Kecurigaan
Kecurigaan
Sima You Yue menggebrak sebuah meja batu. "Sepertinya semua orang-orang yang berpengaruh akan datang!"
"Betul." Fatty Qu mengangguk. "Sejujurnya, itu akan menambah pengalaman yang bagus, tidak buruk untukmu untuk datang dan melihatnya."
"Mm. Siapa tahu, aku mungkin datang ketika saatnya tiba," kata Sima You Yue.
"Jika kau akhirnya datang, aku juga jadi punya teman untuk diajak bicara," kata Fatty Qu. "Tidak peduli apa pun, kakakku sangat ingin aku datang dan memperluas wawasanku. Namun aku sebenarnya tidak tertarik sama sekali terhadap hal-hal seperti itu dan aku juga tidak suka menjilat Pangeran Ketiga itu. Jika kau datang, aku pasti tidak akan jadi bosan."
"Kita lihat saja nanti."
"Mm. Kalau begitu aku kembali dahulu. Sehubungan dengan apa yang kukatakan sebelumnya, jika kau butuh sesuatu yang kau inginkan dari Fatty ini, langsung katakan saja," kata Fatty Qu sambil berdiri.
"Baiklah," kata Sima You Yue sambil tersenyum.
Setelah Sima You Yue mengantar Fatty Qu pergi, ia kembali ke kamar. Hanya beberapa orang di Kediaman Jenderal yang tahu bahwa ia seorang Alkemis, jadi mereka tidak memandangnya dengan berbeda ketika ia kembali. Hanya mereka yang paling dekat dengannya yang tahu bahwa ia bukan lagi orang yang sama dengan dirinya yang dulu.
Di dalam Ibu Kota, semua orang mengamati dengan saksama situasi antara Klan Sima dan Klan Nalan. Yang satu adalah Klan Nalan yang kuat, sementara yang lain adalah Kediaman Jenderal yang terhormat. Mereka tidak mau membantu salah satu dari klan tersebut, jika mereka mendukung pihak yang salah, akan terjadi bencana hebat yang akan menimpa mereka karena memilih pihak yang salah.
Semua orang sudah tahu bahwa Klan Nalan telah mengundang seorang Alkemis dan mereka tahu bahwa Klan Sima tidak pernah memiliki hubungan yang baik dengan para Alkemis, jadi mereka diam-diam berpikir bahwa Klan Sima pasti akan kalah kali itu.
Berita tentang toko Klan Sima yang telah kehabisan pil menyebar seperti api, dan banyak Pemimpin Klan yang hanya bisa menggelengkan kepala dan mendesah. Pil-pil itu benar-benar sebuah pukulan berat bagi setiap Pemimpin Klan!
Namun, tidak lama kemudian, toko Klan Sima mengeluarkan beberapa pil untuk dijual, terlebih, harganya bahkan diturunkan sepertiga dari sebelumnya. Pil itu bahkan lebih murah daripada yang dijual di Klan Nalan.
Bagi para prajurit upahan, yang tidak mampu, tidak heran harga tersebut sangat menarik. Akibatnya, prajurit upahan dengan cepat beralih dan justru mulai berlangganan di toko Klan Sima.
Klan Nalan langsung mendapatkan berita tersebut dengan sangat cepat. Merekalah yang telah mengirim orang-orang untuk membeli stok pil Klan Sima supaya toko Klan Sima kehilangan daya tariknya. Namun, mereka tidak menyangka bahwa Klan Sima benar-benar mampu mengeluarkan sejumlah pil yang harganya justru lebih rendah dari harga mereka. Hal itu membuat mereka sangat bingung.
Di aula pertemuan Klan Nalan, wajah Nalan He terlihat mendung sambil duduk di atas kursi ketua. Dua tetua duduk di sampingnya, masing-masing satu di setiap sisi, sementara yang lain duduk di bawah.
"Ketua Klan, apakah benar Klan Sima masih memiliki pil?" tanya Tetua Kedua.
"Ya." Nalan He mengangguk. "Kita baru saja menerima berita bahwa mereka masih terus menjual pil."
"Tetapi bukankah kita sudah membeli semua sisa pil mereka? Toko itu juga sudah berjanji sebelumnya bahwa mereka tidak akan lagi memasok pil ke Klan Sima, jadi dari mana mereka mendapatkan pil-pil tersebut?" Tetua Kedua bingung.
"Mungkinkah ada seseorang yang tidak memenuhi perjanjian kita dan secara tersembunyi menjual pil kepada mereka?" tanya Tetua Pertama.
"Kurasa bukan itu masalahnya," jawab Nalan He. "Bahkan jika seseorang tidak mematuhi perjanjian dan telah menjual pill mereka ke Sima Lie, Klan Sima tidak akan mampu untuk membeli begitu banyak sekaligus. Selain itu, mereka bahkan bisa menekan harga jual mereka menjadi sangat rendah."
"Jadi maksud Ketua Klan …."
Nalan He merenungkan hal itu sebentar, lalu berkata: "Kalau aku tidak salah, mereka pasti sudah bisa menemukan seorang Alkemis."
"Bagaimana mungkin!" Tetua Kedua menggelengkan kepala dengan tegas. "Orang-orang yang telah kita kirim memberi tahu kita bahwa upaya Klan Sima untuk mendekati para Alkemis tidak berhasil. Bagaimana mungkin mereka tiba-tiba bisa menemukan seorang Alkemis yang bersedia bergabung dengan klan mereka?"
"Ketua Klan, Tetua Pertama, Tetua Kedua." Seorang penjaga toko yang memiliki kumis seperti kumis lele berbicara dari bawah. "Menurut berita yang kami terima dari bawah, Klan Sima telah berhasil memproduksi seribu pil lebih. Tidak ada Alkemis yang mampu menghasilkan begitu banyak pil sekaligus."
"Lebih dari seribu?" Jumlah tersebut mengejutkan Tetua Pertama yang biasanya tenang. "Apa kau yakin?"
"Hamba ini yakin bahwa jumlahnya memang mencapai seribu," jawab lelaki berkumis itu. "Selain itu, harga pil kita dijual dengan harga pasaran, tetapi mereka bahkan mampu menjual dengan harga yang lebih murah."
"Hmph, Sima Lie, dia mau menggunakan cara ini untuk menarik pelanggan dan bahkan mengabaikan harga yang sesuai. Itu berarti dia tidak akan bisa bertahan lama!" seru Tetua Kedua.
"Menurutku juga begitu," kata Tetua Pertama. "Membunuh angsa yang menelurkan telur emas; pada akhirnya, itu bukanlah strategi jangka panjang."
"Lalu, apakah kita perlu menurunkan harga pil kita?" tanya si pria berkumis.
"Tidak perlu," jawab Nalan He. "Mereka seharusnya tidak mampu bertahan lama. Tunggu sampai pil mereka habis terjual; kita akan lihat apakah mereka mampu bertahan atau tidak. Setelah membayar upah untuk Master Agung He dan membayar bahan-bahan pil, kita sudah tidak menghasilkan banyak uang. Jika kita memotong harga lebih banyak lagi, itu akan berdampak pada stok kita di masa mendatang."
"Ya, Ketua Klan."
Nalan He menyentuh kain kosong di tangan kirinya, dengan wajah mendung penuh ketakutan. Meskipun ia tidak memiliki bukti yang jelas, intuisinya dapat memberitahunya bahwa peristiwa yang terjadi di Pegunungan Pu Luo tidak dapat dipisahkan dari Klan Sima.
"Ketua Klan, hadiah sudah disiapkan untuk ulang tahun Kaisar. Hadiah tersebut baru saja tiba di Paviliun Penyimpanan Harta hari ini."
Jika dibandingkan dengan masalah Klan Sima, hari ulang tahun Kaisar Ibu Kota merupakan persoalan yang telah menjadi prioritas akhir-akhir itu.
"Sudah tiba? Kalau begitu, mari kita lihat. Ketika kau kembali, terus awasi semua yang terjadi di sana," kata Nalan He pada penjaga toko yang duduk di bawah.
"Baik."
"Dua Tetuaku, mari kita lihat hadiah ulang tahun tersebut …."
Berita tentang toko Klan Sima yang menjual pil dengan harga murah dengan cepat menyebar di antara prajurit upahan dan banyak dari mereka berbondong-bondong untuk membelinya. Selain itu, karena murah, mereka rela membeli dua kali lipat dari jumlah yang biasa mereka beli. Dalam beberapa hari, pil-pil tersebut dengan cepat telah habis terjual.
Tepat ketika semua orang duduk santai dan menunggu Klan Sima yang diprediksi tidak mampu memasok pil lagi, Klan Sima tiba-tiba mengeluarkan sejumlah pil baru lagi dan harganya benar-benar tetap sama.
Langkah tersebut mengejutkan setiap orang di Ibu Kota. Apa artinya itu? Itu berarti Klan Sima benar-benar mampu mendapatkan seorang Alkemis! Terlebih, melihat pil yang dijual, setidaknya orang itu adalah Alkemis peringkat kedua!
Berita tersebut mengejutkan Nalan He untuk sejenak tetapi ia merasa belum kalah. Ia segera mengirim orang untuk memeriksa toko mana yang memasok bahan-bahan pil ke Klan Sima, mencoba memutus rantai pasokan mereka. Namun, ia menerima kabar bahwa - Klan Sima tidak membeli bahan pil mereka dari siapa pun!
"Lalu, apakah pil mereka jatuh dari langit?" Tetua Kedua sangat bingung. "Kecuali jika kau mau bilang padaku bahwa ada kekuatan besar yang mendukung mereka dari belakang?"
Nalan He menggelengkan kepala. "Selain Serikat Alkemis, kekuatan mana yang mampu membantu Klan Sima dalam skala besar? Namun, kita tahu hubungan yang Sima Lie miliki dengan Serikat Alkemis, sudah bagus Serikat Alkemis tidak menendang mereka saat mereka sedang jatuh, tetapi untuk maju dan membantu mereka? Jelas tidak mungkin."
"Lalu bagaimana kita menjelaskan apa yang terjadi pada Klan Sima?"
Nalan He tertawa dengan dingin. "Perjamuan makan kekaisaran akan segera tiba. Pada saat itu, kita pasti punya cara untuk membuat Sima Lie, si tua itu, menceritakan detailnya!"