Jodoh Tak Pernah Salah

1. BERTEMU MANTAN ISTRI



1. BERTEMU MANTAN ISTRI

Suara music jazz menggema di sebuah ballroom hotel mewah di Singapura. Kaum jetset sedang melakukan pesta. Mereka merayakan pesta ulang tahun Tuan Zhang yang ke enam puluh tahun. Semua pebisnis dunia di undang dalam pesta itu. Dian datang ke pesta mewakili perusahaan Bara. Semenjak Bara sakit dan koma ia mengambil alih bisnis Bara dan mengendalikannya dari Singapura. Dian merekrut orang-orang kompeten untuk membantunya menjalankan bisnis.     

Dian datang dengan balutan dress dari salah satu brand ternama di dunia. Dian memesan khusus dress ini untuk datang ke pesta Tuan Zhang. Sebagai crazy rich Singapura tentu yang datang ke pesta Tuan Zhang bukan orang sembarangan. Dian tak ingin mempermalukan dirinya datang dengan gaun biasa saja.     

Dian memakai sepatu high heels setinggi sepuluh centimeter. Semua mata terpana melihat kedatangannya yang begitu percaya diri. Dian memandang sekeliling ruang pesta. Dia tersenyum kala orang-orang melihat padanya. Ia sukses membius para tamu melalui fashion yang ia pakai. Dress itu membalut tubuhnya dengan sempurna. Seolah-olah dress itu dibuat khusus untuk Dian.     

Dian terus berjalan diatas lantai granit mahal, menghampiri Tuan Zhang dan mengucapkan selamat ulang tahun pada pria itu. Majalah forbes telah merilis daftar orang terkaya Singapura dan Tuan Zhang kembali berada di urutan nomor satu. Perusahaannya berkembang pesat dan laba perusahaannya meningkat tajam. Kesuksesan Tuan Zhang dibarengi dengan kesejahteraan para karyawannya. Pengusaha itu sadar kesuksesan yang ia raih sekarang berkat kerja keras karyawannya juga.     

"Selamat ulang tahun Tuan Zhang," ucap Dian bersalaman dengan si pengusaha dan memberikan hadiah jam tangan brand terkenal. Harga jam tangan itu sekitar tiga ratus juta namun untuk sekelas Tuan Zhang itu hanya hadiah kecil. Hadiah ini belum sebanding dengan hadiah yang Tuan Zhang berikan ketika Herman berulang tahun.     

"Terima kasih Dian. Tidak perlu repot-repot," balas Tuan Zhang tersenyum manis.     

"Hanya hadiah kecil Tuan."     

"Terima kasih telah datang ke pesta ini Dian. Sampaikan salamku pada Bara dan Herman. Semoga Bara cepat sembuh dan kami bisa berbincang kembali."     

"Baik Tuan. Aku akan sampaikan."     

"Baiklah Dian. Selamat menikmati pestanya."     

Dian undur diri dari hadapan Tuan Zhang. Dia sedang mencari Zico. Dia tidak datang seorang diri ke pesta ini. Dian datang bersama Zico. Tadi mereka berpisah karena Zico bertemu dengan teman lamanya. Dian malas bergabung dengan teman Zico.     

Dian mendekati bartender mengambil segelas air. Tenggorokannya kering. Meski datang ke pesta kalangan jetset dan di sediakan aneka wine, Dian tak pernah lagi meminumnya. Ia hanya meminum jus dan makanan yang sekiranya halal. Malu sebagai emak yang anaknya hafiz quran. Alvin meminta Dian menggunakan hijab namun ia masih belum bisa memakainya. Hatinya belum mantap.     

Suara kegaduhan menyergap indera pendengaran Dian. Ia bangkit mendatangi sumber suara.     

"Zico. Berani juga lo datang ke pesta Tuan Zhang?" Seorang wanita yang menggunakan dress selutut mengelilingi Zico dan memandang pria itu dengan tatapan benci dan dendam.     

"Kenapa Angel? Ada masalah gue datang kesini?" Jawab Zico dingin tak mau meladeni wanita itu.     

"Ternyata lo enggak punya malu," balas Angel frontal.     

"Kenapa gue harus malu?"     

"Masih tanya lagi." Angel mendongakkan kepala.     

"Pria mandul kayak lo masih berani menatap gue," ucap Angel dengan pedas. Ucapannya di dengar oleh para tamu sehingga Zico dan Angel menjadi pusat perhatian.     

Para tamu krasak krusuk melihat Zico. Pria itu jadi artis dadakan. Para pebisnis Singapura tak ada yang tak mengenal Zico. Pria itu salah satu pebisnis muda nan sukses. Gonjang-ganjing pernikahan Zico dan Angel pun mereka tahu. Mantan suami istri itu bercerai karena masalah anak. Mereka saling menyalahkan siapa yang mandul. Angel merasa di atas angin karena ia langsung hamil setelah menikah lagi. Angel terlalu sakit hati karena dianggap mandul. Makanya ketika bertemu Zico di pesta Tuan Zhang ia melabrak mantan suaminya itu     

"Mandul?" Zico tersenyum misterius. "Mungkin anggapan lo aja."     

"Sampai kapan lo sombong Zico? Lo enggak ada ada pewaris," ucap Angel berbisik di telinga Zico.     

"Siapa bilang Zico enggak ada pewaris?" Dian datang menghampiri Zico dan Angel. Para tamu menggeser tubuh mereka ketika Dian datang. Mereka terpesona pada Dian hingga membukakan jalan untuk wanita itu.     

"Lo siapa? Jangan ikut campur." Angel menatap tajam pada Dian.     

"Wajar saja gue ikut campur. Lo udah menghina ayah dari anak gue." Dian tersenyum kecut.     

"Ayah dari anak lo? Jangan bohong! Bisa jadi lo cewek yang dibayar Zico untuk menemaninya tidur," balas Angel ketus.     

Dian tersenyum tak terpancing dengan umpat yang telah diberikan Angel. Ketenangan Dian malah membuat Angel gentar. Dian terlalu percaya diri hingga membuat siapa pun lawannya gentar. Dian mengambil ponselnya dan memperlihatkan fotonya bersama Alvin dan Zico.     

"Ini anak kami berdua. Umurnya lima belas tahun. Gue hamil tanpa memberi tahu Zico jika gue mengandung anaknya. Kami menjalin hubungan jauh sebelum lo kenal Zico. Ketika gue akan meminta pertanggung jawaban Zico kalian terlanjur menikah. Gue enggak mau jadi duri dalam pernikahan orang. Jika gue datang saat lo nikah sama Zico dengan perut membuncit pasti pernikahan kalian gagal," balas Dian telak dengan senyum merekah.     

"Melihat wajah putra gue lo udah tahu jika gue bicara jujur," sambung Dian lagi.     

Wajah Angel pias menahan malu. Ia menghina Zico mandul namun pria itu malah memiliki anak sebelum mereka menikah.     

"Mungkin kalian enggak ditakdirkan memiliki anak karena Tuhan tahu lo berselingkuh di belakang Zico," balas Dian mempermalukan Angel.     

"Lo." Angel menunjuk Dian dengan geram. Wanita itu akan menampar Dian, namun tangannya malah dipelintir ke belakang punggungnya. Angel meringis kesakitan. Setelah puas bermain-main dengan Angel, Dian melepaskan tangan wanita itu.     

Dian menghampiri Zico yang bengong. Pria itu takjub dan tak menduga jika Dian akan menolongnya, mengangkat harga dirinya di depan mantan istrinya.     

"Sayang, makanya jangan jalan sendirian," ucap Dian sok manis merangkul lengan Zico.     

"Untung saja aku berhasil membersihkan kuman yang telah mengganggu kamu. Kalo enggak kamu bakal terinfeksi," ucap Dian menatap Angel yang sedang naik pitam karena dipermalukan.     

Dian menggandeng Zico dan membawanya pergi dari hadapan Angel. Malam itu Zico menjadi perhatian karena menggandeng Dia. Kaum adam yang sedari tadi melihat Dian harus gigit jari ketika tahu Dian pasangannya Zico.     

"Makasih lo udah selamatin muka gue," ucap Zico ketika mereka duduk di meja bulat.     

"Sudah seharusnya. Lo bego atau apa sih?"     

"Gue enggak bego. Cuma…."     

"Cuma males ladeni mak-mak berdebat," sambung Dian disambut tawa Zico.     

"Itu lo tahu."     

"Tolong kasih testimoninya. Gimana perasaannya bertemu mantan istri?"     

"Lebih seram daripada ketemu kuntilanak," balas Zico terkekeh.     

Dian melihat Angel memandangi mereka dengan tatapan geram. Dian mengambil sepotong cake lalu menyuapkannya ke mulut Zico. Pria itu kaget ketika Dian menjejali mulutnya dengan cake.     

"Mantan istri lo lagi liat kita," ucap Dian pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.