44. MENEMUI KINANTI ( 3 )
44. MENEMUI KINANTI ( 3 )
"Kamu jangan mempermainkan aku Kinan," pekik Bara mencekik Kinanti.
Perempuan itu shock mendapati reaksi Bara diluar dugaannya. Kinanti tak pernah membayangkan akan terjebak dalam situasi seperti ini. Wanita itu kehabisan napas karena cekikan Bara begitu kuat. Wanita itu terengah-engah berusaha mengambil napas. Kinanti bisa melihat kemarahan dari mata Bara. Pria itu tak terima. Kinanti tidak berbohong atau mengatakan omong kosong. Bara dulunya gay itulah kenyataannya. Tak ada niatan Kinanti untuk mempermainkan Bara ketika mengatakan itu. Sungguh Bara penuh misteri dibalik ketenangannya.
"Bar lepaskan aku," ucap Kinanti memohon seraya memukul dada Bara. Perempuan itu benar-benar kehabisan napas. Kinanti seakan menghadapi maut ketika cekikan Bara semakin kuat dan tak mau dilepas. Perempuan itu memberontak namun ia kalah kuat. Bara terlalu kuat untuk ia lawan.
"Bar." Kinanti menangis berharap belas kasihan. Tangisan Kinanti menyadarkan Bara. Pria itu melepaskan cekikannya.
Kinanti terbatuk-batuk memegangi dadanya. Perempuan itu mengambil oksigen dengan rakus. Menghirupnya dengan dalam lalu menetralkan kembali pernapasannya. Kinanti menangis tersedu-sedu. Tak menyangka Bara nekat melakukannya. Pria itu hampir saja membunuhnya. Meski hilang ingatan tak memudarkan kekejaman Bara. Alam bawah sadar pria itu tetap menuntunnya pada sifat lamanya.
"Aku enggak nyangka kamu semenakutkan ini Bar." Kinanti bicara setelah bisa bernapas dengan lega.
"Aku memang menakutkan. Aku tak sebaik yang kamu kira." Bara malah meluruskan pernyataan Kinanti.
"Jangan pernah mempermainkan aku Kinanti. Aldebaran sangat benci dipermainkan. Permainan kamu enggak lucu bilang aku mantan gay." Mata Bara berkilat-kilat menunjukkan kemarahannya.
"Aku enggak mempermainkan kamu Bar. Aku mengatakan yang sebenarnya." Kinanti melangkahkan kaki menuju nakas. Wanita itu mengambil smartphone. Mengotak-atiknya lalu memperlihatkan sebuah video pada Bara.
"Apa ini tidak bisa membuktikan?" Kinanti memberikan smartphonenya pada Bara. Ia ingin pria itu tahu siapa dia di masa lalu.
Bara menatap layar smartphone Kinanti. Matanya tak lepas dari sana. Kepala Bara mendadak pening dan berputar ketika melihat adegan dalam video itu. Ya, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri videonya dan Egi yang sedang berciuman. Video itu menjungkir balikkan dunia Bara. Smartphone Kinan terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Pria itu membeku sekaligus menggigil mendapati dirinya memang gay. Kinanti menyebutnya mantan gay berarti dia telah sembuh.
Bara memukul meja hingga kacanya retak. Sakit menerima kenyataan jika ia dulunya seorang gay. Bara memukul meja dengan keras hingga tangannnya bermandikan darah.
"Bar." Kinanti kaget dengan reaksi namun tak berani mendekat. Peristiwa ia dicekik hampir mati membuatnya jera. Tak lagi mempermainkan Bara. Ternyata pria itu masih menakutkan seperti yang dulu.
Bara muak dan benci dengan keadaan yang tengah menderanya. Sakit dengan apa yang ia ketahui. Bara tak bisa menerima kenyataan. Bara seolah dihujam oleh panah arjuna dan garda milik Bima. Senjata milik para pandawa sangat terkenal dengan kesaktiannya. Bara merasa dititik terendah dalam hidupnya. Kenyataan ini sangat pahit untuk diterima. Bara menangis tersedu-sedu. Tak menyangka Egi, sahabat baiknya dulunya kekasih prianya di masa lalu ketika ia masih berkubang dengan dosa.
Kenapa harus Egi? Padahal mereka bersahabat baik selama tiga tahun ini. Egi pun sudah menikah dan memiliki anak. Mereka bertiga, Bara, Zico dan Egi bahkan sering menghabiskan waktu bersepeda, kompak dalam memomong anak dan mengajak anak-anak mereka bermain. Zico dengan Alana, Egi dengan Rasya lalu Bara dengan Leon. Kenapa kenyataan ini sangat pahit dan getir? Pantas saja Herman dan Dian tak pernah mau menceritakan masa lalunya. Mereka terlalu menyayangi Bara dan tak ingin ia tersakiti. Bara tersenyum ironi.
Kepala Bara mendadak pusing mencoba mengingatnya memorinya. Bukannya ingat tapi kepalanya malah sakit. Bara berteriak dengan nyaring, tak mengundang perhatian orang yang ada diluar karena kamar hotel Kinanti kedap suara.
"Bar, kamu enggak apa-apa?" Kinanti malah cemas mendapati Bara yang sangat menyedihkan. Mata pria itu merah karena marah dan darah tak hentinya menetes dari telapan tangannya. Kinanti panik mengambil air dan syal. Wanita itu menyiram air mineral ke tangan Bara lalu membalut lukanya dengan syal yang ia punya.
"Maafkan aku Bar," ucap Kinanti tulus. Wanita itu bahkan lupa tujuannya yang sebenarnya setelah mendapati sikap Bara diluar dugaannya. Kinanti membantu Bara bangkit dan mendudukkan pria itu di sofa.
"Apa lagi yang kamu ketahui Kinan?"
"Tidak usah bicara dulu Bar. Kamu terluka."
"Aku mau kamu bicara," bentak Bara mengguncang tubuh Kinanti.
Nyali perempuan itu ciut. Ia telah membangunkan singa tidur. Mau tidak mau wanita itu harus mengatakan semuanya. Bukankah ia sendiri yang mengundang Bara untuk datang ke kamarnya? Kinanti harus menanggung resiko dari rencananya.
Rencananaya gagal total dan malah ia hampir mati. Bara sangat menakutkan. Pantas saja pria itu dijuluki serigala gurun. Pria itu sangat kejam dan menakutkan ketika marah. Kesabarannya hanya untuk menutupi sifat aslinya.
"Satu saja sudah bikin kamu shock. Bagaimana aku akan mengatakan semuanya?"
"Bicara!" Bentak Bara sekali lagi. Ia sudah tak sabaran mengetahui segalanya. Meski pahit ia harus siap menerima kenyataan. Setidaknya dengan ada titik terang tentang masa lalunya Bara bisa menentukan sikap atau mungkin ingatannya kembali setelah mendengar cerita Kinanti.
"Kamu dan Egi dulunya sepasang kekasih. Kalian pasangan gay yang saling mencintai satu sama lain. Kalian bertemu di club Vegi. Kamu menikah dengan istrimu karena dijodohkan. Semenjak kamu menikah perlahan-lahan kamu menjauh dari Egi dan hubungan kalian renggang. Kamu jatuh cinta pada istrimu Bar. Wanita itu telah menjungkir balikan dunia kamu. Karena wanita itu kamu ingin straight dan kembali ke kodrat. Kamu meminta kesempatan kedua pada istrimu. Dia memberikannya dan membantu kamu untuk kembali ke fitrah. Dia berhasil membuat kamu keluar dari lubang hitam. Kamu normal Bar berkat kesabaran istrimu."
Dada Bara bergemuruh mendengar ucapan Kinanti. 'Kamu normal Bar berkat kesabaran istrimu'. Sampai sini Bara tahu bagaimana sifat istrinya. Baik, pemaaf dan sabar. Istri mana pun di belahan dunia tak akan mau menerima kenyataan mendapati suaminya gay. Istrinya terlalu istimewa hingga mau memberikannya kesempatan untuk berubah. Pantas saja wanita itu selalu hadir dalam mimpinya setiap malam. Dia terlalu spesial dan tak boleh dilupakan, meski Bara tak pernah melihat wajahnya dalam mimpi.
"Lalu apa lagi yang kamu ketahui," desak Bara lagi.
Kinanti tak bicara. Ada keheningan menyergap mereka. Bagaimana pun ia tak mau membicarakannya lagi. Kinanti tak mendapatkan apa yang ia inginkan. Percuma saja memberikan informasi jika ia tak mendapatkan keuntungan disini. Yang ada Kinanti malah mengeluarkan banyak uang untuk mendapat informasi dari detektif kepercayaannya.