Jodoh Tak Pernah Salah

123. PERTEMUAN DINO DAN LEON



123. PERTEMUAN DINO DAN LEON

Dino telah keluar dari rumah sakit. Pria itu membawa Hanin ke makan Ananya. Hanin tak banyak tanya. Gadis kecil itu hanya diam menatap sang ayah.     

"Sayang aku datang," ucap Dino mengusap batu nisan Ananya.     

"Baba ini siapa?" Hanin pura-pura bertanya.     

"Ini makan Mama. Hanin sudah besar bukan?" Gadis kecil itu mengangguk.     

"Sebenarnya Mama Hanin sudah meninggal dunia ketika Hanin kecil. Ama Dila bukan ibu kandung Hanin. Ama ibunya Shaka, Shakel dan Salsa."     

"Hanin tahu Baba. Ama sudah cerita. Hanin sudah dua kali kesini," ucap Hanin polos. Hanin pun menceritakan pada Dino jika Dila membawanya ke makam Ananya. Dila memperkenalkan Ananya pada Hanin agar gadis kecil itu tak lupa pada ibunya.     

Dino tersentuh, Dila melakukannya jauh dari seharusnya. Dila memperkenalkan Ananya pada Hanin hingga gadis itu tidak lupa siapa ibunya.     

"Baba aku tahu jika ini mama. Mama sudah berada di surga. Kata Ama aku sudah dewasa. Aku harus tahu siapa mamaku." Hanin mengelus pipi Dino.     

Dino tercebik dalam tangis. Ia menangis tergugu seraya memeluk Hanin. Tak menyangka gadisnya sudah besar dan sangat pengertian.     

"Jangan menangis Baba. Aku tahu jika mama sudah di surga. Ama mengatakannya padaku. Aku anak yang kuat. Baba dan Ama hanya adik kakak. Itu cerita Ama padaku. Baba benar apa aku punya seorang adik yang lucu?"     

Dino semakin menangis haru memeluk Hanin dengan erat. Mereka menaburkan bunga mawar di makan Ananya. Tak lupa keduanya mendoakan Ananya agar di lapangkan kuburnya. Langkah Dino terhenti kala melihat Bara membawa seorang anak laki-laki. Anak itu masih sangat kecil. Bara tersenyum padanya. Dada Dino bergemuruh kala melihat Leon untuk pertama kalinya. Rasa haru menyergap pria itu. Mata, hidung dan wajah semua miliknya. Leon sangat mirip dengannya bahkan replika dirinya. Dino melepaskan tangan Hanin. Pria itu berlari mengejar Leon. Napas Dino naik turun melihat putranya dari dekat. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata apa yang tengah dirasakan Dino.     

Tia pun mendekati Hanin dan menggenggam tangan anak itu.     

"Itu adik kamu. Leon namanya." Hanin mengangguk.     

"Putraku." Dino memeluk Leon dengan erat. Air matanya tumpah kala mengecup pipi dan kening Leon. Anak itu hanya pasrah ketika Dino memeluknya dengan erat.     

"Apa ini siapa?" Tanya Leon pada Bara ketika Dino sudah melepaskan pelukan.     

"Ini Baba nak. Ini juga papa Leon. Papa Leon ada dua. Apa dan Baba." Bara merunduk mensejajarkan tingginya dengan Leon. Bara menunjuk Hanin yang tengah bersama Tia. "Itu kakaknya Leon. Namanya Hanin. Leon punya kakak selain kakak Alana."     

Bara menjelaskan dengan bahasa yang di mengerti Leon tentang Dino dan Hanin. Leon terhipnotis mendengar ucapan Bara. Apalah daya anak usia tiga tahun, tak tahu apa-apa. Ia menurut dengan ucapan orang dewasa seperti Bara.     

"Kakak."     

"Adek."     

Hanin dan Leon saling berlari untuk saling mendekati. Hanin memeluk adiknya erat.     

"Dek kamu mirip sekali dengan Baba." Hanin mengelus dan mencium rambut adiknya.     

"Kakak cantik."     

Dino terharu melihat kedua anaknya sudah saling mengenal. Meski banyak jalan terjal di depan yang akan ia hadapi. Satu masalah telah selesai. Dino ingin menyelesaikan masalahnya dengan Rere. Status Leon harus ada kejelasan. Dino mendekati Bara lalu menyentuh pundak pria itu. "Terima kasih telah merawat Leon selama ini."     

"Terima kasih juga lo sudah merawat istri dan anak-anak gue."     

"Lo sudah ingat semuanya Bar?"     

"Menurut lo?" Bara mengerlingkan mata. "Gue akan bawa anak-anak pulang."     

"Terserah lo. Selesaikan urusan lo sama Dila."     

"Lo juga selesaikan masalah lo dengan Rere. Beri kepastian untuk dia."     

"Baik kakak ipar." Dino malah menggoda Bara.     

"Jangan panggil kakak ipar kalo belum resmi." Bara menyentil Dino.     

*****     

Rere tak berkutik kala Bara mempertemukannya dengan Dino di sebuah restoran. Bara menyediakan ruang privat agar mereka bicara.     

"Sejak kapan kamu ingat aku?" Rere terlihat canggung berduaan dengan Dino. Hanin dan Leon dibawa Tia dan Bara.     

"Sejak pertemuan kita pertama kali di kota Ipoh."     

"Kenapa kamu diam saja ketika itu?"     

"Aku tidak ingin kamu menjauh dariku."     

"Apa yang kamu inginkan?"     

"Aku ingin bertanggung jawab padamu Re. Maafkan ucapanku di masa lalu telah menyakiti hatimu." Dino berlutut di depan Rere.     

Rere bangkit dari tempat duduknya. Ia mundur beberapa langkah.     

"Tak perlu melakukannya Tuan."     

"Jangan panggil aku Tuan. Panggil saja abang, Mas atau yang kamu suka. Tapi jangan panggil aku Tuan. Kamu bukan anak magang lagi. Kamu ibu dari anakku."     

"Kenapa kamu ingat jika aku ibu dari anakmu?"     

Dino tercekat, Ia teringat ucapan Tia ketika Pangkor Laut Resort. Tidak mungkin Dino mengatakannya tahu dari Tia.     

"Saya memegang kartu As anda Pak," ucap Tia dengan senyum evil.     

"Apa yang kamu ketahui tentangku?" Dino malah gemetar. Tiba-tiba tubuhnya kaku dan berdiri mematung menatap Tia.     

Tia malah mendekati Dino dan mendekatkan wajahnya pada pria itu. Hanya berjarak beberapa centi. Dino mundur ke belakang, merasa Tia sudah bersikap kurang ajar dan berusaha untuk melecehkannya.     

"Jangan pede luar biasa Pak Dino." Tia mengatur napas. Mau tidak mau ia harus menyampaikan kenyataan ini pada Dino. Lebih baik berkata jujur meski itu menyakitkan.     

"Apa anda ingat malam ketujuh hari kematian istri anda? Anda mabuk di sebuah club malam. Hari itu ada orang yang menjebak anda dengan pasal asusila. Kebetulan aku dan Rere disana clubbing bersama teman-teman. Rere menghilang karena menyelamatkan anda karena dia kenal anda. Rere yang malang ia malah minum minuman anda yang telah diberi obat perangsang. Rere membawa anda ke apartemen. Kita sama-sama dewasa. Tahu apa yang terjadi antara anda dan Rere. Dia hamil anak anda."     

Degg.....Jantung Dino berhenti berdetak. Ia ingat peristiwa itu. Malam dimana ia dan Rere bercinta bak orang kesetanan. Dino bahkan menuduh Rere menjebaknya.     

"Dia hamil namun tidak mengatakannya pada anda. Rere gengsi dan tak mau dugaan anda benar. Dia bungkam siapa lelaki yang menghamilinya pada keluarga. Anda tahu dunia ini sempit? Anda menyelamatkan Dila dan triplets. Bara menyelamatkan Rere dan Leon anak anda. Kalian dipermainkan takdir. Bertukar tempat." Tia memberikan handphonenya pada Dino. Ada foto Rere dan Leon. Mereka tersenyum manis memperlihatkan gigi.     

"Rere anak magang yang menyelamatkan anda malam itu dari jebakan musuh. Rere yang malang. Niat menolong malah menjadi korban. Jika anda tak percaya ucapanku. Silakan sewa detektif swasta untuk menyelidiki Rere dan Leon. Potong telingaku jika aku berbohong."     

Kata-kata Tia terngiang di telinga Dino. Ia tak mempercayai Tia begitu saja meski gadis itu memberikan bukti. Dino menyewa detektif untuk menyelidikinya. Ternyata memang benar. Tia berkata jujur dan tak bohong. Detektif itu berhasil mendapatkan sampel rambut Leon. DNA Dino dan Leon 99,99 % cocok. Dino tak tahu harus berbuat apa. Dia memiliki anak dari wanita lain tapi tidak bertanggung jawab.     

"Apa yang ingin anda bicarakan?" Rere membuyarkan lamunan Dino.     

"Menikahlah denganku Re." Dino dengan berani menyentuh tangan Rere dan memberikan cincin.     

Rere kaget dan tersentuh dengan tindakan Dino, namun ia kembali ingat. Wanita itu menepis tangan Dino.     

"Aku tidak bisa menikah denganmu. Jika hanya demi Leon tidak usah. Aku punya pernikahan impian. Menikah dengan pria yang aku cintai. Setidaknya kamu telah tahu jika kita punya anak. Aku beri kamu kebebasan bertemu Leon, tapi aku tidak bisa menikah dengan kamu."     

"Kita bisa mulai dari awal Rere. Aku akan belajar mencintai kamu."     

"Maaf aku tidak bisa." Rere pergi meninggalkan Dino begitu saja.     

"Rere," pekik Dino namun tak mendapat sahutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.