Jodoh Tak Pernah Salah

Part 288 ~ Kau Memiliki Seorang Putra



Part 288 ~ Kau Memiliki Seorang Putra

Langkahnya pun terhenti setelah mendengar ucapan sang ibu. Pria itu berbalik dan menoleh pada ibunya.     

"Jangan bicara omong kosong mami. Aku rasa mami sudah tidak waras. Terlalu depresi karena tidak memiliki cucu," ucapnya dengan kejam.     

"Aku masih waras anakku. Kau anak durhaka. Berani sekali mengatakan jika ibumu tidak waras." Wanita itu meringis menahan perih di hatinya. Apakah hukumannya tidak bisa berhenti? Sikap anak-anak menghukum kesalahannya di masa lalu terlalu berlebihan.     

Wanita itu bangkit dari sofa. Ia berjalan ke arah lemari buku. Ia mengambil sebuah amplop coklat dari dalam laci. Seharusnya sang anak mengucapkan terima kasih karena ia akan memberi tahu rahasia besar.     

"Kau dulu memperkosa seorang remaja. Dia hamil karena kau perkosa. Wanita itu melahirkan anakmu," ucap si wanita membuat putranya kaget dan shock.     

Ia seperti tersambar petir. Ucapan sang ibu meruntuhkan pertahanannya. Pria itu berbalik dan menatap tajam pada ibunya.     

"Jangan mempermainkan aku mami," ucapnya dengan suara berat. Ia bahkan menyudutkan ibunya di dinding.     

"Aku tidak main-main untuk hal yang satu ini Zico," katanya memanggil nama sang anak.     

Zico melepaskan ibunya dan ia terduduk di sofa.     

"Berikan aku satu bukti jika ucapan mami benar." Mata Zico bak elang melihat mangsa.     

"Nyonya Lona," kata pelayan datang menginterupsi. Zico dan sang wanita menatap si pelayan.     

"Ada apa?" Tanyanya ketus. "Jika aku sedang berdua dengan putraku, kau jangan berani datang."     

"Maafkan saya nyonya, tapi ini dokter Casandra bukannya nyonya menunggu kabar dari dokter Casandra?"     

Mata Lona berbinar-binar dan senyum tersungging dari sudut bibirnya, "Kebetulan sekali. Bawa dokter Casandra kesini."     

"Baik nyonya." Si pelayan undur diri.     

"Buat apa mami memanggil dokter Casandra?" Zico bertanya karena penasaran.     

"Nanti kamu akan tahu putraku." Lona membelai wajah Zico. Lona dan Zico tak seperti ibu dan anak. Mereka malah terlihat seperti adik kakak.     

"Kau lihatlah ini," ucap Lona memberikan amplop coklat pada Zico. Ia bahkan memukulkan amplop itu ke dada Zico.     

Pria itu kembali duduk sembari membuka amplop coklat yang diberikan Lona. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang ia lihat. Puluhan foto remaja dengan berbagai kegiatan, sangat mirip dengannya. Bahkan mereka seperti anak kembar saking miripnya.     

"Bagaimana?" Tanya Lona angkuh melipat kedua tangannya. "Tanpa tes DNA pun aku sudah tahu jika anak itu adalah anakmu. Kau mengenaskan Zi. Kau malah punya anak dari wanita yang telah kau perkosa. Mungkin wanita itu telah menyumpahimu."     

Zico memicingkan matanya. Ucapan Lona ada benarnya. Zico ingat kata-kata Dian 'Aku mengutukmu. Selamanya kau tidak akan bahagia dan dihantui rasa bersalah. Sebaik apa pun kau di kemudian hari hanya keburukanmu yang akan terlihat di mata orang-orang.'     

Zico tertegun mengingat sumpah serapah yang diucapkan Dian. Mungkin selama ini pernikahan tidak bahagia karena sumpah Dian, bahkan pernikahannya tidak memperoleh keturunan walau mereka sudah menikah selama dua belas tahun. Lona menuduh mantan istri Zico mandul. Nyatanya mantan istri Zico punya anak setelah menikah lagi. Sekarang bola berbalik pada Zico. Kalangannya mencibir Zico karena mandul.     

Zico merasa bersalah karena telah memperkosa Dian. Zico ingin datang menemui Dian untuk meminta maaf namun tak punya keberanian. Setelah pemerkosaan itu Zico dihantui rasa bersalah. Arwah Sisil datang padanya dan memarahinya.     

"Cukup hidupku yang hancur karena laki-laki kak. Kenapa kakak malah menghancurkan kehidupan seorang gadis yang tak bersalah dan tak ada hubungannya dengan semua ini. Aku kecewa pada kak Zi," ucap Sisil dalam mimpi.     

Reputasi Zico menjadi buruk setelah mantan istrinya punya anak. Selama ini mantan istrinya yang mendapat cibiran dan cemoohan orang-orang karena mandul.     

Apa pun kebaikannya saat ini orang-orang tetap menganggapnya buruk. Zico menyesal telah memperlakukan mantan istri dengan buruk.     

"Dari mana mami mendapatkan foto ini?" Zico masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Bahkan Zico meletakkan foto-foto Alvin di atas meja     

"Apakah itu penting?" Lona menyunggingkan senyumnya.     

"Tentu saja sangat penting mami," balas Zico frustasi. Ia bahkan mengacak rambutnya sendiri.     

"Apa tidak mengucapkan terima kasih pada mami?"     

"Apa itu penting sekarang mi?" Zico meniru ucapan Lona.     

Dokter Casandra datang bersama seorang pelayan.     

Lona tersenyum sumringah melihat kedatangan sang dokter.     

"Dokter Casandra. Aku senang sekali kau datang," ucapnya dengan wajah berbinar-binar.     

"Aku sudah mendapatkannya nyonya." Dokter Casandra memperlihat sampel rambut dalam sebuah botol kaca yang telah diberi label nama 'Alvin'.     

"Apa itu rambut cucuku?"     

"Iya nyonya."     

"Bagaimana caranya kau mendapat sampel rambut Alvin?"     

"Aku meminta teman sekamarnya mengambil rambut Alvin. Aku membayar anak itu dan dia bersedia melakukan. Dia mengambil rambut Alvin yang rontok dari bantalnya."     

"Kerja yang bagus dokter Casandra." Lona bertepuk tangan. Tak salah ia menggunakan jasa dokter Casandra.     

Dokter Casandra menoleh pada Zico dan tersenyum penuh arti.     

"Tanpa tes DNA pun sudah bisa kita lihat Alvin dan Pak Zico ayah dan anak. Wajah mereka sangat mirip seperti kembar identik."     

"Aku juga sudah yakin jika Alvin benar-benar cucuku. Instingku tidak pernah salah dokter."     

"Anda hebat nyonya. Hanya melihatnya sekali sudah tahu itu cucu anda."     

Lona tersipu malu mendapat pujian dari dokter Casandra. "Kita hanya perlu bukti akurat hingga ibunya Alvin tak bisa mengelak. Zi cabut rambutmu dan berikan pada dokter Casandra!"     

Tanpa banyak bertanya Zico mencabut sehelai rambutnya dan memberikannya pada dokter Casandra. Dokter muda itu memasukkan sampel rambut Zico dalam botol kaca dan memberinya label nama Zico.     

"Inilah alasan mami meminta kamu pulang Zi," ucap Lona. Rasa penasaran Zico langsung hilang.     

"Kapan hasil tes DNA bisa diketahui dokter Casandra?" Lona menjentikkan jari jemarinya yang berkutek putih dengan hiasan blink-blink.     

"Satu Minggu lagi nyonya."     

"Aku akan memberikan kamu uang tiga kali lipat dari bayaran mamiku jika hasil tesnya bisa aku terima besok." Zico memberikan dokter Casandra penawaran.     

Mata sang dokter langsung hijau membayangkan uang yang akan diterimanya. Ia bisa berfoya-foya dan berlibur ke luar negeri.     

"Baik Pak." Dokter Casandra menyanggupi permintaan Zico.     

"Terima kasih dokter. Kau boleh pergi. Kami menunggu hasilnya besok." Lona meminta dokter Casandra pergi dari hadapannya.     

Setelah dokter Casandra pergi. Zico bertanya pada Lona, "Sejak kapan mami tahu?" Mata Zico menatap nyalang pada Lona.     

"Tenang Zi." Lona berseloroh. "Tatapanmu seakan memakan mami. Mami tidak sengaja menemukan anakmu. Sepuluh hari yang lalu mami menemukannya."     

"Dimana mami menemuinya?"     

"Pesantren Al Jadid Bandung. Genk sosialita mami datang kesana melakukan kegiatan sosial. Kami memberikan bantuan Alquran, mukena dan sajadah di pesantren itu. Anakmu jadi panitia penyambutan kami."     

"Bagaimana jika anak itu bukan anakku dan kami hanya mirip?"     

"Firasat mami tidak pernah salah Zi. Lihat saja hasil tes besok. Mami yakin hasilnya positif."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.