Jodoh Tak Pernah Salah

37. DINO BUTUH KEJELASAN



37. DINO BUTUH KEJELASAN

Dino melangkah masuk ke dalam kamar. Rasa penatnya langsung hilang ketika mendengarkan cerita Hanin. Anak itu terlanjur menganggap Dila sebagai ibu yang melahirkannya. Untuk anak usia enam tahun Hanin sangat pintar.     

"Ada apa No?" Dila berusaha tersenyum meski senyum itu terpaksa.     

"Kita harus bicara Dila," ucapnya pelan mengusap wajahnya.     

"Kamu istirahat dulu baru kita bicara."     

"Tidak bisa. Harus bicara sekarang." Dino duduk di atas sofa yang berada di sudut kamar.     

"Bicara apa No?" Jantung Dila berdetak lebih cepat. Penasaran dengan apa yang dikatakan Dino.     

"Kenapa kamu masih memimpikan Bara?" Tatap Dino mengintimidasi.     

"Apa maksudnya No?" Dila tergelak tawa meski ia gugup.     

"Jangan menyembunyikan perasaan kamu Dil. Aku tahu di hati kamu masih ada dia."     

"Tidak No." Elak Dila menyembunyikan perasaannya.     

"Jangan bohong padaku Dil. Hanin mendengar kamu menggigau menyebut nama Bara. Jika kamu ingin kembali pada dia, aku akan mengantarkan kamu pada dia."     

"Tidak No. Bukan seperti itu."     

"Aku tahu tiga tahun ini hati kamu milik Bara. Kamu pikir aku tidak tahu. Kita bersama juga demi anak-anak kita. Aku tak ingin Hanin kehilangan sosok ibu, makanya aku butuh kamu. Kamu juga tak ingin triplets kehilangan sosok ayah makanya kamu butuh aku. Hanin terlanjur beranggapan kamu ibu yang melahirkan dia. Ketika kamu menggigau memanggil nama Bara, dia sangat terluka. Dia takut kamu meninggalkan aku demi Bara. Bisakah kontrol perasaan kamu? Bagi dia kamu Ibunya dan aku ayah kandungnya."     

"Aku enggak nyangka jika Hanin mendengarnya."     

"Aku tahu kamu masih mencintai Bara dan aku masih mencintai almarhumah istriku, tapi kondisinya sekarang kita ada anak-anak. Aku senang dengan kehadiran kamu, Hanin tak kehilangan sosok seorang ibu. Jaga perasaan Hanin. Dia sempat bicara sama aku jika takut Ama seperti mama temannya meninggalkan ayahnya demi laki-laki lain. Bayangin Dil anak umur enam tahun bisa ngomong kayak gitu. Sampai nangis dia ngomong sama aku. Ama dan baba tidak akan bercerai bukan? Nyesek dengarnya Dil. Ya Tuhan….Bagaimana aku bisa jelasin ke dia hubungan kita. Hanin masih terlalu kecil untuk memahami semuanya."     

Dila tertohok mendengar cerita Dino. Anak jaman sekarang terlalu pintar. Memahami sesuatu dengan cepat.     

"Aku enggak mau berlanjut-lanjut Dila. Aku tahu kamu tersiksa tiga tahun belakangan ini. Kamu enggak bahagia. Berusaha kuat demi Shaka,Shakel dan Salsa. Sebelum semuanya terlambat. Kamu mau kembali pada Bara? Jika ia aku akan bantu. Hanin biar aku yang urus."     

"Tidak semudah itu No."     

"Tidak ada yang tidak mudah bagi Dino. Sebelum semuanya terlambat. Aku akan bantu kamu. Hanin biar aku yang urus. Aku akan bicara perlahan-lahan sama dia. Katakan sebelum aku berubah pikiran. Urusan Iqbal dan om Defri biar aku yang urus. Biar laki-laki sesama laki-laki bicara."     

Dila menggelengkan kepala seraya menangis. Bagaimana ia bisa menyakiti Hanin. Tak semudah itu mengatakannya pada Hanin. Dila takut mental Hanin terganggu. Saat Ananya, istri Dino meninggal Hanin seperti orang linglung.     

Kematian Ananya terlalu mendadak dan membuat semua orang shock termasuk Dino. Hampir tiap malam pria itu menangis dan menghabiskan minuman keras untuk mengobati luka di hatinya. Hanin sampai trauma kehilangan Ananya. Saat itulah Dila datang pada mereka. Merasakan kehilangan yang sama mereka bersama.     

Dino sudah tak bisa lagi melihat Ananya. Ibu dari anaknya itu telah hidup di dunianya yang baru. Dila masih beruntung Bara masih hidup sampai sekarang.     

"Jika kamu tidak ingin tolong kembali sama dia, kontrol! Kamu sekamar dengan anak-anak. Jika kamu ingin kembali pada Bara katakan padaku. Aku tak akan pernah melarang kamu. Aku hanya memikirkan mental putriku. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Hanin. Aku tidak ingin dia mengalami trauma seperti dia kehilangan Ananya dulu. Sekarang Hanin bahkan lupa dengan Ananya, ibu yang telah melahirkannya. Aku tidak siap jika Hanin seperti dulu." Air bening keluar dari sudut mata Dino.     

"Maafkan aku No. Lain kali aku tidak akan melakukannya lagi. Please jangan pernah bahas Bara di depan aku."     

"Bukankah kamu bahagia jika mendengar nama dia?" Dino bicara sinis.     

"Bara tetap pemilik hati kamu selama ini."     

"Sudahlah No. Jangan bahas lagi. Aku tak mau kita bertengkar." Dila mengelak dari tatapan intimidasi Dino.     

"Kamu pikir aku juga tidak tahu perasaan kamu yang sebenarnya." Dila membalas telak. Mana mau Dila disalahkan begitu saja.     

"Aku akhiri pembicaraan kita sampai disini." Dino keluar dari kamar Dila lalu menuju kamarnya. Dino membuka lemari lalu mengambil foto Ananya, almarhumah istrinya.     

"Anya gimana kabar kamu sekarang?" Dino mengelus foto Ananya yang sengaja ia sembunyikan.     

Dino tak ingin Hanin tahu siapa Ananya, takut Hanin marah dan mempertanyakannya. Bagi Hanin, Dila adalah ibu kandungnya. Wanita yang melahirkannya. Hanin sangat penurut. Apa pun kata Dila selalu dipatuhi. Dila pun menyayangi Hanin seperti anak kandungnya sendiri. Dila memperlakukan mereka sama tanpa membeda-bedakan. Sikap tulus Dila pada Hanin membuat Dino juga tulus menjadi ayah bagi triplets.     

"Hanin sudah besar Anya. Dia sangat mirip dengan kamu dan juga sikapnya. Dia sangat kritis sama seperti kamu. Dia cantik dan ceria seperti kamu. Seperti pesan kamu sebelum pergi dari dunia ini. Aku akan merawat Hanin dengan baik. Aku akan jadi ayah yang baik untuk anak kita. Aku berikan dia ibu yang baik. Menyayangi Hanin seperti menyayangi anak sendiri. Anya maafkan aku jika tak sesempurna yang kamu kira. Aku juga khilaf dan melakukan kesalahan. Tapi aku hanya melakukan satu kesalahan dan tak akan mengulanginya lagi. Anya baik-baik disana ya. Aku selalu ada di hatiku. Kamu adalah bidadari surgaku. Aku ingin sehidup dan sesurga denganmu. Tunggu aku disana Anya." Dino mellow melihat foto Ananya.     

Senyuman wanita itu sangat manis. Bibir tebalnya begitu seksi, sorot matanya begitu tajam, senyumnya begitu menawan membuat siapa saja yang melihatnya terhipnotis.     

Dering smartphone memekakkan telinga. Dino bangkit mengambil smartphone di atas nakas.     

"Halo bos," sapa pria di ujung sana.     

"Bagaimana penyelidikan kamu?" Tanya Dino dingin. Tak mau berbasa-basi.     

"Ada satu hal yang tidak diketahui Dila soal Bara."     

"Apa itu?"     

"Bara ternyata ditembak lawan politiknya."     

"Apa?" Dino kaget. Smartphone digenggamannya hampir lepas.     

"Apa maksud kamu?"     

Detektif bayaran Dino pun menceritakan dengan detail kejadian apa yang menimpa Bara dan hal yang telah dilewati pria itu.     

"Begitu. Baik aku mengerti." Dino manggut-manggut. "Penyelidikan yang satu lagi bagaimana?"     

"Itu…." Pria di seberang ragu-ragu mengatakannya.     

"Jangan sungkan. Katakanlah!"     

"Penyelidikan yang satu lagi masih buntu bos. Aku belum menemukan dia. Semuanya masih abu-abu. Aku akan berusaha keras menemukan dia."     

"Kau harus menemukan dia untukku. Aku ingin menyelesaikan semuanya agar tak dihantui lagi. Aku butuh penyelesaian."     

"Bos yakin melepaskan Dila?"     

"Bukan urusanmu," jawab Dino ketus. Pria itu memutuskan sambungan telepon.     

******     

Cuap-cuap author     

Maaf ya para pembaca setia JTPS. Novel ini sudah tidak update sejak tanggal 3 Desember 2020. Maaf sudah seminggu berlalu baru bisa update. Terima kasih kalian masih setia menunggu cerita ini. Mungkin aku akan bercerita kenapa aku bisa ga update dalam waktu seminggu ini. Hari kamis tanggal 3 aku habis sholat subuh jatuh di kamar mandi dengan posisi duduk dan bunyi krekkkkk… Itu pinggang aku sakit sekali ketika jatuh dan tubuh memar semua karena menahan kepala agar tidak terbentur.     

Aku berusaha bangun dari kamar mandi meski pinggang encok. Aku minta olesin minyak pijit sama suami biar sakitnya ilang. Suami mijitin biar enggak sakit lagi. Hari kamis itu aku emang gak masuk kantor karena sudah ijin sebelumnya. Anakku yang paling besar sakit diare dan demam sejak hari Minggu. Aku mau fokus rawat anak yang lagi sakit. Aku juga minta pijit sama tukang pijit langganan aku biar badan lebih enakan. Ternyata sore sakitnya semakin menjadi dan makin sakit. Tubuh aku ngilu dan nyeri, tiba-tiba demam, menggigil. Mendadak aku diare. Sekali lima menit harus ke kamar mandi dan yang dikeluarin itu cuma air. Mendadak pinggang ke bawah enggak bisa digerakin dan kaku. Buat jalan aja aku harus dibantu suami ke kamar mandi. Kondisi aku semakin enggak memungkinkan. Nangis tiap mau jalan. Akhirnya suami ambil keputusan buat bawa ke UGD.     

Duh perjuangan buat ke UGD luar biasa. Masa pandemi banyak banget aturannya. Aku dan suami sabar aja. Ampe kami dapat giliran di periksa. Dokter umum periksa aku dan tanyakan keluhan. Aku jawab apa yang aku rasakan. Terus aku disuruh rontgen buat liat ada tulang yang retak atau apa ketika jatuh tadi. Aku ikuti prosedurnya dan hasilnya langsung keluar. Dokter membacakan, tulang ekor aku enggak retak atau apa, cuma ada syaraf terjepit akibat jatuh, tulang belakang aku mengalami cedera sehingga aku mengalami cedera punggung dan merasakan nyeri, sakit dan ngilu yang luar biasa. Dokter suruh rawat karena aku mengalami diare sekali lima menit, takut mereka aku mengalami infeksi usus akibat jatuh. Terpaksa aku harus dirawat dengan perasaaan emosional. Aku enggak mau dirawat karena anak-anak bakal rewel. Anakku ada dua orang. Satu umurnya 2,5 tahun, satu lagi umurnya 5 bulan dan ASI pula. Drama pun dimulai karena aku dirawat. Kedua anakku rewel karena bundanya enggak ada dirumah. Aku minta pulang lebih cepat karena anak-anak enggak bisa lagi jauh dari bundanya. Seninnya aku pulang paksa dari rumah sakit meski kondisiku belum fit banget.     

Sekarang aku masih dalam masa pemulihan. Aku belum bisa update banyak seperti author lainnya. Mungkin pembaca JTPS yang lama tahu betapa leletnya novel ini aku update dulunya. Baru kencang ketika pertengahan tahun ini. Biar kalian enggak nodong aku update banyak aku harus ceritakan kondisi aku yang sebenarnya. Aku ibu dua orang anak dan seorang pegawai bank. Aku kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Buat update dari kantor aku itu curi-curi waktu istirahat. Kalo frontliner bank enggak boleh pegang hp. Aku nulis full ketika udah dirumah dan anak-anak sudah tidur. Sambil menyusui yang kecil kadang aku ngetik novel ini. Curi-curi waktu pokoknya. Makanya dengan waktu yang terbatas novel aku yang satunya lagi Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta updatenya lelet sangat.     

Dari bulan November kerjaan aku udah numpuk buat kejar target akhir tahun. Sampai ahir tahun ritme kerja tinggi dan banyak kerjaan. Biasanya pulang jam 5 sore molor sampai jam 8 malam. Sampai rumah aku mandi, makan, momong anak, siapin makanan suami dan baru tidur jam 12 malam, anak-anak mau main dulu karena bundanya pulang malam. Aku bikin jadwal buat nulis jam 4 pagi. Makanya aku bisa update pagi beberapa minggu belakangan ini. Jadi nulis itu benar-benar atur waktu dengan baik antara kerjaan, urus anak dan suami. Yang punya anak masih kecil-kecil pasti tahulah drama aku ngurus anak yang masih 2,5 tahun dan 5 bulan. Inilah dibalik layar perjuanganku menulis kisah Bara dan Dila.     

Menulis adalah hobiku, makanya meski sibuk aku usahakan terus menulis. Aku enggak menyangka jika JTPS sangat dicintai pembaca karena genre sendiri awalnya LGBT. Tapi aku terharu dengan kalian yang mengapresiasi aku dengan begitu tinggi dengan membaca cerita ini menggunakan koin, membeli hak istimewa dari tier rendah sampai tier tinggi. Semoga rejeki kalian dimudahkan dan dilancarkan. Maaf aku belum bisa jadi penulis full time karena kerjaan utama aku sebagai pegawai bank. Jujur saja aku ingin menjadi penulis full time agar bisa update lebih banyak untuk kalian. Dukung dan support aku dengan membaca cerita ini dengan menggunakan koin agar penghasilan menulisku bisa lebih besar dari penghasilan utama. Aku akan membalas kalian dengan memberikan cerita yang lebih bagus dan update yang lebih banyak. Mungkin bagi kalian 2 koin itu per bab tidak seberapa, tapi bagi aku sangat berarti.     

Sekian dari aku semoga kalian mengerti kenapa aku updatenya ga nentu. Semoga kita semua diberi kesehatan. Aku masih dalam pemulihan. Aku usahakan update karena enggak enak sama kalian yang telah rela membeli koin untuk baca cerita ini terutama pembaca yang membeli hak istimewa tier paling tinggi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.