Perjuangan Menembus Surga

Terungkapnya Identitas



Terungkapnya Identitas

Tawa keras Wang Chen membuat semua orang yang hadir terkejut. Tak lama, suara 'shua' terdengar saat banyak mata tak percaya melihat Xiao Yan, yang tiba-tiba berhenti di arena.     

"Xiao Yan? Xiao Yan yang berseteru dengan Paviliun Petir Angin?"     

"Xiao Yan yang secara paksa menghancurkan Formasi Penjara Sembilan Petir Surgawi yang dibuat oleh tiga Tetua agung dari Paviliun Utara Petir Angin. Ia yang lolos dari tangan Fei Tian?"     

Banyak orang di luar arena mendadak terkejut. Tidak disangka bahwa pemuda misterius yang mengalahkan Wang Chen ini, ternyata adalah Xiao Yan, yang belakangan membuat heboh daerah utara. Terlebih lagi, yang membuat mereka benar-benar tak percaya adalah ia berani datang ke Gunung Petir meski sedang ada konflik dengan Paviliun Petir Angin? Apakah... Apakah ia menyerahkan diri?     

"Orang ini... Benar-benar Xiao Yan? Apakah ia sudah gila?" Tang Ying membuka mulutnya. Wajah dinginnya terkejut ketika melihat Xiao Yan.     

"Dasar bodoh... Ia benar-benar datang?" Wajah Mu Qing Luan yang cantik juga terkejut. Ia tidak pernah mengira orang ini berani datang ke Gunung Petir ini.     

"Itu benar-benar dia... Tidak heran... Tanpa diduga... Nyalinya bisa sebesar ini. Sepertinya ia sama sekali tidak peduli dengan Paviliun Petir Angin."     

Mata cantik Feng Qing Er menatap Xiao Yan saat ujung bibirnya perlahan terangkat dan sedikit tersenyum. Rasa dingin dan arogan muncul di senyum itu. Ia selalu berharap untuk bisa bertarung dengannya. Ia akan mengembalikan reputasi Paviliun Petir Angin lewat pertarungan itu. Sayangnya, dulu ia tidak punya kesempatan.     

Lei zun-zhe dan yang lainnya di kursi VIP kaget ketika melihat kegaduhan yang ada. Tidak lama berselang, mereka kembali tenang. Senyum di wajah mereka juga perlahan hilang saat melihat wajah Xiao Yan di arena yang tanpa ekspresi. Jari Lei zun-zhe dengan lembut mengetuk tempat duduk. Suara yang pelan memberikan perasaan yang amat menekan.     

Lei zun-zhe juga sudah mendengar nama Xiao Yan. Menghancurkan Paviliun Utara Petir Angin dengan mengandalkan kekuatan sendiri bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa.     

"Fei Tian, apa ia Xiao Yan yang itu?" Mata Lei zun-zhe memancarkan sinar redup yang berkedip ketika memalingkan wajahnya ke arah Fei Tian di sampingnya dan bertanya.     

Huang Quan zun-zhe tertawa sombong dalam hati saat ia merasakan amarah yang tersembunyi di suara Lei zun-zhe. Ia menciutkan tubuhnya kembali. Tak disangka orang ini adalah Xiao Yan yang membuat heboh belakangan ini. Maka, yang akan terjadi hari ini pasti menyenangkan...     

Feng zun-zhe dan Jian zun-zhe di samping juga sama-sama kaget karena ini. Pandangan mereka agak aneh ketika mengamati Xiao Yan. Namun, mereka tidak berkata apa-apa. Ini adalah masalah Paviliun Petir Angin, dan tidak pantas jika mereka berkomentar.     

Fei Tian yang berjubah perak dengan cepat bangun ketika mendengar ucapan Lei zun-zhe Pada saat ini, wajahnya menjadi agak buruk. Ia sudah berkali-kali diperingatkan oleh Lei zun-zhe tentang masalah dengan Xiao Yan. Terlebih, ia juga diperolok oleh kedua orang di sampingnya. Tidak disangka bahwa masalah ini, yang hari ini sementara dikesampingkan, muncul kembali.     

Fei Tian mengepalkan tangannya di balik lengan baju miliknya. Ia maju dua langkah dan mata jahatnya mengarah ke Xiao Yan di arena saat bicara dengan dingin, "Bocah, lepaskan benda wajahmu itu!"     

Pandangan semua orang di tempat itu beralih seiring dengan suara itu. Semuanya tatapan mata mengarah ke Xiao Yan. Sebagian besar orang yang hadir tahu bahwa ada masalah antara Paviliun Petir Angin dan Xiao Yan. Jika identitas Xiao Yan bisa dikonfirmasi, bocah ini akan sangat sial hari ini. Sekuat apa pun dirinya, ia pasti tidak bisa kabur dalam keadaan hidup setelah dikelilingi oleh banyak ahli dari Paviliun Petir Angin.     

Mata Xiao Yan juga jadi sedikit gelap dan serius di hadapan banyak orang. Ia tidak mengira Wang Chen akan mengenalinya. Mungkin karena 'Api Surgawi' miliknya. Ketika dulu mereka bertarung, Wang Chen menyadari 'Api Surgawi' milik Xiao Yan menahan efek Dou Qi-nya. Tentu saja, ia akan sangat mengingatnya.     

Mata Xiao Yan yang dingin menyapu ke arah Wang Chen yang tersenyum dengan ganas. Segera, seseorang bergegas. Lin Yan memegang tombak panjang di tangannya dan muncul di sebelah Xiao Yan dengan wajah serius. Akhirnya ia bertanya dengan suara yang dalam, "Kau ingin maju?"     

Xiao Yan menggelengkan kepalanya sedikit. Berdasarkan kekuatan mereka berdua, sepertinya peluang mereka untuk berhasil kabur sangat rendah jika mereka memaksanya.     

"Serahkan saja padaku..." Xiao Yan melambaikan tangannya dan perlahan mengangkat kepalanya. Ia segera tertawa dengan nada dingin ketika tangannya memegang wajahnya. Benda yang terbuat dari kulit lepas, menunjukkan wajah asli Xiao Yan. Karena ia tidak bisa bersembunyi, tentu tak ada gunanya lagi menutupi wajahnya.     

"Kenapa? Ketua paviliun Fei Tian, apa kau berencana menyerangku lagi hari ini?"     

Wajah Fei Tian menjadi gelap dan dingin ketika ia melihat wajah Xiao Yan, yang tertanam di ingatannya. Tenggorokannya mengeluarkan tawa yang amat kencang ketika tubuhnya bergerak. Suara gemuruh terdengar di seluruh tempat dan sosoknya tiba-tiba menghilang!     

Ekspresi Xiao Yan berubah ketika ia melihat Fei Tian menghilang. Ia membuat Lin Yan mundur dengan telapak tangannya saat sinar petir mengkilat di kakinya. Tubuhnya sedikit terguncang.     

Tubuh Xiao Yan gemetar ketika Fei Tian muncul di belakangnya seperti hantu. Tangan cakarnya, yang ditutupi petir, dengan ganas menembus dada Xiao Yan. Namun, untung saja tidak ada setetes pun darah yang keluar.     

"Bayangan?"     

Tangan Fei Tian bergetar dan bayangan itu hancur. Ia perlahan berbalik, dan matanya yang dingin melihat Xiao Yan berdiri beberapa meter di atas tanah. Ia dengan dingin tertawa, "Baru beberapa bulan sejak aku melihatmu, tapi kekuatanmu sudah meningkat. Pantas saja kau sangat arogan."     

"Paviliun Petir Angin bukan apa-apa. Hanya berisi tetua yang suka menindas kaum muda dan mengandalkan jumlah anggota yang banyak untuk menindas orang lain!"     

Tatapan Xiao Yan sedingin es ketika ia memandang Fei Tian. Tak lama kemudian, ia tiba-tiba tertawa. Matanya terangkat ketika melihat Lei zun-zhe yang tak berekspresi di kursi VIP. Ia mengejek, "Jika Lei zun-zhe merasa aku punya masalah dengan Paviliun Petir Angin, mengapa kau tidak bertindak sendiri? Dengan kekuatan Dou Zun milikmu, aku yang kecil tentu tidak bisa bertahan melawanmu. Kenapa kau harus membuatnya jadi rumit?"     

Kata-kata Xiao Yan membuat stadion ricuh. Beberapa orang berpikir apakah kepala Xiao Yan terbentur sesuatu. Ia berani menantang Lei zun-zhe saat ini? Namun, beberapa orang pintar memujinya di dalam hati setelah mereka terkejut. Status apa yang dimiliki Lei zun-zhe? Keberadaan seorang Dou Zun elit bagaikan raksasa di daerah Dataran Tengah. Statusnya berbeda jauh dengan Xiao Yan dan sulit diukur. Baik dalam reputasi maupun kemampuan. Setelah Xiao Yan berbicara, Lei zun-zhe tidak berani menyerang Xiao Yan sendiri hari ini kecuali ia ingin mendapat reputasi sebagai seseorang yang berani menindas orang yang lebih muda!     

Dengan kata lain, ucapan Xiao Yan telah membantu dirinya menjauhi bahaya. Dengan kekuatannya sekarang, selain menghadapi Dou Zun elit, ia masih memiliki kemampuan untuk melarikan diri dari ahli seperti Fei Tian.     

"Bocah ini sungguh cerdik..."     

Jian zun-zhe dengan lembut tertawa sebelum menatap Lei zun-zhe di samping, yang tetap tidak berekspresi.     

"Tidak ada gunanya melakukan tipu daya di depan diriku (Dou Zun). Aku tidak perlu bertindak untuk menangkapmu." Lei zun-zhe menatap Xiao Yan dengan tak acuh. Ada sedikit riak di suaranya.     

"Dengan tetua yang bersikap seperti Paviliun Utara di depan, Lei zun-zhe tidak perlu bertindak. Bagaimanapun, hal ini adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh Paviliun Petir Angin. Terlebih lagi, jika ketua Paviliun Utara gagal, masih ada ketua Paviliun Barat dan ketua Paviliun Selatan." Xiao Yan tertawa.     

"Haha, bocah, tidak perlu berbicara seperti itu. Paviliun barat dan selatan tidak akan ikut campur dengan masalah paviliun utara." Seseorang yang tampak kuat dengan lengan terbuka tertawa keras seperti guntur dari kursi VIP. Ia adalah ketua Paviliun Barat.     

Fei Tian sedikit cemberut ketika mendengar tawa ini. Status di antara Xiao Yan dan dirinya benar-benar terlalu berbeda. Dulu, ia tidak punya pilihan lain selain menyerang. Tak disangka Xiao Yan berhasil kabur. Ini membuatnya malu. Karena inilah ia tidak bisa mengendalikan dirinya, dan melancarkan serangan ketika ia melihat Xiao Yan. Namun, ia kesulitan membuat pilihan tentang apa yang harus ia lakukan ketika sudah sadar. Jika ia benar-benar bertindak ketika yang lain tidak, reputasinya akan berakhir dengan dijuluki sebagai penindas orang lemah. Paviliun Petir Angin bukanlah Paviliun Mata Air Kuning. Reputasi seperti itu tidak diinginkan.     

Namun, jika ia tidak menyerangnya saat ini juga, para ahli lain di generasi yang sama dalam Paviliun Petir Angin tidak akan ikut campur kecuali Lei zun-zhe memberi perintah. Maka, memilih untuk menyerang atau tidak membuatnya pusing.     

Fei Tian merenung beberapa saat dalam hatinya sebelum ekspresi kejam akhirnya melintas di wajahnya. Xiao Yan sudah membuat Paviliun Utara Petir Angin kehilangan reputasinya. Ia tidak akan membiarkan Xiao Yan lolos hari ini.     

Setelah Fei Tian memutuskan dalam hatinya, kekuatan agung yang menakutkan perlahan muncul dalam tubuhnya. Di hadapan daya tarik aura menakutkan ini, lapisan awan muncul di langit yang jauh, memancarkan suara gemuruh. Kilat berwarna perak melintas di awan ketika guntur terdengar.     

Mata Xiao Yan terlihat putus asa ketika melihat ini. Ia tidak menyangka si tua ini bersedia memperburuk reputasinya dengan bersikeras menyerang dirinya...     

"Xiao Yan, lari!"     

Lin Yan segera berteriak di dalam arena. Kekuatan Fei Tian sangat menakutkan. Meski Xiao Yan sudah maju ke kelas Dou Zong, celah di antara Xiao Yan dan Fei Tian sangat sulit diukur. Xiao Yan tidak memiliki peluang menang jika mereka bertarung.     

Xiao Yan menggelengkan kepalanya sedikit. Tempat ini adalah Gunung Petir, markas Paviliun Petir Angin. Tidak semudah itu untuk kabur. Hanya dengan mengambil pertarungan berisiko ia baru berkesempatan untuk hidup. Terlebih lagi...     

Mata Xiao Yan terangkat ketika ia melihat ke arah yang jauh. Akhirnya, pandangan terhenti menuju Feng zun-zhe berjubah hijau, yang nampak bebas dan tenang di kursi VIP. Apakah orang ini dapat dipercaya, seperti yang dikatakan oleh gurunya dulu?     

Xiao Yan tentu tidak mengucapkan nama Yao Lao di tempat umum. Segera, ia menghirup napas panjang, menangkupkan tangannya, dan berkata dengan suara dalam, "Feng zun-zhe, aku ingin memperlihatkanmu sesuatu!"     

Feng zun-zhe kaget ketika melihat Xiao Yan yang tiba-tiba berbicara padanya. Ia segera tersenyum dan berkata "Anak muda, ini adalah masalah antara kau dan Paviliun Petir Angin, dan tidak ada hubungannya dengan aku (Dou Zun)?" Feng zun-zhe tidak mengenal Xiao Yan. Tentu saja ia tidak menyinggung Paviliun Petir Angin untuk Xiao Yan karena mereka baru saja bertemu pertama kali. Bahkan sekali pun jika Feng zun-zhe tidak takut dengan Paviliun Petir Api.     

Xiao Yan menyeringai. Ia melepas cincin kuno hitam yang diberikan Yao Lao dari jarinya. Setelah itu, ia melemparnya ke Feng zun-zhe. Jika ia benar-benar dapat dipercaya seperti yang diceritakan oleh Yao Lao, tindakan Feng zun-zhe setelah ini seharusnya membuktikan sesuatu. Tentu saja, jika hasilnya berbeda dari apa yang dibayangkan Xiao Yan, ia tetap akan menyelesaikan masalah ini sendiri.     

Alis Feng zun-zhe mengernyit dan melihat benda hitam yang terbang. Dilihat banyak pasang mata, Feng zun-zhe menangkapnya dengan tangannya. Setelah itu, ia membuka tangannya pelan-pelan. Cincin gelap hitam yang tak asing tergeletak.     

Senyum di wajah Feng zun-zhe perlahan kaku ketika ia melihat cincin itu. Di waktu yang sama, nampak seluruh stadion terdiam...     

Pada saat ini juga, tubuh Feng zun-zhe mematung. Matanya kosong ketika melihat dengan saksama cincin dengan jejak spiritual yang dalam. Badai menakutkan muncul di atas kepalanya...     

Walau ia tidak berkata apa pun, semua tahu bahwa Feng zun-zhe merasakan sakit di hatinya yang tidak bisa disembunyikan.     

Tak lama, tubuh Feng zun-zhe menjadi tenang di hadapan banyak sekali tatapan mata yang tertegun, tangannya memegang cincin dengan erat ketika ia bersandar di kursi. Kedua matanya tertutup dan suara halus perlahan terdengar.     

"Tidak ada yang boleh menyentuh orang ini!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.