Mewujudkan Impian, Pernikahan (4)
Mewujudkan Impian, Pernikahan (4)
Air matanya pun jatuh begitu saja tanpa bisa dibendung lagi, "Bagaimana bisa, bagaimana bisa…"
Di sebelahnya, Su Li merasa permainan ini terlalu jauh. Alhasil, ia mengambil napas dalam-dalam, kemudian membelai lembut kepala Xiao Ba Wanghua sambil mencoba menenangkan Sang Xia, "Sayang, jangan terlalu khawatir. Aku dengar dari pengasuh jika kakinya terkilir dan jatuh dari tengah tanpa mengeluarkan darah. Tenanglah. Kamu akan tahu sebentar lagi. Semuanya akan baik-baik saja, oke. Tidak akan terjadi apa-apa."
Ya, sebentar lagi Sang Xia akan tahu jika anaknya benar-benar baik-baik saja.
Namun, meski Su Li tahu segalanya, tapi melihat Sang Xia khawatir hingga menangis seperti itu, sebagai seorang ibu, tentu saja ia bisa memahami apa yang dirasakan sahabatnya.
Jadi, akan sangat wajar jika Sang Xia bersikap seperti itu.
Hanya saja, apa yang bisa Su Li lakukan hanyalah mencoba menenangkan.
Tentu, Sang Xia tidak menanggapinya. Ia terus memeluk Xiao Ba Wanghua di tangannya, mencium dahinya, menatapnya dalam-dalam, sembari mengeluarkan suaranya yang serak, "Nak, Nak... Buka matamu, jangan menakut-nakuti Ibu. Lihat Ibu agar Ibu tahu kamu baik-baik saja."
Setelah kalimat itu dilontarkan, Sang Xia membenamkan kepalanya di bahu kecil Xiao Ba Wanghua dan memeluknya dengan erat. Hidungnya benar-benar terasa masam, dan air di matanya masih tidak bisa menahan diri untuk tidak mengalir.
Tak lama berselang, bulu mata Xiao Ba Wanghua tampak bergerak. Hingga pada akhirnya, ia membuka mata.
Dengan mulut terkatup, ia ingin menangis.
Namun, gerakan ini hanya disadari oleh Su Li.
Dengan cepat ia mengedipkan mata pada Xiao Ba Wanghua, seolah menyuruhnya untuk menutup matanya kembali.
Tapi Xiao Ba Wanghua hanya menatapnya dengan mulut terkatup dan hidung memerah.
Mau tak mau, Su Li menghela napas pelan. Ia mengerti maksud dari Xiao Ba Wanghua dan akhirnya mengangguk.
Lalu, bocah kecil itu menggerakkan lengan kecilnya, menatap ke arah Sang Xia, dan berbisik padanya, "... Ibu..."
Begitu Sang Xia mendengar ini, ia dengan cepat menegakkan tubuhnya dan mengalihkan fokus sepenuhnya pada Xiao Ba Wanghua.
Seketika, ia benar-benar melihat putranya membuka mata dan keterkejutan di hati Sang Xia tentu tak terhindarkan. Dengan suaranya yang masih serak ia bertanya dengan penuh semangat, "Nak, Nak, beritahu Ibu di mana yang sakit? Apa ada cedera di kepala? Apa ini sakit?"
Xiao Ba Wanghua tidak menjawab, tetapi hanya berkedip samar, lalu tiba-tiba mengerucutkan mulut kecilnya dan berteriak, "Huuaaaa... Bu... Bu..."
Mendapati itu, Sang Xia langsung memeluk Xiao Ba Wanghua erat-erat.
Kini, Xioa Ba Wanghua bersandar di bahu ibunya dengan wajah menangis. Sementara Su Li sebenarnya juga merasa tertekan, tetapi yang membuatnya tertekan bukanlah Xiao Ba Wanghua yang berpura-pura jatuh, melainkan gaun pengantin Sang Xia yang tak ternilai ini. Ia takut bocah kecil itu akan menumpahkan air mata dan ingusnya di sana.
Alhasil, ia dengan hati-hati menyeka air mata yang membasahi wajah Xiao Ba Wanghua, "Sayang, jangan takut. Tidak apa-apa. Putra pemberani ibu tidak mudah menangis, bukan?"
Saat mengatakannya, Su Li menyeka beberapa gelembung ingus di hidung bayi itu dengan tangan kosong.
Sedangkan Xiao Ba Wanghua langsung berusaha keras menarik ingus di hidungnya dan berkata dengan samar, "Karena Ibu."
"A-apa?" Sekilas, Su Li tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang keluar dari mulut Xiao Ba Wanghua.
Kemudian, Xiao Ba Wanghua memeluk leher Sang Xia, terisak, dan berkata dengan suara kecilnya yang serak, "Aku... aku tidak ingin ibu menangis, tidak ingin ibu sedih." Setelah mengatakannya, ia membungkuk sambil menangis, mencium wajah ibunya, dan memeluknya erat-erat.
Padahal Ayah sudah memintanya untuk berpura-pura pingsan, tapi ia tidak mengerti apa artinya berpura-pura pingsan. Lalu Ayah akhirnya memintanya untuk berpura-pura tidur.
Tapi—-