Kota Luas
Kota Luas
Kota Luas, sebagai kadipaten Wilayah Luas, merupakan pusat politik wilayah tersebut, sama seperti fungsi ibu kota di bumi.
Kota Luas sangat besar. Selain Kediaman Adipati, terdapat banyak klan besar. Salah satunya Klan Xiao.
Setelah bepergian selama berhari-hari, mereka semua merasa lelah. Setelah menyepakati pertemuan mereka berikutnya, Xiao Ruo Bai dan Sima You Yue berpisah dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Murong Hui membawa Sima You Yue pulang ke Kediaman Adipati. Melihat tidak ada pintu utama di pintu masuk, Murong Hui pun marah.
"Siapa yang merusak pintu utama?!" tanya Murong Hui sambil menahan amarah.
Para pengawal yang menjaga pintu satu demi satu berlutut saat melihatnya. Terlebih, ia sedang murka sekarang. Melihat kejadian tersebut, banyak orang berlari keluar dari gerbang dan ikut berlutut.
"Untuk menjawab pertanyaan tuanku, pintu utama ini dihancurkan oleh Jenderal Besar Di," jawab kepala pelayan kedua sambil berlutut.
"Jenderal Besar Di?" Kening Murong Hui berkerut. "Kalau dia yang merusaknya, kenapa kalian tidak menggantinya dengan yang baru?"
"Kami sudah menggantinya beberapa kali, tetapi Jenderal Besar Di terus-terusan menghancurkan pintu yang baru."
"Kenapa? Apa yang terjadi?"
"Tuan Mo Yu dan Jenderal Besar Di datang ke sini sebelumnya. Tuan Mo Yu tinggal di Kediaman Adipati, dan kelihatannya keduanya sedang berselisih. Jenderal Besar Di sering datang ke Kediaman Adipati dalam keadaan marah. Lalu, Tuan Mo Yu menutup pintu. Jenderal Besar Di selalu menghancurkan pintu ini setiap kali dia datang. Setelah hal yang sama terjadi berulang kali, Tuan Mo Yu bilang dia tidak akan mau memperbaiki pintunya lagi, jadi dibiarkan saja begini. Lalu, Tuan Mo Yu pergi dan tidak bilang kapan dia akan kembali, jadi …."
Si kepala pelayan menjelaskan sehingga semua orang akhirnya paham duduk perkaranya.
Sudut mulut Sima You Yue berkedut. Kedua orang tersebut bahkan sampai menghancurkan pintu!
Murong Hui menatap Sima You Yue. Sima You Yue pun berkata sambil menahan emosi, "Perbaiki saja pintu utamanya, mereka tidak akan kembali."
"Kalau begitu, kalian perbaiki pintu ini." Setelah Murong Hui selesai bicara, ia membawa Sima You Yue masuk.
Orang-orang yang berlutut di tanah agak terkejut. Bagaimana mungkin Adipati bisa minta pendapat Nona Muda? Selain itu, Nona Muda tampak sangat berbeda dari sebelumnya.
Kepala pelayan kedua dengan cepat mengikuti Murong Hui dan Sima You Yue masuk, sementara para penjaga menjaga pintu utama. Beberapa orang lainnya pergi mengambil pintu pengganti yang sudah mereka siapkan.
"Xi'er, ini pelataran depan, ini tempat Ayah menangani tugas resmi. Waktu kau masih kecil, kau biasa datang ke sini untuk bermain-main. Setiap kali aku mengajakmu pulang, kau pasti menangis sampai ingusmu keluar. Di sana ada danau. Kau suka bermain di danau, jadi ada danau di tempat kita. Di sana ada …." Murong Hui menunjukkan tempat-tempat di sekitar kediaman pada Sima You Yue dengan perlahan sambil berjalan.
Kepala pelayan kedua dan yang lainnya yang menemani mereka terkejut mendengar semua itu. Kenapa seakan-akan Adipati sedang memperkenalkan rumahnya pada orang asing?
"Lin Tua, ada apa ini?" tanya si kepala pelayan kedua dengan heran sambil meraih Murong Lin.
"Nona Muda sempat diburu di sana. Waktu dia coba melarikan diri, dia jatuh ke tebing dan hilang ingatan. Dia tidak ingat apa-apa, maka dari itu Tuan mengajaknya berkeliling untuk memperkenalkan tempat-tempat di sekitar sini," jawab Murong Lin.
Murong Hui dan Sima You Yue sudah membahas masalah identitas Sima You Yue sebagai Murong Xi dengan baik. Mereka berdua sepakat kalau semakin sedikit orang yang tahu, semakin bagus.
Si kepala pelayan kedua terkejut, lalu berseru, "Nona Muda hilang ingatan?!"
"Ya, jangan langsung bicara tentang masa lalu dengan Nona Muda. Meskipun dia sangat berbeda dari sebelumnya, anggap saja masa lalunya sudah berlalu," jawab Murong Lin.
"Nona Muda memang kelihatan beda sekali, bahkan sifatnya pun berubah," timpal si kepala pelayan kedua. Nona Muda dahulu sombong dan berkuasa, tetapi sekarang ia kelihatan lebih pendiam, lebih tenang, dan lebih percaya diri, seolah-olah Nona Muda telah lahir kembali."
"Setelah begitu banyak hal yang terjadi, seseorang pasti akan berubah." Murong Lin mengembuskan napas.
Pada saat yang sama, Murong Lin juga sangat terharu. Kalau saja Nona Muda yang asli bisa sebaik Sima You Yue, tuannya tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Murong Xi seperti sebelumnya, dan mungkin Murong Xi tidak akan dikejar sampai mati.
Meskipun si kepala pelayan kedua agak penasaran tentang pengejaran Murong Xi, tetapi melihat Murong Lin tidak berniat membicarakannya, ia tidak lanjut bertanya. Toh, ia bisa cari tahu tentang kejadian macam itu dengan bertanya pada orang lain.
Murong Hui mengantar Sima You Yue ke pelataran Murong Xi sebelumnya dan menjelaskan padanya tentang tata letak kediaman supaya ia bisa mendapatkan gambaran secara umum.
"Mungkin Ayah akan sibuk selama masa ini. Kalau kau mau mengenal kediaman dan kota ini lebih jauh, kau bisa tanya pada Ting Shan dan Ting Shui. Kalau kau menghadapi masalah, temuilah salah satu kepala pelayan. Kalau kau tetap tidak bisa menyelesaikannya, temui aku," pesan Murong Hui sebelum pergi.
"Baiklah, Ayah." Sima You Yue mengangguk dan mengantar Murong Hui keluar.
Ting Shan dan Ting Shui memberi perintah pada para pelayan untuk membawa masuk barang-barang Murong Xi. Karena sekarang Sima You Yue menggunakan identitas Murong Xi, barang-barang Murong Xi juga dibawa pulang.
Ting Shan dan Ting Shui sudah melayani Murong Xi sebelumnya, jadi barang-barangnya diatur sesuai selera Murong Xi. Setelah Sima You Yue melihatnya, ia merasa itu terlalu mewah dan hanya memamerkan kekayaannya, jadi ia mengeluarkan kembali semua barang-barang tersebut, mengemasnya dan menyimpannya di gudang.
Beberapa hari berikutnya, Murong Hui sangat sibuk sampai ia bahkan tidak melihat bayangan Murong Hui. Sebagai pendekar, mereka tidak perlu istirahat. Oleh karena itu, arus orang yang keluar masuk Kediaman Adipati tidak ada habisnya siang dan malam.
Pertama kali melihat hal tersebut, ia pikir situasi itu terjadi hanya karena mereka baru saja pulang ke Kediaman Adipati dan harus menangani urusan wilayah, jadi Murong Hui sibuk. Namun, setelah beberapa saat, ia sadar kalau orang-orang yang datang bukan orang biasa; sebagian misterius, dan kalau dipikir-pikir lagi tentang kepulangan Murong Hui yang tiba-tiba, ia merasa situasinya tidak sesederhana itu.
Ia menghabiskan sepanjang hari untuk memahami situasi di situ dan belajar tentang gaya hidup Murong Xi sebelumnya. Mendengar penjelasan Ting Shan dan Ting Shui, Sima You Yue tanpa sadar memegang dahinya.
Murong Xi bersikap sombong dan sembarangan. Sudah merupakan sebuah kewajiban dalam hidupnya untuk menganiaya seorang pemuda tampan. Tingkahnya arogan dan boros, dan orang lain menganggapnya seperti iblis.
"Aku cuma bisa bilang, untunglah aku punya latar belakang yang bagus." Sima You Yue mengembuskan napas. "Apa ayahku masih sibuk?"
"Ya. Waktu aku berjalan kembali ke sini, kulihat seseorang masuk ke ruang kerja Tuan," jawab Ting Shui.
"Ayah terlalu sibuk," kata Sima You Yue dengan sedih. "Namun, aku tidak bisa banyak membantunya. Karena aku tidak ada kerjaan di rumah, aku mau belanja!"
Setelah berkata demikian, ia langsung mau pergi, dan sepertinya ia tidak mau mengajak orang lain.
"Nona, izinkan kami para pelayan menemanimu," kata Ting Shan. "Kau tidak ingat bagaimana situasi di luar. Izinkan kami para pelayan menemanimu, kami juga bisa mengajakmu berkeliling di luar dan memperkenalkanmu pada hal-hal yang lain."
Sima You Yue berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju.
Kalau ia pergi sendiri, ia pasti masih harus mencari-cari. Dengan adanya Ting Shan dan Ting Shui, ia juga jadi bisa punya pemahaman yang bagus kalau mereka bisa menjelaskan situasi di luar padanya.
Jadi, ia pergi bersama Ting Shan dan Ting Shui. Ketika kapten penjaga melihatnya keluar, kapten penjaga memberi isyarat dan memerintahkan salah satu penjaga, "Pergi dan beri tahu Kepala Pelayan, Nona Muda mau keluar. Apa dia mau mengirim tim untuk berjaga-jaga seperti sebelumnya?"
Sima You Yue belum berjalan jauh, tetapi kata-kata si penjaga masih terdengar sampai ke telinganya. Sudut mulutnya berkedut. Ia mempercepat langkahnya untuk segera meninggalkan Kediaman Adipati.