Sekelompok Orang Menyebalkan yang Tak Tahu Malu
Sekelompok Orang Menyebalkan yang Tak Tahu Malu
"Masalah ini tidak ada artinya bagi You Yue, tetapi lagi-lagi ini pasti akan menyakitkan." Fatty Qu sama sekali tidak mengkhawatirkan Sima You Yue, ia lebih tidak sabar untuk melihat bagaimana jadinya nasib orang-orang tersebut.
"Benarkah?" Pelangi masih tidak memercayai kata-kata Fatty Qu dan yang lainnya. Ia masih ingin pergi untuk membantu Sima You Yue.
"Pelangi, kita hanya akan menghalangi You Yue jika kita tetap di sini," ulang Bei Gong Tang. "Lagi pula, bahkan jika You Yue tidak bisa menghadapi orang-orang itu, tetap tidak ada gunanya kita ada di sini. Daripada menunggu di sini untuk mati, lebih baik kita pulang dan meningkatkan kekuatan kita. Dengan demikian kita bisa membalaskan dendam You Yue di masa depan."
"Betul sekali," tandas Sima You Le sambil mengangguk setuju.
You Yue berulang kali mengatakan hal itu kepada Bei Gong Tang dan yang lainnya. Jika mereka berhadapan dengan musuh yang kekuatannya tidak sebanding dengan mereka, jangan memaksa menyerang hanya untuk mati, larilah dan balaskan dendam di masa depan. Kalau seseorang sampai mati, kematiannya akan sia-sia saja.
Karena itu, Bei Gong Tang dan yang lainnya tidak akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk orang lain tanpa pikir panjang, karena hal itu tidak ada gunanya.
Tuoba Wu Chen dan yang lainnya tidak mengerti bagaimana Fatty Qu dan yang lainnya bisa sangat yakin pada kemampuan Sima You Yue. Namun, melihat sikap mereka yang seperti itu, hati Tuoba Wu Chen dan yang lainnya pun menjadi lebih tenang.
"Ayo pergi," desak Sima You Lin lagi.
Para Tetua Klan Bangau Putih, Burung Roc Kehormatan dan yang lainnya tahu apa yang ingin Sima You Yue lakukan. Jadi ketika Burung Roc Kecil menyuruh mereka semua pergi, mereka tanpa ragu meninggalkan tempat itu.
Sima You Lin dan yang lainnya terbang menjauh sejauh puluhan kilometer dan tetap melayang di udara untuk mengamati keadaan di Danau Jerau.
Para penonton lain juga pergi menjauh sampai cukup jauh. Ketika semakin banyak sosok kuat yang bermunculan, mereka sudah merasa kalau keadaan tersebut akan menjadi semakin gawat. Kalau pertempuran dimulai, mereka pasti akan terkena dampaknya, mengingat jarak mereka yang sebelumnya lebih dekat.
Sima You Yue dan Tu Kecil berdiri di pulau kecil di tengah Danau Jerau. Tujuh Kecil menolak untuk meninggalkannya sementara Burung Roc Kecil berdiri menjaganya. Sekarang hanya mereka berempat yang tinggal di pulau tersebut, dan ada ratusan orang di udara dan di pinggir danau. Mereka semua memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya.
"Tu Kecil, sejak kapan kau jadi seterkenal ini sampai-sampai banyak orang yang bersaing untuk mendapatkanmu?" Dihadapkan pada keadaan seperti itu, Sima You Yue masih punya waktu untuk mengobrol dengan Tu Kecil.
"Aku tidak tahu, mungkin karena aku semakin tampan," jawab Tu kecil dengan santai.
"Sejak kapan kau belajar jadi selincir ini?" Sima You Yue menepuk-nepuk kepala Tu Kecil. "Menurutku kau pasti memiliki suatu kegunaan sampai bisa menarik perhatian orang sebanyak ini. Namun, apa kegunaanmu?"
"Kau mau tahu? Gampang, tanyakan saja pada mereka dan kau akan tahu," jawab Tu Kecil.
"Apa mereka akan menjawab pertanyaan itu? Kau ini bodoh atau bagaimana?" tanya Tujuh Kecil dengan nada merendahkan.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau belum dicoba?" dengus Tu Kecil. Ia melangkah maju dan berdiri di depan Sima You Yue. "Apakah kalian datang mencariku? Aku hanya seekor Binatang Roh Keberuntungan. Sungguh aneh kalau aku sampai bisa membuat banyak sekali pendekar yang luar biasa kuat seperti kalian datang kemari."
"Binatang Roh Keberuntungan, sekarang kami datang membawa orang sebanyak ini, sebaiknya kau mengikuti kami dengan patuh," jawab seseorang.
"Untuk apa aku ikut pergi dengan kalian?" tanya Tu Kecil.
"Temanmu bisa tetap hidup."
"Omong kosong!" seru Tu Kecil. "Aku hanya Binatang Roh Keberuntungan yang biasa saja. Menurutku, tidak mungkin aku bisa menarik perhatian dari begitu banyak kekuatan, kan? Karena kalian ingin aku mengakui kalian sebagai Masterku, bisakah kalian memberitahuku alasannya? Siapa pun yang memberitahuku dan bisa mengalahkan kami hari ini, maka aku akan pergi mengikuti orang itu."
Kata-kata Tu Kecil tersebut pun berdampak. Beberapa orang menjadi bersemangat, mereka lalu menjawab, "Akhir-akhir ini, sebuah rumor beredar di benua bahwa tanah keabadian tak lama lagi akan terbuka, tetapi tidak semua orang bisa masuk. Dibutuhkan seekor Binatang Roh Keberuntungan untuk dapat membukanya. Karena Binatang Roh Keberuntungan muncul lebih awal dan beredar kabar tentang adanya seekor Binatang Roh Keberuntungan di Hutan Gelap, tentu saja orang akan berlomba-lomba datang kemari untuk memperebutkanmu. Kau tadi bilang kalau aku memberitahumu alasannya kau akan ikut denganku."
Orang-orang di sana tidak tahan untuk tidak memaki orang tersebut menyaksikan kebodohannya. Pemahaman taktis semacam itu tentu berbeda ketika sedang diucapkan. Karena mereka semua datang untuk tujuan tersebut, kabar itu pun dibenarkan secara tidak langsung. Dengan demikian, mereka tentu akan ikut memperebutkan Binatang Roh Keberuntungan.
Orang itu tetap menatap Tu Kecil karena ia benar-benar berpikir kalau Tu Kecil akan mengakuinya sebagai Master.
"Kubilang kalau kau bisa mengalahkan kami hari ini, maka aku akan pergi bersamamu. Jika kau tidak bisa mengalahkan kami, bagaimana mungkin aku akan pergi mengikutimu?" Ekspresi Tu Kecil tampak mengejek kekonyolan orang itu. Ia merasa kecerdasan orang itu rendah, tampaknya orang itu telah terlalu banyak berkultivasi sampai-sampai otaknya rusak.
"Huh, jumlah kami sangat banyak. Apa kau pikir kau masih bisa pergi dari sini hidup-hidup?" seru orang itu. "Namun, kabar itu mengatakan kalau aku hanya membutuhkan darah Binatang Roh Keberuntungan. Tidak ada yang mengatakan kalau kau harus hidup. Kalau kau mati, kami akan membagi daging dan darahmu, jadi kami tidak perlu berebut dan saling membunuh."
Hanya membutuhkan darah?
Sima You Yue menatap lelaki berbadan besar tersebut. Ia penasaran apakah lelaki itu memang benar-benar bodoh atau sedang pura-pura bodoh. Kalau ia tidak bodoh, kenapa ia bisa dengan lancar menjelaskan alasannya pada Tu Kecil? Namun, kalau ia memang bodoh, kenapa kata-katanya bisa dengan mudah menenangkan semua orang itu?
Orang-orang di sana awalnya ingin saling memperebutkan Tu Kecil. Setelah mereka mendengar perkataan lelaki besar tersebut, mereka semua jadi tenang. Oh ya, tanah keabadian hanya membutuhkan darah Binatang Roh Keberuntungan, mereka bisa membagi darahnya dengan sama rata, mereka tidak perlu bertarung sampai mati.
"Ada banyak Binatang Roh Keberuntungan di Negeri Purba, misalnya, di Paviliun Bijaksana, Putra Suci kalian memiliki Binatang Roh Qilin, kan? Mengapa kalian tidak minta pada Putra Suci kalian saja? Kalian punya banyak cabang paviliun; kalian bisa meminta Putra Suci untuk mengeluarkan sebagian darah Qilin. Kalian bisa membaginya dengan sama rata. Kenapa kalian ingin merebut milik orang lain?" tanya Sima You Yue tidak mengerti.
"Binatang Roh Keberuntungan yang ini pasti masih dalam masa pertumbuhan. Sulit untuk mendapatkan yang seperti ini sekarang," jawab seseorang.
"Karena kita hanya memerlukan darah Binatang Roh Keberuntungan, menurutku kita tidak perlu sampai bertarung untuk itu. Bagaimana kalau kita membagi daging dan darah Binatang Roh Keberuntungan tersebut dengan adil?" tanya Yu Cheng Bi.
Orang-orang yang baru datang semuanya orang kuat. Jika mereka saling bertarung, hasilnya mungkin akan kacau. Sebaiknya mereka menyimpan kekuatan mereka untuk mencari kesempatan di tanah keabadian.
"Baiklah."
Jangan bertarung kalau memang tidak perlu. Karena ada solusi yang lebih baik, untuk apa mereka harus bertarung? Tidak peduli seberapa berharganya, itu hanyalah seekor Binatang Roh Keberuntungan. Itu tidak layak dijadikan alasan untuk mengadu kelompok kekuatan yang sangat banyak. Memang sebaiknya mereka membag darah dan daging Binatang Roh Keberuntungan tersebut secara merata.
"Kalau begitu, ayo kita bagi berdasarkan peringkat kekuatan dan yang datang terlebih dahulu," usul Yu Cheng Bi.
Paviliun Bijaksana sangat kuat dan merekalah yang pertama datang. Bagaimana mungkin mereka tidak menempati urutan pertama?
"Baik."
"Setuju." Mereka yang tidak tahu malu pun setuju, dan sama sekali tidak melihat wajah Sima You Yue yang semakin murka.
"Kalian mau membagi-bagi daging dan darah Tu Kecil?"
Sima You Yue menyaksikan orang-orang tersebut berunding dengan bersemangat, banyak dari antara mereka yang memandang Tu Kecil dengan niat membunuh yang jelas. Kemarahan Sima You Yue semakin memuncak dalam hati. Ia mencibir, "Bukanlah kalian ini sudah cukup punya segalanya? Apa kalian benar-benar beranggapan kalau benua ini adalah halaman belakang kalian? Apa kalian pikir kalian bisa seenaknya melakukan apa saja? Kalian mau membunuh Tu Kecil dan mengambil darah dan dagingnya, apa kalian sudah meminta pendapat kami?"