Jodoh Tak Pernah Salah

Part 382 ~ Senjata Makan Tuan



Part 382 ~ Senjata Makan Tuan

"Mulai hari ini kalian tidak akan bisa hidup dengan tenang. Sebenarnya kami tidak ingin menjatuhkan kalian, tapi karena kalian yang mulai duluan terpaksa kami bertindak. Kalian telah menyalakan api sehingga kami tambahkan minyak tanah agar api itu membesar. Api itu telah membakar kalian sekarang." Dian mulai memberikan nasehat bijaknya.     

"Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap orang lain bodoh dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang lain pandai. Jangan suka meremehkan orang lain. Kekalahan paling memalukan, adalah kalah dari orang yang awalnya kita remehkan." Dian melanjutkan nasehat bijaknya.     

Ruangan kantor mendadak heboh ketika Latif memegangi dadanya. Sepertinya Latif mengalami serangan jantung. Pria itu tiba-tiba sesak napas kemudian tak sadarkan diri. Para kawan setia segera membopong Latif dan membawanya ke rumah sakit.     

"Satu hal yang perlu kalian ingat dan pelukan di garisbawahi. Setelah ini kalian masih bermain di belakang atau berpikir balas dendam. Aku akan menghancurkan kalian sehancur-hancurnya sampai kalian tidak mampu untuk bangkit," ucap Bara menebarkan ancaman sebelum para musuhnya pergi.     

"Air tenang menghanyutkan," lanjut Dian.     

Bara mengibaskan jas lalu pergi meninggalkan ruang rapat dengan senang, perasaan bahagia karena telah memenangkan pertarungan. Dian mengikuti Bara dari belakang. Bara sangat beruntung memiliki sekretaris, asisten, adik dan sahabat seperti Dian.     

Wanita itu yang lebih dulu mengetahui apa saja rencana yang sudah disusun Latif. Awalnya Bara keberatan membayar para selingkuhan rival politiknya untuk memberikan informasi. Tapi melihat hasilnya Bara tak rugi mengeluarkan uang.     

Informasi yang diberikan para selingkuhan anggota dewan berguna untuknya. Dalam satu kali tepukan Bara bisa menghancurkan empat orang musuhnya. Sebenarnya Bara tidak masalah jika latar belakangnya seorang mantan gay terungkap.     

Toh sekarang dia sudah kembali ke kodrat. Tidak pernah lagi kembali ke dunia pelangi. Namun cara rivalnya mengancam dan menjatuhkannya membuat Bara geram sehingga dia memerintahkan Dian menggunakan buzzer untuk menghabisi lawan politiknya.     

Dunia politik sebuah kompetisi. Sedari awal, semua politisi yang terjun ke dunia politik harus mempunyai kesadaran kalau politik itu banyak orang-orang jahil.     

Menurut Bara, politik dapat digunakan untuk hal baik ataupun hal buruk, tergantung dari siapa yang menggunakannya. Dengan kata lain, politik dapat menadi baik ataupun jahat, tergantung dari siapa yang menggunakannya. Bara tidak bermaksud memungkiri kenyataan bahwa politik seringkali menggunakan segala cara dan penuh ketidak jujuran serta pengkhianatan, namun jangan lupa bahwa orang yang menggunakan kekuasaan politik atau yang biasa disebut politisi itulah yang menyebabkan politik itu menjadi jahat atau kejam.     

"Kerja yang bagus Dian. Aku bangga padamu. Andai kamu tidak berada disisiku, aku tidak takkan bisa mengalahkan mereka. Satu ekor tikus yang mereka anggap lemah dan tak berdaya malah menggulingkan mereka bersama. Dari awal aku juga sudah tahu jika Latif tidak pernah suka denganku, namun melihat dia tenang tak melakukan gerakan apa pun. Aku percaya saja jika dia telah menyerah menduduki jabatan ketua. Benar-benar naif."     

"Selagi bisa aku akan berada di samping bos. Aku akan melibas semua orang yang berusaha menghancurkan bos. Bukankah kita selalu bersama melewati suka dan duka? Aku mengenal bos bukan hanya satu tahun, dua tahun. Aku mengenal bos hampir enam belas tahun. Bukan waktu yang sebentar. Sampai mati akan selalu membela bos dan akan berada di sisi bos. Aku siap mendukung dan membela bos."     

"Terima kasih telah setia mendampingiku. Aku beruntung, orang seperti kamu berada di pihakku." Bara menyentuh kepala Dian bak seorang kakak.     

"Aku hanya mencoba memberikan yang terbaik untuk bos, seperti yang bos lakukan padaku. Jasa bos pada keluargaku tidak akan pernah aku lupakan. Dengan mengabdi pada bos aku ingin membalas semua kebaikan bos."     

"Kamu tidak perlu membalas semuanya Dian. Sudah sepantasnya aku melakukannya untukmu. Bukankah aku yang telah menghancurkan masa depanmu."     

"Sudahlah bos. Lupakan semuanya. Aku bahkan tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Mengingatnya berarti sama saja aku menyesali kehadiran Alvin. Aku tidak pernah menyesali masa laluku. Aku malah bersyukur telah melahirkan Alvin."     

Bara menepuk kedua pundak Dian pelan seraya memandang lekat wanita itu.     

"Aku sangat senang melihat kamu hari ini. Sudah lama aku tidak pernah melihat senyum dan kebahagiaan di matamu. Kamu sudah sembuh dari depresi. Sudah move on dari masa lalu. Aku pun sudah move on. Mungkin ini kali pertama dan terakhirku berpolitik. Setelah masa jabatanku habis, aku akan fokus berbisnis. Haram bagiku berpolitik. Bukankah dulu kita terjun ke dunia politik hanya untuk menghancurkan Zico? Aku dan kamu telah berdamai dengan Zico. Kita sudah menerima kenyataan dan melupakan masa lalu. Apakah kamu sependapat denganku?"     

Dian pun tersenyum manis membalas senyuman Bara.     

"Tumben kali ini bos benar? Tidak gegabah mengambil keputusan. Aku setuju dengan pendapat bos. Lebih baik kita berdua berbisnis saja. Mengurus tender dan membangun tempat-tempat wisata daripada kita berpolitik. Aku merasa, semenjak bos jadi politisi bos tidak menjadi diri sendiri. Cenderung berpura-pura, banyak menahan perasaan menghadapi perangai lawan dan kawan politik. Aku lebih nyaman kita menjadi rakyat biasa daripada seorang penguasa. Satu hal yang harus diingat jabatan apa yang kita emban sekarang akan dipertanggungjawabkan di depan Tuhan. Jika bos tidak bisa menjalankan amanat dari rakyat maka tunggu saja keadilan Tuhan."     

"Kamu benar dan kali ini aku sangat setuju dengan perkataanmu. Dian bagaimana kabar diluar sana? Apakah video tadi sudah mendunia?"     

"Sudah beberapa jam yang lalu video ini viral bos. Aku mendapat telepon dari para wartawan meminta klarifikasi atas video para anggota dewan. Smartphone terpaksa aku silent. Berisik soalnya. Bos ada salah satu wartawan menyinggung bos mantan gay. Bagaimana kita menghadapinya? Apakah dia perlu aku habisi?"     

"Dian kalau mau tobat jangan tanggung-tanggung. Biarkan saja, tidak usah dihabisi."     

"Tumben bos baik?" Dian malah mencemooh sang bos.     

"Tadi aku sudah bilang kalau kita sudah taubat Dian. Sekali taubat ya taubat. Jangan ulangi perbuatan di masa lalu. Aku enggak mau jadi Bara yang dulu. Aku telah berubah."     

"Syukurlah bos. Aku tadi hanya menguji. Apakah bos masih bisa dipancing apa tidak berbuat jahat." ucap Dian tertawa ngakak.     

"Sia-sia saja taubatku jika masih kayak dulu Dian."     

Suara dering smartphone Bara menggema. Pria itu langsung mengangkat teleponnya. Bara sangat semangat dan antusias mengangkat telepon dari sang istri.     

"Halo sayang," sapa Bara ramah membuat Dian mual. Bara sangat alay ketika jatuh cinta. Dian tak bisa menahan mulutnya mengomentari sang bos.     

"Monyet-monyet sedang jatuh cinta," ucap Dian meninggalkan ruangan Bara.     

"Apa yang sebenarnya terjadi sayang?" Tanya Dila dengan suara bergetar. Dia benar-benar shock membaca berita tentang suaminya.     

"Aku akan menemui kamu. Tunggu di kantor!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.