Kita Bisa Melakukannya Pelan-pelan
Kita Bisa Melakukannya Pelan-pelan
"Mo Yesi, kau... Jangan seperti ini," gumam Qiao Mianmian.
Mo Yesi sudah membuka kancing kedua kemejanya. Begitu Qiao Mianmian mendongak, ia langsung melihat jakun dan tulang selangka Mo Yesi yang seksi. Tak hanya itu, ia juga bisa melihat otot dada yang menarik yang terbungkus kemeja hitam.
Jari-jari ramping Mo Yesi terus melepaskan kancing ketiga kemejanya. Jari-jari putihnya bagaikan giok putih yang kontras dengan kancing hitam murni dari kemeja buatan tangan. Meskipun Mo Yesi melakukan hal-hal santai seperti hanya membuka pakaian, tidak peduli mau dilihat bagaimanapun juga, terasa sangat menggoda.
Otot dada yang menjulang itu… Jakun yang bergerak naik turun itu… Serta napas hormonal pria itu yang menggoda…
Pemandangan ini membuat jantung Qiao Mianmian semakin lama berdebar semakin kencang dan bergetar semakin keras. Wajah Qiao Mianmian terasa terbakar karena semakin lama semakin panas. Tenggorokannya tercekat, "Kau, kau, kau…"
Qiao Mianmian memperhatikan Mo Yesi yang membuka kancing-kancing kemejanya satu demi persatu. Kini sebagian besar otot dadanya yang menarik terbuka tanpa penghalang. Qiao Mianmian melihat lebih jauh ke bawah dan bahkan bisa melihat perut Mo Yesi dan garis perutnya yang bahkan lebih menarik… Ia melihat ke bawah lagi...
Ya Tuhan...
Qiao Mianmian cepat-cepat menutupi hidungnya dengan tangannya. Ia takut mimisan dan darah akan keluar dari hidungnya di detik berikutnya. Wajahnya terasa panas dan telinganya memerah. Qiao Mianmian cepat-cepat mengalihkan pandangannya dengan panik dan menoleh, "Jangan lepas lagi!"
Ternyata bukan hanya sosok wanita saja yang bisa dideskripsikan dengan kata 'seksi'. Hal yang sama juga berlaku untuk pria. Melihat sosok Mo Yesi, kata ini muncul di benak Qiao Mianmian untuk pertama kalinya.
Tidak hanya seksi, tapi juga sangat seksi sampai rasanya Qiao Mianmian ingin meledak. Mo Yesi pasti pria yang paling tampan dan terseksi dari semua pria yang pernah ia temui. Dihadapkan dengan ketampanan yang menggoda, Qiao Mianmian tidak akan bisa menahannya, bahkan jika ia memiliki kekuatan sekalipun.
Mengapa aku merasa dia sengaja menggodaku? Menggoda dengan ke tampanannya! Jika ingin menanggalkan pakaian, lakukan saja! Mengapa melepasnya begitu lambat...? Qiao Mianmian memprotes dalam hati.
"Kau malu?" Mo Yesi mencubit telinga Qiao Mianmian yang kemerahan. Lalu, sebuah tawa rendah lolos dari bibirnya, "Sayang, bukankah kau sudah pernah melihat tubuhku? Apa lagi yang perlu membuatmu malu?"
Qiao Mianmian teringat waktu mereka berdua berada di asramanya dan ingatan ini membuat wajahnya semakin merah. Ia merasa malu dan kesal sehingga ia mengeluh, "Kau tidak boleh berbicara lagi!"
Tawa rendah Mo Yesi malah terdengar lebih bahagia, "Sayang, jangan malu. Kau bisa menoleh dan melihatku."
Qiao Mianmian menggigit bibirnya dengan erat, "Tidak!"
"Kalau begitu, aku yang berjalan ke sana agar kau bisa melihatnya, oke?"
"Tidak!"
"Jika kau merasa tidak adil, kau juga bisa melepas pakaianmu dan biarkan aku melihatnya."
"...Tidak!"
Bajingan! Bajingan besar! Mengapa seseorang yang terlihat begitu serius, dingin, dan pantang di luar bisa berubah menjadi cabul di depanku? rutuk Qiao Mianmian.
"Hei," Mo Yesi mendesah rendah, "Aku menunjukkannya padamu, tapi kau tidak melihatnya dan juga tidak bersedia aku melihatnya. Sayang, kau ingin aku memperlakukanmu seperti apa? Mungkinkah…"
Qiao Mianmian merasakan kehangatan di punggungnya. Tubuh hangat dan kuat Mo Yesi menempel pada tubuhnya, lalu pria itu bertanya, "Kau suka memakai baju? Walaupun aku belum mencobanya, tapi kalau kau suka, kita juga bisa mencobanya. Pokoknya masih banyak waktu malam ini. Kita bisa melakukannya pelan-pelan saja."
Mo Yesi memeluk Qiao Mianmian dari belakang. Ia benar-benar melingkari tubuh mungil dan lembut Qiao Mianmian dengan postur terkendali. Qiao Mianmian merasa seperti ada sebuah kompor yang menempel di punggungnya. Seolah-olah seluruh tubuhnya berada di dalam kompor dan ia dipanggang sampai seluruh tubuhnya kepanasan.