Jodoh Tak Pernah Salah

Part 407 ~ Rencana Defri dan Iqbal



Part 407 ~ Rencana Defri dan Iqbal

Defri merungut kesal karena Bara telah melarikan anak gadisnya. Pencarian yang ia lakukan belum membuahkan hasil. Defri adalah kepala keluarga yang sangat otoriter. Dia memiliki aturan tersendiri dalam mengatur rumah tangganya.     

1. Ayah tidak pernah salah     

2. Ucapan ayah adalah titah yang harus dilaksanakan.     

3. Jika memohon sesuatu katakan pada bunda     

4. Kalau ayah salah lihat peraturan nomor satu     

5. Kalau bunda salah peraturan nomor tiga batal.     

Ketika kepemimpinan seorang ayah keras biasanya selalu didampingi oleh kelembutan sifat ibu yang penuh kasih sayang. Bila tidak, bukan tak mungkin si anak akan menjadi stress dan depresi akibat impian besarnya tak bisa terwujud.     

Seorang ayah biasanya hanya mau terima beres dalam urusan mengasuh anak. Ibulah yang harus berusaha semaksimal mungkin menjaga dan membuat anak tetap ada pada "rel" yang benar, sesuai harapan keluarga. Terkadang karena kesibukan, anak menjadi jauh dengan ayahnya, sebaliknya, ia lebih nyaman curhat dan berkeluh kesah pada ibunya. Yang memprihatinkan, ketika sang anak bermasalah, sang ayah bukan membantu menyelesaikan persoalan, tapi malah menjadikan ibu tumpuan kesalahan, layaknya keranjang sampah.     

Ayah yang otoriter bak penguasa tunggal dalam rumah tangga.Semua harus mengikuti titahnya. Akibatnya banyak sekali terjadi kasus anak minggat karena merasa diperlakukan tak adil oleh orangtuanya. Banyak anak yang memberontak dengan alasan demokrasi.     

Ketika orang tua membuat peraturan, pastilah ditujukan untuk kebaikan bersama terutama bagi sang anak yang beranjak remaja dan perlu ekstra pengawasan. Tak ada orang tua yang ingin mencederai dan menyakiti anaknya. Namun alangkah lebih baik bila peraturan yang dibuat menyesuaikan kondisi sang anak. Bahwa setiap anak itu unik. Membawa sifat dan pembawaannya sendiri, karenanya menyikapinya pun perlu pendekatan yang berbeda, tidak bisa disama ratakan. Ada anak yang dengan sekali teguran dia sudah merubah kelakuannya, hingga tak perlu sanksi. Ada pula yang bebal bukan kepalang, hingga sederet sanksi keras perlu diberlakukan untuknya.     

Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang cenderung menuntut anak tapi rendah respons penghargaan. Orangtua yang otoriter juga bersikap dingin dari menyikapi kebutuhan emosional anak, namun di satu sisi ia menetapkan standar yang tinggi.     

Defri menerapkan pola itu pada Iqbal dan Dila. Makanya Dila tak pernah mau bicara tentang hubungan dengan Fatih, sudah pasti ditolak karena Defri memiliki standar yang tinggi. Sikap Defri selalu menuntut, bersikap dingin, suka mengontrol, komunikasi satu arah dan memberi hukuman kasar jika anak-anak melanggar aturannya.     

Defri menempatkan diri sebagai pemimpin dan anak-anaknya harus mematuhi mereka tanpa bertanya apalagi membantah. Dia mengontrol semua aspek kehidupan Iqbal dan Dila mulai dari cara berbicara, bersikap di rumah dan di publik, hingga apa yang boleh dipakai. Defri tidak merasa anak-anak memiliki hak dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.     

Mungkin sifat Defri yang seperti ini membuat Dila muak dan melakukan perlawanan. Rumah tangganya direcoki tentu saja Dila meradang karena Defri sudah melewati batas.     

Defri dan Iqbal melakukan pertemuan dengan seorang detektif yang mereka sewa untuk menemukan keberadaan Dila dan Bara. Sudah sepuluh hari lebih mereka tak menemukan jejak Bara dan Dila. Pada akhirnya mereka meminta bantuan detektif kenalan Iqbal.     

Seorang pria muda memakai kaos polo, celana jeans, berkacamata hitam dan memakai topi menghampiri mereka. Pria itu melepaskan kacamata hitamnya agar Iqbal dan Defri mengenalinya.     

"Maaf Pak Iqbal, Maaf Pak Defri telah menunggu," ucap pria itu mengambil posisi duduk.     

"Tidak apa-apa Darrel. Kami tahu jika anda sedang sibuk," jawab Iqbal tak mempermasalahkan kedatangan Darrel yang terlambat tiga puluh menit.     

"Bagaimana dengan pencariannya? Apakah anda berhasil menemukan Dila dan Bara?" Defri langsung bertanya tanpa mempersilahkan Darrel untuk minum.     

Darrel tergelak tawa melihat ketidaksabaran di wajah Defri.     

"Sabar Pak. Jangan terburu-buru. Kita masih ada waktu." Darrel menatap sinis pada Defri. Benar juga kata orang-orang jika Defri sangat arogan dan sombong. Semua harus sesuai dengan kemauan dan titahnya.     

"Sejauh mana pencarian kamu?" Iqbal bertanya.     

"Hasilnya jauh lebih baik dari prediksi kita."     

"Maksudnya?" Defri tak mengerti maksud Darrel.     

"Saya sudah menemukan keberadaan Bara dan Dila, tapi kalian tak semudah itu bisa membawa Dila pergi."     

"Kenapa?" Defri meradang.     

"Bara menempatkan anak buahnya untuk menjaga Dila. Tak ada yang bisa mendekati Dila karena Bara ada disampingnya."     

"Bajingan itu," umpat Defri kesal.     

"Beraninya dia membawa putriku."     

"Dila istrinya Bara. Menurut saya wajar jika dia membawa Dila pergi bersamanya."     

"Bajingan itu hanya akan menjadi daging busuk bagi keluarga kami. Dia tak pantas berada dalam keluarga Defri Sulaiman," ucap Defri lantang dengan mata berapi-api.     

"Iqbal apa yang harus kita lakukan?" Defri menatap putranya.     

"Kita harus memikirkan cara untuk mengambil Dila dari Bara ayah. Jika Bara menempatkan anak buahnya untuk menjaga Dila akan sulit bagi kita membawa Dila jika tidak menggunakan kekerasan."     

"Tanpa kekerasan sebenarnya kalian berdua bisa membawa Dila." Darrel buka suara seraya mengeluarkan beberapa bukti untuk diberikan pada Iqbal dan Defri.     

"Apa ini?" Iqbal mengambil dokumen dari tangan Darrel.     

"Itu adalah bukti kejahatan yang Bara lakukan selama ini. Kecurangannya dalam berbisnis, kekejamannya membunuh para lawan bisnisnya dan bukti penyimpangannya sebagai gay. Kita tidak bisa melakukan kekerasan pada Bara. Pria itu bahkan bisa lebih kejam daripada kita. Kalian ingat bagaimana dia menjatuhkan empat puluh orang anggota dewan karena para dewan ingin mengambil posisinya sebagai ketua? Bara diam dan tak terlihat melakukan sesuatu namun ketika para dewan merongrongnya untuk melepaskan jabatan, Bara melepaskan senjata utamanya. Dia menyewa melalui buzzer untuk merilis video mesum para anggota dewan, sehingga mereka mendapat hujatan dan hinaan dari masyarakat Indonesia. Akibat kejadian itu para dewan jatuh sakit, rumah tangga mereka berantakan. Semua hancur lebur hanya dalam satu pukulan. Jadi pikir ulang kalau kalian ingin melakukan kekerasan pada Bara. Menurut saya, buat Dila yang pergi dari Bara. Melalui bukti-bukti ini tekan Dila. Akan lebih mudah bagi kalian meminta Dila meninggalkan Bara. Dila sangat mencintai Bara tentu tak ingin bukti-bukti yang saya punya sampai ke polisi. Saya sudah memberikan jalan, tinggal kalian yang eksekusi."     

Iqbal Defri termakan dengan kata-kata Darrel. Detektif itu benar. Memaksa Dila untuk meninggalkan Bara akan lebih mudah jika bukti-bukti itu diperlihatkan daripada mengambil paksanya dari Bara.     

"Bagaimana ayah?" Iqbal meminta pendapat Defri.     

"Sepertinya tidak ada jalan lain. Hanya ini satu-satunya cara memisahkan mereka."     

"Selama ini Bara dan Dila tinggal disini." Darrel menunjukkan peta di handphone pada mereka berdua.     

"Baiklah. Kerja yang bagus anak muda." Defri tersenyum misterius.     

"Terima kasih Pak."     

"Iqbal bayaran Darrel segera transfer."     

"Baik ayah." Iqbal mengangguk.     

"Sepertinya tidak ada lagi yang perlu saya bahas. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan. Saya pamit undur diri." Darrel bangkit lalu pergi meninggalkan Defri dan Iqbal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.