Part 380 ~ Serangan Musuh
Part 380 ~ Serangan Musuh
Bara tak mau rahasianya seorang mantan gay diketahui sang ayah mertua. Ria cukup jadi pelajaran bagi Bara. Bagaimana wanita itu tak lagi dianggap keluarga bahkan Defri memerintahkan Iqbal untuk menceraikan Ria karena kelakuannya terbongkar.
Bara berusaha berpikir positif. Tak terganggu dengan ucapan Defri masalah gay. Seperti biasa Bara memimpin rapat dengan baik membahas rencana anggaran untuk tahun depan.
Tanpa Bara ketahui para musuhnya sedang tertawa di balik di meja mereka, seakan yakin bisa menyingkirkan seorang Bara.
"Baiklah untuk rapat kali ini saya tutup sampai disini. Terima kasih atas kehadiran dan partisipasi Bapak dan Ibu. Semoga provinsi kita semakin maju kedepannya. Pertumbuhan ekonominya semakin menanjak dan masyarakat sejahtera. Maaf jika saya ada salah-salah kata. Saya hanyalah manusia biasa tak lepas dari kekurangan. Kesempurnaan itu hanya milik Tuhan. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Bara ingin beranjak dari mimbar rapat, namun Hanif memberikan instruksi. Pria itu menghidupkan mic yang ada di mejanya. Para musuh Bara menyorotnya dengan tajam. Mereka memperlihatkan seringaian licik dan tersenyum evil.
"Saya tidak akan basa basi. Bicara to the point aja ya Pak Bara. Kami tidak menyangka jika Pak Bara memiliki rahasia besar yang sangat, sangat menggemparkan dan mengagetkan publik. Tanpa Bapak Bara ketahui, dibelakang kami sudah membuat petisi agar anda mundur dari jabatan sebagai ketua DPRD. Jujur saja dari awal anda menduduki jabatan itu, kami tidak pernah setuju. Anda hanyalah anak kemarin sore tapi telah mendikte kami. Bahkan anda dengan berani mengintimidasi Pak Latif. Semenjak anda menjadi ketua DPRD ruang gerak kami sempit, kami dirongrong dan tak bisa bertindak apa-apa. Kami ini politikus senior dan kami paling benci jika diajari politikus junior seperti anda. Anak kemarin sore sudah berani melakukan manuver politik. Saya tidak akan berbasa-basi Bapak Aldebaran. Kami telah menandatangani petisi untuk menggulingkan posisi anda. Anda hanya mempunyai dua pilihan. Anda mundur dari jabatan dengan konsekuensi rahasia anda aman atau menolak dengan resiko rahasia anda terbongkar." Hanif mengucapkannya berapi-api.
"Jika boleh tahu mana petisi yang telah kalian tanda tangani?" Tanya Bara tenang. Para musuhnya sakit hati melihat ketenangan Bara.
"Pak Dani berikan petisi itu pada dia," kata Latif menyeringai. Pria tua itu sangat senang akhirnya bisa menghancurkan lawan politiknya.
Dani maju kedepan berikan satu bundel map pada Bara.
Bara membuka map lalu membaca. Matanya memicing menghapalkan nama-nama anggota dewan yang menandatangani petisi untuk menggulingkan kedudukannya. Bara tersenyum misterius, tak ada rasa takut. Para musuh resah karena Bara tak menunjukkan kepanikan. Mereka grasak-grusuk.
"Baiklah Bapak-bapak sekalian. Terima kasih atas petisi untuk menggulingkan jabatan saya sebagai ketua DPRD. Bagi saya duduk sebagai wakil rakyat untuk menyuarakan aspirasi rakyat, bukan untuk membungkam suara rakyat dan merampas uang rakyat. Mereka telah memberikan kepercayaan kepada kita, sudah selayaknya kita memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Saya tahu kalian merasa dirongrong dan diintimidasi semenjak saya menjadi ketua. Saya bukannya tidak tahu permainan apa yang kalian lakukan di belakang, dengan para pengusaha. Kalian memeras mereka dan menggerogoti mereka. Baiklah jika itu keinginan kalian. Kalian jual, saya beli. Tolong ungkapkan di forum ini rahasia besar apa yang kalian tahu tentang saya sehingga kalian dengan berani menandatangani petisi ini. Dari 65 orang anggota DPRD ada 40 orang yang menandatangani petisi ini. Sisanya 25 orang memilih tidak menandatangani. 25 orang ini berasal dari partai saya sendiri dan ada 1 orang pengkhianat dari partai saya yaitu Bapak Latif."
"Jangan bicara banyak anak muda. Kau telah berakhir," ucap Latif jumawa.
Bara mengambil smartphone seperti menghubungi seseorang. Smartphone dibiarkan tersambung begitu saja tanpa ada percakapan.
"Kami sudah tahu rahasia besar anda. Dulunya seorang Aldebaran adalah pecinta sesama jenis alias gay. Anda sangat memalukan dan sangat menjijikkan Aldebaran. Anda telah menodai falsafah hidup orang Minang adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Anda tidak pantas menjadi seorang ketua DPRD karena kelakuan anda menyimpang. Tidak memberikan contoh yang baik untuk generasi muda. Anda tidak beragama dan menjijikkan," ucap Dani dengan suara lantang.
Atmosfer panas menyelimuti ruangan itu. Suasana panas dan mencekam. Semua berkutat dengan pikiran mereka sendiri. Bara melonggarkan dasi kemejanya, berusaha tenang dan tak terpancing dengan ancaman para lawan politiknya.
"Jika saya tidak bersedia mundur dari jabatan saya sebagai ketua apa yang akan kalian lakukan?" Bara balik menantang para musuh.
"Konsekuensinya berita anda yang dulunya mantan gay akan viral. Bukan kami yang nanti menurunkan anda, tapi masyarakat. Betapa malunya keluarga anda mengetahui rahasia terbesar dalam hidup anda." Salman tertawa terbahak-bahak. Pria itu bahkan meludah di depan Bara.
Bara mengambil smartphonenya yang tengah tersambung dengan seseorang.
"Yang tidak ikut menandatangani petisi adalah teman-temanku satu partai kecuali Bapak Latif." Bara menyebutkan satu persatu nama anggota dewan yang tidak menandatangani petisi menggulingkan jabatannya sebagai ketua.
Bara kembali meletakkan smartphone dengan posisi panggilan masih tersambung.
"Saya tidak akan mundur dari jabatan ketua DPRD." Bara melemparkan petisi ke wajah Hanif. Pria tua bangka itu naik darah dan merasa terhina.
"Bajingan kau Aldebaran." Hanif menghina Bara.
"Eksekusi," titah Latif di telepon.
Latif maju ke depan dan mendekati Bara. Dia menepuk pundak Bara lalu mentertawainya.
"Anda tahu Bara apa yang tadi yang saya lakukan? Eksekusi. Eksekusi yang kami maksud adalah bukti-bukti penyimpangan anda sebagai gay di up di internet. Orang-orang akan mengetahui kebusukan dan penyimpangan anda selama ini. Aib anda dibongkar."
"Apa yang ingin anda bongkar?" Tanya Bara tenang tetapi mengintimidasi.
"Aldebaran ketua DPRD adalah mantan gay."
"Anda tahu Pak Latif, mungkin untuk politik anda lebih senior dari saya, tapi untuk bermain dengan buzzer anda tak lebih baik dari saya. Jika itu yang berita yang kalian up. Saya seorang mantan gay, maka saya dengan bangga akan mengakuinya. Mantan gay lebih baik daripada mantan santri atau mantan orang baik. Setidaknya saya memberikan inspirasi kaum pelangi diluar sana, jika mereka bisa sembuh dari penyimpangan."
"Jangan sombong anak muda. Sebentar lagi kau hancur." Latif berteriak lantang.
"Berita yang kalian buat barusan di internet akan tertutupi dengan berita yang akan saya up. Kalian tahu kenapa tadi saya menyebut nama-nama orang yang tidak menandatangani petisi? Agar para buzzer yang saya perintahkan tidak membuka aib mereka di dunia maya. Kalian tak lebih baik dari saya bahkan lebih hina. Asal kalian tahu berita saya yang kalian up tadi sudah tertimbun dengan berita kalian sendiri. Dian," panggil Bara dengan suara lantang dan keras.