TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Misi Rahasia {11}



Misi Rahasia {11}

"Hamba tidak pernah sama sekali merasa sesakit saat Kasim Cheng mengambil alih kekuasaan di istana ini, Selir Lim. Dan hamba sama sekali tidak mau kalau sampai ini terjadi. Kalau sampai bahkan Selir Cheng menjadi Ratu di istana ini, apa yang akan terjadi, Selir Lim? Semuanya akan menjadi huru-hara besar, dan hamba yakin semua Selir yang ada di istana ini akan semakin menderita. Bayangkan saja, Selir Lim, bahkan Selir Cheng menyuruh para Selir untuk tak berdandan dan tak memamakai pakaian yang pantas. Hamba yakin, jika dia menjadi Ratu maka semua Selir yang ada di sini menjadi Dayang-Dayang yang harus melayani setiap apa pun yang Selir Cheng lakukan. Tidur, makan, luluran, dan lain sebagainya. itu kan yang diinginkan oleh Selir Cheng, menjadi Ratu dan selalu ingin diratukan. Hamba benar-benar selalu mimpi buruk setiap kali hamba membayangkan hal itu, Selir Lim."     

Lim Ming Yu kini memandang Zhang Hana, kemudian dia menghela napas panjangnya. Dia duduk di depan Zhang Hana dengan perasaan tumpah ruahnya yang sangat luar biasa.     

"Itulah yang aku takutkan, Kepala Dayang Zhang. Dan kita harus berdoa semoga Selir Cheng belum mengandung dulu. Atau jika dia mengandung, dia harus melahirkan keturunan perempuan. Jangan sampai laki-laki. Sebab kalau dia sampai hamil bayi laki-laki sudah menjadi kepastian dia akan menjadi Ratu di sini, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita akan tamat, penduduk istana yang memiliki hati yang cukup waras akan tamat, dan akan menjadi penuh dengan sosok-sosok seperti Dayang Lim, dan Dayang Tan. Dayang-Dayang yang sangat jahat yang bahkan memiliki hati sebusuk buah yang busuk sekalipun."     

*****     

Sore ini, Liu Anqier sedang berdiri tepat di depan pohon persik. Dia memeluk dirinya sendiri sambil mendongakkan wajahnya melihat bagaimana kelopak-kelopak berwarna indah itu tampak berguguran dengan sangat nyata. entah kenapa dia menjadi rindu rumah, dia rindu bangsa manusia dan dia rindu Ibu serta sahabatnya lebih dari siapa pun. Dia di sini seperti kelopak bunga persik itu, terbang ke mana pun tanpa tujuan yang pasti, bahkan dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Rencana awalnya untuk mendendam Chen Liao Xuan dan membunuh sosok itu untuk membalas dendam kematian ayahnya telah mulai pudar. Sosok yang awalnya sangat dia benci, sosok yang awalnya dia pikir jahat dan tak punya hati. Namun pelan-pelan sosok itu telah mengubah sudut pandangnya dengan cara pelan namun pasti, sosok yang rupanya tak semengerikan yang Liu Anqier pikir. Terlebih akhir-akhir ini, sosok itu jika dibanding disebut dengan julukan Emo Shao Ye benar-benar jauh berbeda. Sebab sedari yang Liu Anqier tahu, Chen Liao Xuan malah seperti seorang laki-laki yang sedang dimabuk cinta. Cinta? Liu Anqier tampak mengulum sendiri, rona wajahnya kini telah berubah. Dia kemudian mengelus kalung yang melingkar manis di lehernya, kemudian dia menghela napas panjang. Apakah pantas jika cinta itu disebut di sini? Apakah pantas jika cinta dikatakannya dengan begitu nyata dana pa adanya? Terlebih… apakah pantas cinta itu bisa sebagai ikatan antara dia dan Chen Liao Xuan? Dia adalah manusia dan Chen Liao Xuan adalah Raja Iblis. Lantas bagaimana bisa manusia dan Raja Iblis bisa saling jatuh cinta? Semua itu menjadi mustahil dan tak masuk akal sama sekali.     

"Apakah kau akan menjadi gadis persik? Bagaimana bisa kau berdiri di sini sedari tadi sambil senyum-senyum sendiri,"     

Liu Anqier menoleh, dia langsung menundukkan wajahnya saat dia tahu kalau Chen Liao Xuan ada di sini. Raja Iblis itu kini sedang menegnakan pakaian yang dia buatkan untuknya, dia berdiri di samping Liu Anqier kemudian mendongakkan wajahnya dan menatap kelopak-kelopak bunga persik yang berguguran.     

Liu Anqier terkesima untuk sesaat, pandangannya tak teralih dan tak berkedip sedikitpun melihat sosok yang ada di depannya itu. Sungguh, jika dibanding Chen Liao Xuan disebut sebagai seorang Raja Iblis, menurut Liu Anqier sosok itu tak mirip sama sekali. Dia seperti seorang Dewa yang sangat halus dan lembut, suci dan bersinar dan ketampanannya tak terkalahkan oleh siapa pun di dunia ini. Liu Anqier bahkan merasa iri, ketika kulitnya bersanding dengan kulit bening milik Chen Liao Xuan. Bahkan dia tak melihat ada satu iblis pun yang memiliki sosok sesempurna dirinya.     

"Memandangku apakah menjadi hobimu sekarang?" tanya Chen Liao Xuan, dia kemudian melirik Liu Anqier. sambil menaikkan sebelah alis hitamnya.     

Liu Anqier langsung menundukkan wajahnya, kedua pipinya kini tampak merona kemerahan karena menahan rasa malu yang luar biasa di dalam hatinya.     

Chen Liao Xuan tampak mengulum senyum, dia memandang Liu Anqier dengan malu-malu seperti itu adalah hal yang sangat lucu untuknya. Kemudian dia menyenggol lengan Liu Anqier, sampai gadis cantik itu memandangnya dengan sempurna.     

"Apakah kau rindu ibumu dan juga Nona Yang?" tanya Chen Liao Xuan. Liu Anqier tampak tersenyum getir, kemudian dia menahan napasnya yang tiba-tiba terasa sesak. Dia memang rindu mereka berdua. Tapi dia juga bingung, kalau sampai dia bertemu dengan Yang Si Qi dan Yang Si Qi bertanya tentang tujuannya datang ke bangsa iblis dan bahkan sampai selama ini, lantas Liu Anqier harus menjawab apa? Apa dia bilang kalau dia masih mengintai? Lantas Yang Si Qi akan bertanya selama dia berada di istana bangsa iblis sebagai apa, bagaimana bisa masuk, dan bagaimana kesehariannya? Itu benar-benar membuat Liu Anqier bingung sendiri. Percayalah, jika Yang Si Qi adalah sahabatnya yang paling cerewet dan paling banyak bertanya tentang semua hal dan bahkan bisa membuat Liu Anqier bingung sendiri karenanya.     

"Kau takut jika Nona Yang akan bertanya kepadamu tentang dendam yang kau bawa bersama ragamu kesini dan nyatanya sia-sia belaka?" tebak Chen Liao Xuan yang berhasil membuat Liu Anqier memekik kaget.     

"Itu adalah salah satunya. Bagaimana bisa hamba berada di sini selama ini, sudah berapa purnama hamba berada di sini, dan dendam hamba malah menjadi seperti ini,"     

"Menjadi seperti ini, bagaimana maksudnya Nona Liu?" tanya Chen Liao Xuan, dia sudah berjalan mendekati Liu Anqier, membuat Liu Anqier spontan mundur, sampai tubuhnya membentur pohon persik yang ada di belakangnya. Kelopak-kelopak itu langsung berguguran bak hujan salju membuat Liu Anqier dan Chen Liao Xuan tampak takjub dan melihat keindahan itu sekarang.     

"Pohon persik ini adalah pohon persik sama yang ada di kediamanmu, karena pohon persik ini juga adalah pohon persik yang ada di atas sana,"     

"Apa?" tanya Liu Anqier bingung. Chen Liao Xuan menarik sebelah alisnya, kemudian mengulum senyum kepada Liu Anqier.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.