Jodoh Tak Pernah Salah

 Part 233 ~ Kamu Suka Dimodusin



 Part 233 ~ Kamu Suka Dimodusin

Bara dan Dila bergelung dalam satu selimut. Mereka baru saja menyelesaikan sesi bercinta malam ini. Bara mengalihkan rasa takut sang istri dengan mengajaknya berhubungan intim. Sebenarnya bukan mengalihkan Bara saja yang ingin modus. Ingin terus memasuki sang istri yang sudah menjadi candu baginya.     

"Sayang…." Dila memanggil Bara. Mereka berpelukan di atas ranjang tanpa sehelai benang pun.     

"Hmmm." Bara menjawab dengan masih menutup mata. Ia melepaskan kepenatan usai menggempur sang istri.     

"Terima kasih atas bantuan yang tadi."     

"Bantuan yang mana?" Bara membuka mata lalu memicingkan mata.     

"Bantuan aku terlalu banyak hari ini padamu. Barusan aku bantu kamu mencapai pelepasan," ujar Bara tertawa terbahak-bahak.     

"Bara kamu." Dila bangkit mengambil guling dan menimpuk sang suami.     

Dila bangkit tanpa menyadari dia belum berpakaian. Dadanya terekspos dan Bara merasa tergoda untuk mengukung sang istri di bawahnya.     

"Kamu mau lagi sayang?" Bara menatap Dila dari atas hingga ke dada.     

Dila menyilangkan tangan ke dadanya. "Dasar mesum," umpat Dila kembali memukul Bara dengan guling.     

"Mesum cuma sama kamu. Maaf ya sayang, tadi cuma bercanda."     

"Aku lagi nggak bercanda Bara kamu malah bercanda."     

"Maaf," balas Bara sok imut memegang kedua telinga dan tersenyum manis.     

Dila terkesan dan tersentuh dengan aksi sok imut sang suami. Kemarahannya langsung sirna.     

"Sini dong!" Bara menepuk bantal di sebelahnya agar Dila kembali bergelung dalam selimut bersamanya.     

Pasangan suami istri itu duduk bersandar di kepala ranjang.     

"Bara."     

"Sampai kapan kamu memanggil suami kamu dengan nama?"     

"Hmmm sudah terbiasa."     

"Biasakan panggil aku sayang atau kamu mau dihukum?" Bara memberikan ancaman untuk sang. Tidak benar-benar mengancam, hanya gertakan saja.     

Bara gemas melihat sang istri. Dia menarik kepala belakang Dila dan menggigit pelan bibir istrinya yang sangat manis baginya.     

"Hukuman karena kamu memanggil nama pada suamimu. Sekali lagi kamu memanggilku Bara. Aku gigit bibir kamu sampai bengkak."     

"Bilang aja kamu modus." Dila berdecak kesal memukul lengan sang suami. Hanya pukulan sayang bukan pukul beneran.     

"Kamu juga suka dimodusin."     

"Sayang..." Panggil Dila terpaksa.     

"Ya." Bara tersenyum manis memandang wajah cantik sang istri.     

"Kenapa kamu punya feeling yang tidak baik padaku?"     

"Feeling seorang suami yang khawatir dengan keselamatan istrinya."     

"Kenapa kamu bisa khawatir dengan aku?"     

"Karena kamu istriku. Tidak ada alasan lain?"     

"Hmmmm apa ya?" Bara pura-pura berpikir. "Kamu mau dengar apa sayang?"     

"Tidak ada." Dila mode kecewa.     

"Tadi kenapa kamu nyelonong masuk saja dalam ruangan Pak Irwan? Tidak profesional sekali." Dila mengalihkan pembicaraan.     

"Habisnya pembicaraan kalian alot. Masa kasus kredit fiktif yang besar malah disembunyikan. Makanya koruptor nggak pernah mati karena ada bagian orang-orang yang melindungi mereka."     

"Pak ketua bagusan ngomong sama rekan kerja Pak ketua di kantor DPRD itu baru tepat. Kebanyakan bukannya mereka yang korupsi atau meras pengusaha."     

"Setelah itu mereka akan berkomplot menjatuhkan aku." Bara tertawa miris.     

"Ngomongin duit dan cewek aja mereka kompak lo. Bahkan ada dewan terlaknat manggil perempuan dan ena-ena dalam kantornya."     

"Termasuk kamu?" Dila menyindir sang suami, memberikan senyum kecut tak bersahabat.     

"Sayang kamu amnesia?"     

"Kok bilang aku amnesia?"     

"Bukannya aku baru tertarik sama cewek baru sekarang? Kamu cewek yang pertama mengambil keperjakaan aku," ucap Bara berbisik di telinga sang istri, menggodanya dengan menjilat capingnya.     

"Geli Bara."     

Hupppp…..Bara kembali mengulum bibir Dila dan melesakkan bibirnya dalam mulut sang istri. Dila memukul dada Bara karena sesak napas akibat ciuman panas sang suami.     

"Bara." Dila marah dan kembali mendapatkan terjangan dari sang suami. Bara kembali mencium bibirnya.     

"Aku akan cium bibir kamu sampai bengkak jika kamu masih panggil nama aku bukan sayang atau kamu sengaja biar aku cium terus?" Bara bersedekap.     

"Mimpi kamu."     

"Aku enggak mimpi. Aku yakin kamu sengaja panggil nama aku biar di cipok terus."     

"Sudahlah malas ngomong sama kamu." Dila dalam mode galak. Matanya melotot seperti pemeran antagonis dalam sinetron ikan terbang.     

"Dila."     

"Apa?" Dila ngamuk level dewa.     

"Aku bercanda. Kamu kok sensi banget sih hari ini."     

Dila tertegun menyadari kesalahannya gampang marah. Hari ini terlalu berat untuknya sehingga bawaannya marah dan baperan.     

"Hari ini terlalu buruk untuk aku hadapi. Andai kamu tidak ada dan membantu kami hari ini mungkin kami bertiga sudah terbujur kaku di ruang mayat."     

Bara mendaratkan tangannya di bibir Dila, "Jangan bicara seperti itu Dila. Tidak boleh mendahului takdir."     

"Jangan mendahulukan takdir sayang. Bersyukurlah Allah masih melindungi kamu."     

"Iya Ba..sayang." Dila tak mau kelepasan lagi memanggil nama pada suaminya. Kapok dicium bertubi-tubi. Bara tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah sang istri.     

"Takut banget sih kamu dicium."     

"Bibir aku bengkak gara-gara kamu."     

"Salahin aja tu bibir kenapa manis dan bikin aku ketagihan."     

"Dasar mesum."     

"Kamu suka dimesumin. Dila mulai besok kamu akan dikawal sama orang suruhan aku."     

"Kok gitu?"     

"Sampai kasus kredit fiktif itu kasusnya naik kamu akan dikawal orang-orang aku. Aku yakin direksi kamu sekarang sedang menyiapkan cara agar kasus itu tidak sampai ke meja audit. Jika sampai ke meja audit makanya dia bisa menekan kepala divisi audit. Makanya aku menyarankan Pak Irwan untuk melempar bola panas ini pada saingan direksi kamu dan laporkan OJK. Mau tidak mau jika OJK sudah turun tangan kasus ini harus diaudit tuntas."     

"Kok tumben aku bodoh ya?" Dila menyentuh jidatnya. "Biasanya otakku encer. Ini efek sering ena-ena sama kamu kecerdasan aku berkurang."     

"Apa hubungannya sama ena-ena?" Bara tak mau disalahkan.     

"Bilang aja kamu udah kecanduan ena-ena dan di otak kamu itu maunya ena-ena terus." Bara meledek sang istri.     

"Enak aja." Dila tak terima mencubit lengan sang suami.     

"Jujur kenapa sih Dil?"     

"Jujur apa?"     

"Jujur aja kalo kamu dah mulai oon gara-gara kepikiran ena-ena terus sama aku."     

"Sayang aku ingat sesuatu." Dila mulai bicara serius.     

"Ingat apa?"     

"Egi bukannya mau ke Padang?"     

"Iya. Egi ke Padang. Kamu udah jadi tanya sama teman kamu di bank ABC?"     

"Ada pelatihan di hotel Mercure selama dua hari. Sabtu dan Minggu. Egi jadi trainer."     

"Aku ingat jika Egi jadi konsultan untuk perbankan. Berarti dia memberikan pelatihan pegawai baru ABC."     

"Miris ya sayang."     

"Miris kenapa?" Jidat Bara berlipat tiga.     

"Egi seorang konsultan, trainer dan motivator kenapa bisa jadi gay? Jika kliennya tahu dia seorang gay bisa kacau masa depan dia. Masa memberikan orang lain nasehat dan motivasi sementara dia tak bisa menasehati dirinya sendiri dan terlibat hubungan terlarang dengan kamu."     

"Itu dulu Dila. Sekarang aku udah mulai straight. Aku pun harus jujur ma kamu. Aku terlihat seperti biseksual sekarang. Aku tertarik pada cowok dan cewek. Jujur aku belum bisa menahan godaan cowok di tempat fitness."     

Dila membelai wajah sang suami, "Memang tidak mudah untuk kembali straight sayang. Kembali lagi ke diri kamu. Sugesti diri kamu. Gay, bisek itu menjijikan. Gue laki-laki normal. Gue Cuma tertarik sama cewek. Sugestikan kata-kata itu dalam hati kamu. Kamu lawan godaan itu. Ingatlah apa yang kamu pikirkan itulah takdirmu."     

"Aku beruntung memiliki istri pengertian seperti kamu. Terima kasih sayang." Bara menarik tubuh Dila dan mengukungnya.     

"Apa yang kamu lakukan?" Dila mendelik tajam.     

"Mau satu lagi sayang mumpung belum mandi wajib," kata Bara nakal.     

"Bara…humm pppp."     

Bara membungkam mulut Dila dengan ciuman panas. Awalnya menolak setelah itu Dila membalasnya dan mereka kembali merajut cinta yang tak pernah usai. Mereka berbagi kenikmatan dan mendapatkan pahala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.