117. HUKUMAN DILA ( 3 ) 21+
117. HUKUMAN DILA ( 3 ) 21+
"Santai Dil. Kenapa harus gigit?" Bara malah tersenyum lucu bisa menguasai Dila. Ia akan menguasai perempuan itu di bawah tubuhnya.
Dila malah bangkit, ia lalu memegang tengkuk Bara dengan kedua tangannya. Gilirannya yang menguasai permainan , melumat dan menyesap bibir Bara lebih dalam. Dila rindu bahkan sangat merindukan Bara. Rindu dalam dekapan, rindu dalam dominasi pria itu, rindu dengan penyatuan mereka. Sudah lama rindu ini ia tahan. Mungkin saatnya ia melepaskan rindu itu. Meski Bara masih lupa dengannya setidaknya pria itu telah mengetahui sebuah rahasia besar tentang anak mereka.
Dila merangkul leher Bara, ia membalas kecupan Bara di sekujur tubuhnya. Ia juga membelai pipi, leher dan dada Bara. Iseng ia meremas dada bidang yang selalu hangat kala ia peluk.
"Kamu mau berhenti apa lanjut?" Bara memberikan pilihan sulit untuk Dila. Meski di awal perempuan itu menolak namun pada akhirnya ia takluk dan malah menginginkannya.
Dila menundukkan kepalanya, tidak berani mengatakan pada Bara bahwa iya menginginkannya.
"Jika tidak mau lanjut aku tidak akan memaksa kamu." Bara beranjak dari tubuh Dila. Hanya berpura-pura. Ingin tahu apa Dila juga menginginkannya. Bara tak mau melakukan kesalahan. Cukup sekali ia memperkosa Dila hingga pendarahan. Tak mau membuat ibu dari ketiga anaknya trauma. Jika melakukannya lagi, mereka harus sama-sama menginginkannya.
Tangan Bara digapai DIla, "Mau Bar….." Dila tak berani menunjukkan wajahnya.
"Mau apa?" Bara malah terkekeh.
"Mau i-tu," jawab Dila ambigu.
"Itu apa sih?" Bara masih menggoda Dila meski ia tahu apa maksud istrinya.
"Ya sudah kalo tidak mau," gerutu Dila sebal. Ia memungut pakaiannya yang tercecer di lantai. Siap untuk memakainya, namun tangannya dicekal Bara.
Pria itu menggendong tubuh polos Dila, wanita itu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Bara. Ia turunkan tubuh Dila perlahan-lahan di atas sofa. Tanpa aba-aba pria itu menyatukan tubuh mereka. Dila meringis kesakitan kala tubuhnya dimasuki. Kenapa sakit seperti pertama kali mereka melakukannya? Untuk yang pertama wajar Dila merasa sakit dan perih karena dalam keadaan diperkosa, kali ini….. Dila sudah melahirkan tiga anak secara normal, kenapa masih seperti perawan?
Bara memperlambat gerakannya karena tak mau menyakiti Dila. Meski memberikan hukuman, namun tak ingin menyakiti.
"Kenapa bisa seperti ini?" Bara menatap netra Dila yang mengeluarkan air mata karena sakit.
Dila hanya menggeleng tak tahu apa yang harus ia katakan. Ia mati-matian menahan rasa sakit yang tengah mendera. Berharap jika semuanya cepat berakhir. Bara merabai perut Dila lalu naik ke atas. Memberikan sentuhan demi sentuhan untuk meredakan rasa sakit yang tengah mendera Dila. Bara seperti bercinta dengan perawan.
"Kenapa sih Dil? Kok kayak gadis sih? Apa ini yang dibilang mak-mak rasa gadis," canda Bara menggoda Dila yang memejamkan mata karena sakit.
"Mana aku tahu."
"Harus tahulah. Bahaya lo kamu masih gadis gini."
"Jangan berisik."Hardik Dila memukul dada Bara. "Cepat selesaikan."
"Iya bawel." Bara malah mencium bibir Dila hingga menggigit kecil bibir kecil itu.
"Bar….." Rasa sakit Dila berganti dengan kenikmatan. Ia tak jadi marah-marah, malah ia gelisah. Bagaimana Bara memperlakukannya sudah memperlihatkan jam terbangnya. Meski sudah lama tak melakukannya, namun Bara tidak kehilangan kemampuan. Ia mampu membuat Dila bertekuk lutut dan lupa segalanya.
Mulut Dila terbuka menunggu belaian lidah Bara di bibirnya. Ia memejamkan mata menikmati rasa yang kian lama kian meresahkan. Menginginkan lebih dan lebih. Ingin menghentikan waktu agar rasa ini tidak berakhir disana.
Aku gila Tuhan. Mulutku menolaknya, tapi tubuhku menginginkannya. Aku sangat merindukannya. Salahkah aku dan dia melakukannya malam ini? Aku selalu menjaga rindu ini untuknya. Salahkah aku melepaskan rindu ini? Dila berbisik seraya menyeka keringat di pelipis Bara.
Dila menatap Bara dengan intim. Ia membiarkan tubuhnya dikuasai dan dimasuki Bara. Terasa indah. Ia menikmati perlakuan Bara pada tubuhnya. Bara terus bergerak mengikis jarak dengan puncak kenikmatan. Pria itu juga memejamkan mata ketika merasakan tubuhnya dalam tubuh Dila. Ia sudah melepaskan apa yang seharusnya ia lepas. Rindu ia tuntaskan dengan benar dengan wanita yang semestinya. Bahagia, selama hilang ingatan ia tetap menjaga rindu dan tak berbuat maksiat diluar sana. Lega, meski hilang ingatan, tapi hatinya masih terjaga.
Dila menggeliat gelisah. Ia tak malu dan sungkan untuk mendesah. Apa yang Bara lakukan padanya sangat nikmat dan menggairahkan. Jangan salahkan jika Dila tanpa tahu malu mendesah tepat di telinga Bara. Jangan salahkan Bara jika pria itu semakin mengikis inci demi inci untuk mencapai puncak. Dila menggigit leher dan memeluk Bara erat. Hentakan pria itu dalam tubuhnya membuat dilanda gelombang birahi. Semakin naik dan semakin terpacu untuk mencapai pelepasan.
Dila menjerit tertahan kala rasa itu semakin dekat. Bara meracau tak karuan ketika 'cengkaraman' Dila di dalam sana semakin kuat dan dashyat. Ini pelepasan rindu yang paling indah untuknya. Tahu jika Dila selama ini menjaga diri. Bara menyesap ceruk leher istrinya dalam-dalam. Tak bosan menyesap aroma tubuh Dila dari sana. Aroma Dila sangat memabukkan bagi Bara. Ia semakin menekan tubuhnya kuat-kuat. Dila meracau tak jelas. Bara membawanya ke duni lain yang sangat indah.
"Aku rindu kamu," ucap Bara saking gemasnya merasakan kenikmatan yang terus menjalar di sekujur tubuhnya. Rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ia meremas dada Dila kala cengkraman wanita itu semakin kuat di bawah sana. Ada rasa yang tak bisa Bara deskripsikan.
Bara menahan tubuhnya dengan siku agar tak menghimpit Dila. "Kita lakuin semalaman. Aku tidak ingin ini cepat berakhir."
"Apa?" Mata Dila membulat karena kaget. Bisa remuk tubuhnya jika Bara melakukan semalaman. Gila!! Dila tak habis pikir. Ia akui Bara maniak tapi tidak segila itu. Semalam bermain cinta?
Bara terkekeh ketika melihat ekspresi ketakutan di wajah Dila. Ia belai wajah itu untuk memberikan ketenangan.
"Aku tidak segila itu."
Ucapan Bara bak embun penyejuk bagi Dila. Pria itu kembali merengkuh tubuhnya dan membelai bibirnya dengan mendamba. Dila resah merasakan rasa itu makin lama kian dekat. Ia menggelengkan kepala tak bisa menahan gelombang gairah yang kian lama kian menggetarkan.
"Bar….." Dila menopangkan sikunya di dada Bara.
"Tunggu aku." Bara menghentakkan tubuhnya lebih dalam dan lebih kuat.
Kuku jari Dila meremas punggung Bara kala kenikmatan itu mereka rengkuh bersama. Hening tak ada suara. Hanya ada dengkuran Bara dan Dila. Mereka terlelap setelah melepaskan rindu yang selama ini tertahan.
CATATAN AUTHOR
JANGAN LUPA BACA NOVELKU YANG LAIN 'DOCTOR COUPLE : PERNIKAHAN SANG DOKTER CINTA. Ceritanya tak kalah seru dengan Baradila dan sudah tamat. Silakan berbucin ria disana. Hehehehe