Jodoh Tak Pernah Salah

112. MERAYU TRIPLETS



112. MERAYU TRIPLETS

Rere datang ke sekolah triplets untuk melakukan pendekatan. Dino sudah memberikan akses untuknya agar bisa bertemu dengan Shaka, Shakel dan Salsa. Guru mereka di sekolah sudah diberi tahu Dino bahwa ketiganya nanti dijemput Rere. Langkah ini mereka lakukan untuk memudahkan rencana menjebak Dila untuk kembali menikah secara agama dengan Bara. Kelemahan Dila ada pada anak-anak sehingga Rere memanfaatkannya.     

Sebelumnya Dino sudah menjemput Hanin terlebih dulu sebelum Rere datang. Dino sadar jika triplets tidak pernah berpisah dengan Hanin. Maka oleh sebab itu Dino mengambil inisiatif untuk memudahkan rencana Rere dan Bara. Pada akhirnya Dino harus menyerah dan tak memaksakan kehendaknya. Satu hal yang Dino sadari jika hakikat tertinggi dari mencintai adalah melepaskan. Lebih baik melepaskan sesuatu yang tidak pernah bisa kita genggam daripada terus berharap. Pada akhirnya kita yang akan terluka jika tak mendapatkannya.     

Triplets menurut saja ketika Rere membawa mereka ke mobil. Mereka sudah pernah bertemu Rere ketika wanita itu berkunjung ke rumah. Rere memperkenalkan diri sebagai tante mereka. Adik dari Apa mereka. Rere juga menjelaskan jika Baba ( Dino ) hanya paman mereka.     

"Pasangan Ama adalah Apa bukan Baba." Rere menjelaskan pada anak-anak. Ia menunjukkan foto pernikahan Bara dan Dila dari smartphonenya. "Ini Apa dan Ama ketika menikah. Jadi Baba hanya uncle kalian."     

"Orang besar dan pemarah itu Apa kami?" Shaka berkacak pinggang. Wajah bocah itu terlihat kesal. Masih ingat perdebatannya dengan Bara waktu di Pangkor Laut Resort.     

Rere memaksakan senyum, keninganya berkerut. Ia kebingungan menghadapi sikap frontal Shaka. Tak menyangka jika Shaka masih ingat pertengkarannya dengan Bara. Anak itu masih saja marah pada Bara karena telah memarahi ibunya.     

"Kami tak percaya," ucap Shaka dan Shakel dengan logat bicara si kembar Upin dan Ipin.     

"Uncle itu yang memarahi Ama?" Shakel bertanya pada kembarannya.     

"Hmmmmmm," balas Shakel berwibawa seperti anak sudah dewasa.     

Rere sangat kebingungan menghadapi kedua bocah lelaki itu. Anak jaman sekarang cepat besar dan pemikirannya lebih tua daripada umur.     

"Kalo dia Apa kami kenapa jahat sama Ama?" Shakel kembali mencecar Rere dengan berbagai pertanyaan. Sorot matanya seperti elang yang tengah membidik mangsa.     

Rere menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tidak segampang itu untuk merayu dan membujuk anak-anak. Ternyata anak-anak Bara sama kritisnya dengan sang ayah. Gen mereka 99,99 persen milik Bara. Dingin dan berwibawa. Hanya wajah keduanya yang mirip Dila. Salsa sendiri sangat mirip dengan Bara. Bocah cantik itu replika Bara versi perempuan.     

"Apa hanya berlakon. Ingin melihat berapa banyak cinta kalian untuk Ama. Apa terharu ternyata kalian semua sayang Ama."     

"Kemana Apa selama ini? Kenapa Ama tidak pernah cerita?" Shaka masih sulit mempercayai ucapan Rere.     

Daniel dan Tia yang duduk di kursi depan hanya senyum-senyum. Mereka terlihat mengejek Rere yang belum bisa meyakinkan triplets percaya dengan ceritanya.     

"Anak jaman sekarang kritis dan pintar ya Yang. Besok anak kita bakal sekritis itu ga?" Daniel berandai-andai. Bukannya mendapatkan balasan yang manis malah dapat cubitan dari Tia.     

"Kalo di mobil jangan gombal mulu. Serius kalo lagi nyetir. Anak sultan kamu bawa." Tia malah menceramahi Daniel.     

Pria itu salah tingkah. Membuang muka dan tak berani lagi menggoda calon istrinya.     

Rere masih sibuk berdebat dengan triplets di belakang. Para bocah itu masih sulit ditaklukkan. Awal menurut, setelah itu memberontak. Rere tidak kehilangan akal. Ia memperlihatkan video pernikahan Bara dan Dila lalu video mereka saat merayakan ulang tahun bersama keluarga besar.     

"Nah ini buktinya. Kalian masih tak percaya aunty? Jadi Apa selama ini kerja di luar negeri buat biayai kalian. Kenapa Apa tidak kenal kalian ketika di Pangkor? Alasannya mau memberikan kejutan. Apa kalian pernah melihat foto pernikahan Ama dan Baba?"     

Ketiganya menggeleng dan mulai percaya dengan kata-kata Rere. Tia mengacungkan jempol karena Rere bisa merayu anak kecil.     

"Jadi Apa kerja keras demi kami?" Salsa tertunduk lesu. Dia teringat cerita cikgu tentang perjuangan ayah mencari nafkah untuk keluarga.     

"Kenapa Ama tidak pernah cerita soal Apa?" Shakel menatap kedua saudaranya. Mencari jawaban namun tidak mendapatkannya.     

"Ama tidak mau kalian sedih." Rere berpura-pura sedih. "Apa kerja keras di luar negeri demi kalian." Rere memeluk ketiganya. Dasar bocah gampang saja di bodohi. Rere berhasil mengambil hati ketiganya.     

Mobil yang disetir Daniel memasuki sebuah penthouse mewah. Bara sudah menyewanya selama tinggal di Kuala Lumpur. St Mary Residence salah satu penthouse mewah di jantung kota Kuala Lumpur. Harga penthousenya sekitar RM 10 juta sampai RM 12 juta atau sekitar Rp 30 miliar. Wow, fantastis untuk harga sebuah hunian. Sengaja tinggal di sebuah penthouse karena ingin sebuah kenyamanan dan privasi. Seperti yang kita ketahui akses masuk sebuah penthouse sangat ketat dan tidak bisa sembarang orang masuk.     

Mereka berenam menaiki lift untuk menemui Bara yang tinggal di lantai 36. Pria itu sudah tak sabar bertemu dengan anak-anak. Bara bersikeras melakukan program bayi tabung karena pria itu ingin memiliki banyak anak. Cukup dia yang menjadi anak tunggal.     

Para bodyguard membukakan pintu. Bara berlari mengejar anak-anaknya.     

"Triplets," pekik Bara haru. Ia menyambut ketiga anaknya lalu memeluk mereka bertiga.     

"Hai orang besar." Shaka melepaskan pelukan Bara. Bocah itu berkacak pinggang menatap Bara sinis. Ia pandangi Bara dari ujung kepala hingga ujung kaki.     

"Shaka." Bara terkekeh. Ia teringat perdebatannya dengan anak itu. Shaka marah karena Bara bersikap ketus pada Dila.     

"Really uncle my father?"     

Bara tersenyum menatap Shaka. Ia menggendong Shaka lalu menunjukkan foto pernikahannya dengan Dila yang terpajang di dinding. Bara sengaja mencetak foto pernikahannya dengan DIla agar anak-anak percaya jika ia ayah mereka.     

"Masih tidak percaya jika aku Apa kalian?" Bara menatap ketiga anaknya bergantian.     

Bara lalu memutar mengajak ketiganya duduk di atas sofa. Bara mengambil album foto dan memperlihatkan fotonya bersama Dila. Ada foto mereka waktu liburan di Australia, liburan di sebuah villa mewah.     

"Ini kakek kalian. Orang tuanya Apa." Bara menunjuk foto Herman. Lalu Bara menunjuk foto Ranti yang tengah tersenyum padanya. "Ini foto nenek kalian. Mamanya Apa. Nenek sudah di surga." Bara meneteskan air mata ketika melihat potret Ranti. Ada kerinduan yang tengah ia rasakan namun harus ia tepis. Wanita yang telah melahirkannya telah pulang ke pangkuan Tuhan.     

"Ini atuk dan nenek." Bara menunjukkan foto Defri dan Lusi. Meski sakit hati pada Defri namun pria itu tak mau meracuni pikiran anak-anaknya untuk membenci Defri. Bagaimana pun Defri merupakan kakek mereka. Bara hanya perlu waktu untuk meluluhkan hati sang mertua. Defri memiliki andil besar dalam pernikahannya, meski pada akhirnya pria itu juga yang menghancurkan pernikahannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.