56. BARA VS SI KEMBAR
56. BARA VS SI KEMBAR
Tuan Irfan menggelontorkan biaya yang cukup besar untuk menyelenggarakan pesta pernikahan sang putri. Pengusaha kaya asal Malaysia itu mau menggelontorkan uang demi pernikahan sang putri karena sang anak merupakan anak perempuan satu-satunya dan juga anak bungsu.
Tuan Irfan ingin memberikan hal yang manis untuk sang anak. Pesta sangeet hari pertama sangat sukses dan sangat meriah. Para tamu telah kembali ke dalam kamar masing-masing. Malam ini pesta sangeet akan dihadiri oleh penyanyi Hollywood seperti Alisca dan Miranda. Tentu saja pesta nanti malam sangat dinantikan para tamu karena ada artis Hollywood.
Parkour Laut Resort merupakan kombinasi kemewahan, keindahan alam dan hutan belantara yang menciptakan lingkungan aman dan damai. Tempat ini sangat terkenal karena dinobatkan sebagai 'One of the top Resort in Asia' oleh Conde Nest Travellers Readers Choice Award 2017. Resort ini merupakan resort mewah dan hanya orang yang berkantong tebal yang bisa liburan disini.
Pagi ini semua tamu yang telah bangun sarapan di restoran. Seperti biasanya Dila datang bersama anak-anak dan Dino. Dila dan Shaka berjalan menuju meja roti bakar karena Shaka meminta segelas susu dan roti bakar. Begitu banyak tamu sehingga tempat sedikit berdesak-desakan. Dila saja hampir bertabrakan dengan Bara yang juga sedang membuat roti bakar keju coklat.
"Kalo jalan itu liat-liat," ucap Bara dingin seperti biasa.
"Maaf," cicit Dila dengan wajah tertunduk. Dila sedang tidak mood berdebat dengan Bara. Ucapan pria itu semalam telah menyakitinya.
"Kalo orang bicara itu diliat bukan menunduk," balas Bara lagi seraya mengambil piring dan menaruh roti bakar yang telah jadi.
"Bisa enggak anda pagi tidak cari ribut?" Dila tak bisa menahan kesabarannya dan menantang Bara.
"Saya tidak cari ribut sama anda. Cuma mata anda lain kali dipakai. Liat-liat kalo mau jalan dan jangan sampai nabrak."
Shaka kesal tak terima Ama-nya dimarahi. Ia mendekati Bara dan mencubit paha pria itu hingga menjerit kesakitan.
"Hei anak kecil," pekik Bara ngilu menatap Shaka.
"Hei orang besar," balas Shaka dengan nada ketus.
Dila tak bisa menahan senyumannya melihat ayah dan anak berdebat. Ia ingin melihat bagaimana Shaka membelanya dari Bara.
"Kamu jahat sama saya." Bara menunjuk Shaka.
"Uncle yang jahat duluan sama Ama." Shaka dengan wajah arogan balik menunjuk Bara.
"Tidak boleh menunjuk orang dewasa seperti itu anak kecil," cicit Bara menahan kesal.
"Tidak boleh menunjuk anak kecil seperti itu orang dewasa," balas Shaka membuang muka dan membalikkan kata-kata Bara.
Bara hampir serangan jantung menghadapi bocah kecil yang ada di depannya. Bocah yang berani memperlakukannya seperti ini hanya Alana, anak Dian dan Zico, sekarang ditempat asing ia menemukan bocah yang sifat keras kepalanya hampir sama dengan Alana. Bara tak habis pikir. Apa salah dan dosanya bisa bertemu dengan Shaka?
Dila hanya senyum-senyum sendiri menyaksikan perdebatan Shaka dan Bara. Andai saja mereka tahu apa hubungan mereka yang sebenarnya mungkin mereka akan lebih akrab dan bersenda gurau layaknya ayah dan anak.
"Ada apa Bar? Kok ribut-ribut?" Kinanti tiba-tiba muncul dengan gaun pendek di atas lutut. Seperti biasanya perempuan itu selalu memakai baju yang kekurangan bahan dengan belahan dada rendah. Bara sakit mata melihatnya.
Dila benar-benar risih melihat penampilan Kinanti. Dila malah kasihan melihat perempuan itu. Demi mendapatkan perhatian laki-laki rela mengumbar auratnya kemana-mana.
"Enggak ada apa-apa," jawab Bara datar dan dingin.
"Mau aku temani makan?" Kinanti kembali menggoda dan berusaha mendekati Bara.
"Enggak perlu." Bara menoleh pada Shaka. "Anak kecil kamu mau bikin roti bakar juga?"
Shaka berpangku tangan, "Mau orang besar. Bikinkan dua porsi. Roti bakar keju coklat," titah Shaka pada Bara.
"Kok dua?"
"Buat kembaran aku Shakel."
"Bar, aku juga mau ya," cicit Kinanti mengedipkan mata.
"Bikin sendiri," balas Bara ketus lalu mengoleskan mentega, menaburkan keju dan meses. Pria itu lalu membakar roti bakar untuk Shaka.
Dila hanya jadi pemerhati dan ingin melihat sejauh mana Bara berinteraksi dengan Shaka.
"Ini roti bakarnya." Bara memberikan dua potong roti bakar pada Shaka.
"Thank you orang besar." Shaka berlalu menarik tangan Dila lalu meninggalkan Bara begitu saja.
"Anak itu benar-benar dingin dan menyebalkan," ucap Bara tergelak tawa. Entah kenapa ada kebahagiaan yang ia rasakan ketika membuatkan dua roti bakar untuk Shaka.
"Punya aku mana Bar?" Kinanti merajuk berusaha mendekati Bara.
"Bikin sendiri. Punya tangan bukan?" Bara pergi meninggalkan Kinanti menuju mejanya bersama Daniel dan Tia.
"Ikutin Bapak lagi dia?" Tanya Tia ketika Bara baru saja duduk.
"Seperti biasa." Bara mengangkat bahu.
"Itu perempuan enggak kedinginan apa pake baju kurang bahan kayak gitu?" Daniel memperhatikan Kinanti yang sedang mengambil sarapan.
"Mungkin udah biasa kali," celetuk Tia sambil makan.
"Bapak tadi saya liat bikinkan roti buat anak Dila?" Tia beralih menatap Bara.
"Kamu kenal perempuan itu?" Bara menghentikan kegiatan makannya.
"Kenal Pak. Baru kenalan semalam. Orangnya asik lo Pak dan baik. Hebat ya kakak tu punya anak kembar tiga. Masih cantik dan tubuhnya masih ramping kayak anak gadis."
"Maksud kamu muji dia di depan saya apa?" Bara menatap tajam pada Tia.
Tia jadi kikuk dan kehilangan kata-kata, "Enggak ada Pak, cuma ngomong aja. Bapak pagi udah marah-marah aja. Kalo kesal sama Kinanti jangan lampiaskan ke saya dong Pak." Tia berusaha tertawa padahal sedang menyembunyikan perasaaannya. Susah juga ternyata jadi mak comblang!
"Istri orang jangan di promosikan di depan saya. Kalo saya jadi pebinor bagaimana?" Bara merasa bersalah telah marah-marah pada Tia.
"Mana mungkin Bapak jadi pebinor. Jangan bercanda Pak." Tia melambaikan tangan ke udara.
"Permisi numpang duduk disini boleh?" Kinanti datang dengan membawa sepiring sarapan dan segelas susu.
"Cari aja tempat lain. Kami mau bicara pribadi," balas Tia ketus.
"Gue enggak nanya sama lo. Gue tanya sama Bara. " Kinanti naik pitam melihat Tia.
"Permisi numpang duduk disini boleh?" Tia mengulangi pertanyaan Kinanti. "Kalimat mana lo nanya sama Pak Bara?" Balas Tia nyolot.
"Lo cuma sekretaris tapi lagak lo." Kinanti mengepalkan tangannya karena geram.
"Kinanti kembali ke meja kamu saja. Ara sudah menunggu kamu disana." Bara mengusir Kinanti secara halus.
Kinanti dengan kesal pergi dari meja Bara. Sampai kapan pun ia akan berusaha mendapatkan Bara bagaimana pun caranya.