Part 277 ~ Romantisnya Bara 21+
Part 277 ~ Romantisnya Bara 21+
Dila sangat terkesan dan sangat tersentuh dengan perlakuan Bara. Laki-laki itu paling bisa membuatnya terkesan dan tersanjung.
"Masih lama?" Tanyanya ketika Bara menuntunnya ke dalam rumah.
"Bentar. Sabar," ucap Bara membimbing istrinya menuju ruang tengah. Bara pun membuka penutup mata Dila.
Dila melongo dan tak percaya melihat pemandangan di depannya. Lantai dipenuhi balon-balon warna pink dengan bentuk hati. Sementara dinding bertulisan 'I Love You My Wife, I Miss You.'
Bara merunduk lalu memberikan seikat bunga pada Dila. Dengan senang hati Dila menerima bunga dari suaminya. Bara mengecup telapak tangan Dila.
"Welcome home sayang," ucap Bara memberikan ucapan selamat datang. Sudah hampir seminggu mereka pisah rumah dan itu membuat Bara sangat tersiksa. Ia tak sanggup lama-lama berjauhan dengan istrinya. Aroma tubuh Dila sudah candu untuknya dan itu obat mujarab untuk tidur.
Dila tak bisa berkata-kata menerima kejutan dari Bara. Sudah sering laki-laki itu memberikannya kejutan dan selalu berhasil meluluhkan hatinya. Bara bangkit dan memasangkan cincin berlian 10 karat ke jari manis Dila. Jika dirupiahkan harganya cincin berlian pemberian Bara senilai 1,7 Milyar.
"Sayang berlian ini pasti mahal." Dila melunak dan sudah memanggil Bara dengan panggilan sayang.
"Semahal apa pun akan aku berikan untuk istriku tercinta. Cincin ini sebagai lambang cintaku padamu sayang."
"Terima kasih sayang," balas Dila menunjukkan cincin berliannya. "Kapan kamu menyiapkan semua ini?"
"Bukan aku tapi Dian dan Abi yang melakukannya," ujar Bara cengengesan.
"Mana sempat aku melakukan semuanya. Kita berbaikan ya?" Bara menyodorkan kelingkingnya.
Dila menempelkan kelingkingnya dan Bara. Kedua sejoli itu pun saling tersenyum. Bara pun memberikan ciuman panas untuk Dila. Tanpa dikomando Dila pun membalas ciuman panas Bara. Mereka terengah-engah hingga kehabisan napas.
"Aku mau mandi," ucap Dila kikuk menuju kamar.
Bara menarik tangannya dan menidurkan Dila di sofa. "Tidak perlu mandi. Nanti mandi dua kali." Bara melirik nakal melepaskan jas kerja Dila.
Mata Dila melotot tak percaya dengan perbuatan Bara, "Apa yang kamu lakukan?"
"Gesek kartu ATM," jawab Bara nakal. Matanya sudah berkabut gairah.
"Sayang ini ruang tengah." Dila mengingatkan.
"Kenapa jika ini ruang tengah?"
"Nanti para ART datang kesini."
"Mereka sudah aku katakan. Tidak boleh kesini jam lima ke atas. Bosan Dil di kamar terus apa salahnya kita coba gesek ATM disini. Ganti suasana," ucap Bara melepaskan kancing kemeja Dila satu persatu dan membuangnya ke lantai. Ia juga melepaskan kemejanya dan membuangnya ke sembarang tempat.
Mereka sama-sama tidak menggunakan pakaian atas. Bara mencium bibir Dila dan melesakkan lidahnya dalam mulut Dila. Tanpa diduga Dila mengulum lidah Bara. Bunyi kecipak orang berciuman mengalun indah dari ruangan itu.
Bara tersenyum manis, Dila sudah mulai nakal dan berani membalas ciumannya. Bara menggendong Dila dan menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia tak melepaskan ciumannya. Bibir mereka bertautan tak mau dilepaskan.
"Aku mencintai kamu Dil," ucap Bara disela ciuman mereka.
Dila tak menjawab sibuk membalas serangan demi serangan Bara di bibirnya. Ciuman Bara turun ke leher dan mengecupnya dalam-dalam. Bara membuat cupang di lehernya lalu ciumannya turun ke dada dan mengulum puncak payudara Dila yang telah menegang. Dila mendesah dan meracau mendapatkan serangan demi serangan bertubi-tubi.
Bara memang kuat. Bisa bercumbu dengan Dila padahal ia sedang menggendong Dila. Bara pun membaringkan Dila di sofa dan melepas pakaian bawahnya. Bara pun melepaskan pakaiannya. Mereka keringat walau ruangan ini dipasang AC. Panasnya gairah mereka mampu mengalahkan dingin AC.
"Dila aku menginginkan kamu," ucapnya melumat bibir Dila dengan kasar bahkan menggigit bibir sang istri.
Bara membungkam mulut Dila dengan ciuman panas nan lembut. Dila kelabakan dan kaget namun lama kelamaan ia menikmatinya. Bara menghisap bibirnya dengan kuat. Dila terengah berusaha menghentikan ciuman Bara yang membuatnya tak bisa bernapas. Bara hanya berhenti sebentar lalu kembali menghujami sang istri. Bibir mereka bertautan. Bara dan Dila kehilangan kesadaran karena mereka diliputi gairah yang membara.
Bara menurunkan ciumannya pada puncak dada Dila yang telah menegang. Mereka berdua menggelepar dalam gairah. Bara sibuk mengecup, menghisap dan mengulum dada sang istri. Bara mengangkat kepala menatap sang istri yang dengan sukarela melayaninya.
Dila bisa melihat dengan jelas kabut gairah dimata suaminya. Dila mendesah dengan seksi ketika jari jemari Bara membelai dan meremas puncak dadanya. Belaian Bara turun ke pangkal paha Dila dan berlanjut ke area intimnya. Bara bermain di area itu, memancing dan membangkitkan gairah sang istri.
"Ahhhhhhhh." Desah Dila seksi dengan suara yang parau.
"Kamu sudah siap sayang," ucap Bara dengan suara serak dan mata berkabut gairah.
Bara mendekati sang istri, Dila sudah basah dan sudah siap untuk dimasuki. Bara tak ingin istrinya merasa kesakitan makanya ia merangsangnya terlebih dahulu. Bara membuka kaki Dila lebar-lebar lalu memasukinya dengan lembut.
"Ahhhhh," desah Dila ketika kejantanan Bara memasukinya.
Dila memeluk bahu Bara sementara tubuh mereka menyatu. Bara mengangkat tubuhnya dan bergerak dengan liar. Dila memekik saat Bara menghentakkan tubuhnya dengan kuat. Hentakan Bara meluluh lantakkan pertahanan Dila. Ia mendesah dan meracau dengan keras. Tanpa merasa malu Dila bahkan mengecup bibir sang suami. Bara semakin bernafsu menghentakan tubuhnya memasuki bagian terdalam dari tubuh istrinya. Mereka mendesah dan meracau dengan keras. Bara mendominasi permainan. Bara terus memacu tubuhnya demi mencapai puncak gairah. Permainan ini benar-benar panas dan Dila sudah tak malu-malu lagi untuk mendesah memanggil namanya.
"Sayang..." Dila menjambak rambut belakang Bara. Entah kenapa setelah bertengkar permaina mereka makin panas dan menggairahkan.
"Iya sayang," balas Bara ketika menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Dila.
"Faster," ucap Dila pelan. Ia sudah menggelepar dalam gairah.
"Apa yang cepat?"
"Aku mau sampai," ucap Dila tanpa malu.
"Baiklah nyonya Aldebaran." Bara tersenyum manis. Ia menggerakkan pinggulnya lebih cepat dan menghentakkan tubuhnya lebih kuat daripada yang tadi. Racauan dan desahan Dila menambah semangat Bara. Ia memacu tubuhnya agar sama-sama mendapatkan pelepasan. Mereka berdua mendesah panjang mengakhiri permainan mereka. Mereka berdua melempar senyum dan merasa puas.
Seperti biasa Bara mengambil bantal sofa dan mengganjalkan pada pantat Dila dan mengangkat kaki istrinya tinggi-tinggi. Semoga apa yang ia taburkan di dalam rahim istrinya kelak akan menjadi seorang anak. Bara sangat menginginkan anak dari Dila sebagai bukti cinta mereka.