknya, Nyonya Mo justru memasang wajah cemberut, dan penampilannya tampak tidak bahagia.
"Shixiu, kau barusan mengatakan bahwa gadis itu masih sekolah?" Nyonya Mo sudah menunjukkan kepada Mo Shixiu gadis konglomerat yang disukai Nyonya Mo, tapi semuanya ditolak oleh Mo Shixiu.
Mengingat Mo Yesi telah menikah dengan seorang gadis dari keluarga biasa tanpa membicarakan sebelumnya, Nyonya Mo sangat takut putra tertuanya juga melakukan hal yang sama.
Kedua putra Nyonya Mo sangatlah luar biasa dari kecil hingga dewasa. Ia pernah berpikir tidak ada wanita di kota Yuncheng yang cocok dengan kedua putranya. Tapi, salah satu putranya justru tertarik dengan seorang wanita licik dari keluarga biasa. Jika putra tertuanya juga dibohongi dan dibawa kabur oleh wanita sembarangan, Nyonya Mo bersikeras tidak akan setuju.
"Iya." Mo Shixiu berpikir sejenak dan berkata, "Tapi dia akan segera lulus."
"Dia bersekolah di mana? Apakah dia ada di Kota Yun sekarang?" tanya Nyonya Ko lagi.
"Dia satu sekolah dengan adik ipar." Mo Shixiu ragu-ragu sejenak, tapi tetap mengatakan bahwa Jiang Luoli dan Qiao Mianmian adalah sahabat baik, dan hanya berkata, "Saat ini, dia sudah tingkat tiga di Akademi Film Yuncheng."
"Apa?"
Rona wajah Nyonya Mo seketika berubah. Hanya terdengar suara 'Prang', cangkir di tangan Nyonya Mo terjatuh ke lantai. Cangkir porselen menghantam lantai marmer dan langsung pecah. Menimbulkan suara nyaring yang luar biasa.
Nenek Mo mengerutkan kening saat melihat cangkir yang pecah, dan tidak tahan untuk bertanya, "Wen Pei, ada apa denganmu ini? Aku melihat penampilanmu begitu gelisah, jika kau merasa tidak enak badan, kembalilah ke kamar untuk istirahat."
Nenek Mo sudah memiliki pendapat lain terhadap Nyonya Mo. Itu karena perilaku Nyonya Mo akhir-akhir ini sudah membuat Nenek Mo sangat tidak puas. Oleh karena itu, melihat kondisi Nyonya Mo dan wajah Nyonya Mo saat ini, hati Nenek Mo merasa sangat tidak nyaman.
Maksud Nenek Mo adalah Nyonya Mo kembali ke kamar istirahat. Agar tidak selalu memasang wajah cemberut dan mempengaruhi suasana hati orang lain.
Bagaimana mungkin Nyonya Mo tidak mendengarnya. Nyonya Mo berkata dengan rona wajah yang buruk, "Bu, aku bukan merasa tidak nyaman."
Nenek Mo mencibir, "Jangan memaksakan diri jika kau sedang merasa tidak enak badan, aku lihat keadaanmu tidak seperti biasanya. Apakah kau yakin tidak ingin dokter datang untuk memeriksamu?"
"... Tidak perlu," jawab Nyonya Mo.
"Bukankah kau paling mengkhawatirkan tentang masalah pribadi anak tertua. Sekarang anak tertuamu akhir memiliki pasangan, aku lihat mengapa kau tampaknya tidak bahagia. Ada apa, katakan padaku apa yang membuatmu tidak puas?"
"IBu, ibu salah paham. Aku bukan merasa tidak puas." Bahkan jika ada ketidakpuasan di dalam hati Nyonya Mo, Nyonya Mo juga tidak mungkin mengatakannya saat ini, karena ia dapat merasakan Nenek Mo sudah sangat tidak puas dengan Nyonya Mo.