Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Bertemu Nakhoda Tuo Lagi



Bertemu Nakhoda Tuo Lagi

Sima You Yue mengikuti si lelaki berjubah hitam masuk ke dalam sebuah kedai teh. Kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari gang kecil sebelumnya. Pantas saja Raung Kecil bilang kalau Raung Kecil langsung mengejarnya saat Raung Kecil melihatnya, padahal ia sama sekali tidak merasakan aura Raung Kecil.     

Seluruh kedai teh tersebut kosong. Hanya ada beberapa penjaga di pintu masuk, tetapi tidak banyak orang yang harus mereka lindungi. Ia mengikuti si lelaki berjubah hitam ke ruang pribadi di lantai tiga dan mendengarnya berkata kepada lelaki di dalam, "Tuan, Nona Muda You Yue sudah di sini."     

"Masuklah."     

Suara itu terdengar familier, tetapi terdengar sangat malas.     

Sima You Yue mendorong pintu, lalu berjalan masuk. Melihat ada dua orang yang duduk di dalam, ia tercengang.     

Ia terkejut bukan karena ia melihat Nakhoda Tuo, tetapi karena ia melihat Gadis Kuil sedang duduk di samping Nakhoda Tuo sambil minum teh dengan tenang.     

Melihat Gadis Kuil, Raung Kecil terbang masuk dari pintu dalam satu gerakan, mendarat di depan … kue basah dan kue kering yang ada di depan Gadis Kuil.     

"Kenapa kau melamun di luar sana? Bukannya kau yang meminta Raung Kecil dan Untung Kecil untuk memancingnya keluar supaya ia tidak melibatkan diri dalam masalah Klan Tao?" tanya Nakhoda Tuo dengan tenang.     

Saat itu, Gadis Kuil juga menengadah untuk menatap Sima You Yue, tetapi matanya menunjukkan kalau ia tidak mempermasalahkan apa pun.     

Sima You Yue terkekeh, lalu berjalan mendekat untuk duduk di hadapan mereka.     

Saat melihat Raung Kecil, ia sudah menebak kalau Gadis Kuil juga ada di sekitar situ. Yang mengejutkannya adalah ternyata Gadis Kuil tidak bertindak angkuh di antara orang-orang biasa, tetapi justru duduk di keramaian kota sambil minum teh.     

Tidak mungkin Gadis Kuil datang ke situ hanya untuk berkencan, kan?     

Ia tidak tahu bagaimana Nakhoda Tuo bisa tahu perihal Klan Tao. Namun, melihat sikap Nakhoda Tuo, ia tahu kalau Nakhoda Tuo bukan orang biasa.     

"Kau mau menyusup ke Klan Hao?" tanya Nakhoda Tuo, tidak memedulikan kebungkamannya.     

"Ya." Ia tidak menutupi niatnya. Karena Nakhoda Tuo bisa tahu tentang Klan Tao, tidak heran kalau Nakhoda Tuo juga tahu tentang rencananya yang lain.     

"Apa kau tahu tentang Klan Hao?"     

"Aku tahu … dari selebaran yang kau berikan padaku," jawab Sima You Yue.     

….     

Awalnya, Nakhoda Tuo penasaran bagaimana bocah itu bisa benar-benar memahami Klan Hao secepat itu. Ia sama sekali tidak menduga bagian akhir kalimat jawaban Sima You Yue barusan. Ia nyaris tidak bisa menguasai diri.     

"Karena kau tahu informasi orang dalam tentang Klan Hao, seharusnya kau tahu betapa berbahayanya hal yang mau kau coba lakukan? Apa kau butuh bantuanku?" tanyanya.     

Sima You Yue menengadah untuk menatapnya.     

"Selama aku membantumu, kedua gurumu pasti bisa keluar dengan selamat," kata Nakhoda Tuo dengan yakin.     

"Apa imbalanmu wahai Penguasa Pulau?" tanya Sima You Yue dengan perlahan.     

"Bagaimana kau bisa tahu siapa aku?" tanya Nakhoda Tuo. Berdasarkan informasi yang ia terima, Sima You Yue sama sekali tidak menyelidikinya.     

"Sudah kutebak." Tidak mau terus membahas hal tersebut, Sima You Yue berkata, "Katakan padaku, apa syaratmu?"     

Kalau Nakhoda Tuo bisa membantunya, ia tidak perlu berbelit-belit melakukan upayanya. Tentu saja, mereka harus menyepakati syarat-syaratnya dahulu.     

"Sebenarnya, tidak seberapa. Kau tinggal janji untuk tinggal di sini selama beberapa tahun," jawab Nakhoda Tuo.     

Ia merasa syaratnya sangat sederhana dan mudah dilakukan. Sima You Yue tidak mungkin menolaknya.     

Namun, di luar dugaan, Sima You Yue langsung menolaknya mentah-mentah.     

"Masih ada banyak hal yang harus kulakukan. Aku tidak bisa tinggal di sini," kata Sima You Yue. "Walaupun bantuanmu pasti akan meringankanku, ada banyak hal yang lebih penting yang harus kulakukan di luar."     

Nakhoda Tuo tidak marah. Ia menunjuk Raung Kecil, lalu berkata, "Kalau begitu, biarkan dia tinggal selama beberapa tahun. Dia tidak kuat. Dia tidak punya kemampuan khusus. Dia cuma tahu makan, minum, dan bersenang-senang sepanjang hari. Dia tidak terlalu berguna untuk apa yang mau kau lakukan, jadi tidak masalah kalau dia tidak di sisimu."     

Raung Kecil, yang dengan senang hati sedang mengisi mulutnya dengan kue-kue, merasakan bahaya. Ia langsung menyeka mulutnya dan menerkam ke dalam pelukan Sima You Yue.     

"Yue Yue, Yue Yue, kau tidak bisa membuangku di sini seorang diri." Ia meraih pakaian Sima You Yue dan menatap Sima You Yue dengan sedih.     

Meskipun Sima You Yue belum mengambil keputusan, ia tahu kalau ia memang tahunya hanya bermain-main di luar. Bagaimana kalau Sima You Yue setuju?     

Kalau ia tahu akan begini jadinya, ia pasti ikut pulang bersama Untung Kecil sebelumnya.     

Nakhoda Tuo menatap Sima You Yue, menunggunya mengambil keputusan.     

Kali ini, Sima You Yue tidak langsung menolak syaratnya.     

"Kenapa kau mau Raung Kecil tetap tinggal di sini?" tanya Sima You Yue.     

"Untuk menemani Kuil Kecil. Jarang-jarang dia suka pada seseorang," jawab Nakhoda Tuo.     

"Kalau begitu, kenapa kau tidak memilih Untung Kecil?"     

"Meskipun Untung Kecil juga mengikutimu, kau tidak punya wewenang untuk memutuskan perihal dirinya. Kalau aku memilih dia, kau pasti tidak akan setuju. Namun, berbeda dengan Raung Kecil. Dia Binatang Roh kontrakmu. Apa pun yang kau suruh dia lakukan, dia tidak akan berani melawanmu!" jawab Nakhoda Tuo dengan perlahan.     

Dengan kekuatan kontrak, Binatang Roh kontrak tidak bisa melanggar perintah masternya!     

Raung Kecil membeku. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya karena Yue Yue selalu memperlakukannya dengan sangat baik dan tidak pernah memintanya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Namun, kalau Sima You Yue benar-benar memerintahkannya untuk tetap tinggal di situ, ia tidak akan bisa menolaknya.     

Memikirkan hal tersebut, ia berubah serius dan tidak bersemangat seperti sebelumnya.     

Melihat tingkah Raung Kecil yang demikian, Sima You Yue berhenti menggodanya. Ia berkata pada Nakhoda Tuo, "Raung Kecil telah bersamaku sejak aku masih muda. Kalau aku berpisah darinya, mungkin dia akan memasang tampang seperti ini setiap hari. Kurasa kau tidak mau melihatnya terus-terusan seperti ini setiap hari, kan?"     

Mendengar Sima You Yue berkata demikian, Raung Kecil sangat gembira. Namun, ia tetap terus memasang tampang sangat menyedihkan.     

"Lupakan saja." Kali itu Gadis Kuil yang bicara.     

Sima You Yue tersenyum. "Sebenarnya, menurutku kau sebaiknya pergi keluar untuk melihat-lihat. Mungkin kau akan melihat dunia yang berbeda."     

"Keluar?"     

"Ya! Selama ini kau selalu tinggal di pulau dan tidak tahu bagaimana keadaan di luar. Kau juga tidak tahu bagaimana rasanya tinggal di luar. Kalau kau pergi ke banyak tempat, mungkin kau akan punya pandangan yang berbeda tentang beberapa hal," jelas Sima You Yue. "Toh, bukankah penguasa pulaumu sering pergi keluar untuk jalan-jalan? Dia bisa menemanimu."     

Raut wajah Nakhoda Tuo langsung berubah masam. Apa maksud bocah itu? Ia Penguasa Pulau yang sangat pekerja keras, tahu? Kapan dia pergi keluar untuk jalan-jalan setiap hari? Itu fitnah! Fitnah!     

Namun, meninggalkan pulau untuk jalan-jalan? Itu ide yang bagus.     

Gadis Kuil dan Nakhoda Tuo sudah saling kenal sejak lama. Melihat tampang Nakhoda Tuo, Gadis Kuil tahu Nakhoda Tuo senang mendengar ide tersebut. Namun, keluar dari pulau untuk jalan-jalan? Ia tidak pernah terpikir untuk melakukan hal tersebut sebelumnya.     

"Kakak Kuil, ayo, ayo. Sudah kubilang kan kalau dunia luar itu enak? Ada begitu banyak hal yang bisa kau lakukan dan banyak hidangan lezat yang bisa kau santap. Meskipun hidangan-hidangan itu tidak selezat masakan Yue Yue, tetapi …."     

Tidak tahan mendengar bisingnya Raung Kecil, Sima You Yue menutup mulut Raung Kecil menggunakan tangannya.     

"Kuil Kecil, karena Pertemuan Mutiara Kirmizi sudah selesai, tidak ada yang bisa kau lakukan di pulau sekarang. Kenapa kita tidak pergi keluar saja untuk jalan-jalan?" Nakhoda Tuo juga ikut mendesak.     

"Baiklah, kalau begitu."     

"Bagaimana kalau kita pergi sekarang?" Seperti biasa, Nakhoda Tuo bersikap impulsif.     

"Apa kau tidak ikut mengurus masalahnya lagi?"     

"Masalahnya memang dendam antara dia dengan Klan Hao, untuk apa kita ikut campur? Tidak akan ada masalah asal bocah ini tidak membelah pulau kita jadi dua." Kalimatnya yang pertama Nakhoda Tuo tujukan untuk Gadis Kuil, sementara kalimat keduanya merupakan peringatan bagi Sima You Yue.     

Sima You Yue tertawa, menyetujuinya.     

Tidak masalah asal ia tidak sampai membelah pulau itu jadi dua. Wewenang yang Nakhoda Tuo berikan padanya besar juga ya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.