Jodoh Tak Pernah Salah

59. KEBENCIAN ALLEA DAN ATTAR



59. KEBENCIAN ALLEA DAN ATTAR

"Papa jangan pernah menyalahkan mama dan mami. Papa yang membuat diri papa dibenci. Kami bukan anak kecil lagi. Kami sudah mengerti apa yang terjadi antara papa, mama dan mami. Asal papa tahu kami menyaksikan ketika papa memukul mama dan mami hingga babak belur. Kami masih kecil kala itu dan tidak mengerti apa-apa. Kami takut dan bersembunyi ketika papa memukul mama dan mami. Kami kecewa sama papa. Papalah yang telah menghancurkan keluarga kita. Allea benci papa. Ambil saja hikmahnya, mama dan mami jadi akur karena papa," ucap Allea berusaha tegar dan tak menangis. Namun sayangnya air matanya tetap tumpah.     

Dada Iqbal semakin sesak. Ucapan Allea yang baru berumur sepuluh tahun sangat tepat mengenai ulu hatinya. Rasanya semakin berat dan semakin sesak ia rasakan. Iqbal menangis, menyadari kesalahannya di masa lalu. Iqbal tahu KDRT yang ia lakukan pada kedua mantan istrinya memberikan dampak psikologis bagi anak-anaknya. Mungkin Aina masih merindukannya karena anak itu masih berusia enam tahun dan belum sepintar kedua kakaknya. Seandainya Aina sudah besar dan mengenai tahu penyebab perceraian kedua orang tuanya mungkin juga akan membencinya seperti Allea dan Attar.     

Naura dan Ria hanya diam, menjadi pengamat ketika Allea dan Attar menumpahkan uneg-unegnya. Naura membiarkan saja, berharap setelah mereka mengatkan semuanya pada Iqbal, beban di hati mereka berkurang dan mereka kembali ceria. Bukan hal mudah bagi Naura dan Ria mengembalikan keceriaan anak-anak. Keduanya harus berulang kali di terapi karena mengalami gangguan psikologis menjadi saksi penganiayaannya dan Ria.     

Sebagai seorang dokter Naura mengetahui dan menyadari dampak psikologis yang di alami anak yang menyaksikan KDRT sejak kecil. Orangtua yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga secara langsung menolak hak anak untuk tinggal di lingkungan rumah yang aman dan stabil. Banyak anak yang menderita dalam diam, dan tanpa dukungan sama sekali. Tapi meski tidak semua anak yang terpapar kekerasan di rumah akan menjadi korban atau pelaku, mereka tetap membutuhkan bantuan dari orang dewasa lain yang terpercaya untuk mendapatkan pertolongan dan kasih sayang yang layak. Anak-anak yang tinggal dalam lingkup keluarga yang mengalami KDRT memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami penelantaran, menjadi korban penganiayaan secara langsung, dan juga resiko untuk kehilangan orang tua yang bertindak sebagi role model mereka. Pengalaman menyaksikan, mendengar, mengalami kekerasan dalam lingkup keluarga dapat menimbulkan banyak pengaruh negatif pada keamanan dan stabilitas hidup serta kesejahteraan anak. Dalam hal ini anak menjadi korban secara tidak langsung atau disebut sebagai korban laten (laten victim).     

Banyak korban yang bisa mengatasi trauma masa kecilnya dengan dukungan emosional dari orang terdekat, sehingga mereka menyadari kekerasan adalah hal yang tidak bisa ditolerir dan pengalaman mereka tidak boleh terulang lagi. Anak korban kasus KDRT bisa dididik, diberikan pendampingan, dan terapi klinis dari profesional medis untuk memulihkan kondisi mentalnya. Naura cepat tanggap sehingga mental Allea dan Attar cepat dipulihkan. Mereka tak trauma dan depresi lagi.     

"Papa tahu selama tiga tahun ini mama dan mami berjuang keras untuk menyembuhkan trauma dan depresi yang kami alami?" Attar menatap sinis pada sang ayah.     

Iqbal hanya menggeleng seraya meneteskan air mata. Aina menghapus air mata Iqbal. Aina belum mengerti apa yang dibicarakan kedua kakaknya.     

"Papa kenapa menangis?" Tanya Aina sendu.     

"Gapapa. Mata papa kelilipan."     

Aina malah meniup mata Iqbal hingga membuat tangis pria itu pecah. Iqbal memeluk Aina dengan erat. Rasa bersalah kembali menyergap sanubari Iqbal. Pria itu menyadari kesalahannya. Ia yang telah menghancurkan keluarganya sendiri. Allea dan Attar membencinya karena telah memukul kedua mantan istrinya. Ternyata kedua anaknya sudah cukup besar memahami kondisi orang tuanya. Anak-anak jaman sekarang memang terlalu pintar dan terlalu cepat dewasa dari usianya. Mereka bahkan bisa lebih dewasa dari orang dewasa. Iqbal bertekad mengubah segalanya. Ia tak ingin Allea dan Attar menyimpan kebencian padanya hingga mereka dewasa. Iqbal tak mau sampai ia menua kedua anaknya membencinya. Aina juga akan beranjak dewasa jika akhirnya Aina tahu kenapa orang tuanya berpisah mungkin akan ikut membencinya. Iqbal tak mau semua anaknya membenci dan menjauhinya. Nasi memang telah menjadi bubur, namun setidaknya Iqbal ingin membuat buburnya enak untuk dimakan.     

Iqbal bangkit mendekati Alllea dan Attar meski keduanya mundur ketika di dekati.     

"Jangan takut. Papa hanya merindukan kalian. Papa ingin memeluk kalian. Jangan benci papa. Please…Kalian perisai papa. Jangan pernah membenci papa. Allea, Attar," panggil Iqbal lirih pada kedua anaknya. "Papa tahu kalian marah karena telah melukai mama dan mami. Papa tahu jika apa yang papa lakukan sebuah kejahatan dan melukai perasaan. Itu sudah berlalu tiga tahun yang lalu. Papa akui kesalahan itu, menyakiti kedua ibu kalian. Papa ingin memperbaiki semuanya. Manusia tempat salah dan khilaf. Papa tak sengaja melakukan semua itu." Iqbal menangis dan berlutut di depan Allea dan Attar.     

Perasaan Allea tercabik melihat Iqbal berlutut di depan mereka. Allea tahu air mata papanya tulus bukan pura-pura. Allea pun goyah, ingin menyentuh Iqbal namun gengsi menguasainya. Ia masih menahan egonya. Ria dan Naura menangis dalam diam melihat interaksi Iqbal dengan anak-anaknya. Hati Attar juga merasa teremas melihat papanya seperti orang yang mengenasnya. Hilang sudah kewibawaan dan sombong Iqbal selama ini.     

"Papa tahu keadaan tidak bisa dikembalikan. Setidaknya papa tidak mau dibenci kalian. Papa tidak mau kalian benci dan kalian musuhi. Tidak ada yang namanya mantan ayah dan juga mantan anak. Hubungan darah tidak akan pernah putus nak. Papa salah telah jahat pada mama dan mami hingga kami bercerai. Papa akan memperbaiki semuanya nak."     

"Jangan harap aku akan mau rujuk sama kamu," ucap Naura dingin memotong pembicaraan Iqbal.     

Tenggorokan Iqbal tercekat, dadanya sesak. Belum apa-apa Naura sudah menutup pintu hatinya. Iqbal berencana untuk memperbaiki semuanya. Ia ingin rujuk dengan Naura. Jika mereka kembali menjadi suami istri, anak-anak tidak akan mengalami gangguan psikologi dan membencinya lagi.     

Ria memelas mendapati reaksi Naura. Tak menyangka Naura akan menolak rujuk dengan Iqbal. Bukannya apa-apa. Meski Iqbal telah menyakitinya namun Ria tahu Naura masih menyimpan rasa cinta pada mantan suaminya. Iqbal merupakan cinta pertama bagi Naura dan hanya pria itu satu-satunya yang mengisi hati Naura sejak SMP. Naura hanya pacaran satu kali hingga menikah dengan Iqbal. Saking bucinnya Naura, merelakan hatinya tercabik ketika Iqbal mendua dan meminta memperistri Ria sebagai istri kedua.     

"Jika kamu ingin bicara dengan anak-anak silakan," ucap Naura menyembunyikan perasaan dalam hatinya. Ingin menangis mendapati Iqbal merendahkan diri di depan anak-anak. Ria menyusul Naura yang berlari menuju kamar. Keduanya memberikan waktu pada Iqbal untuk memperbaiki hubungan dengan ketiga anak-anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.