Jodoh Tak Pernah Salah

Part 218 ~ Kado Manis ( 4 )



Part 218 ~ Kado Manis ( 4 )

"Uhhhh masih saja sempit seperti perawan," kata Bara meringis menahan hisapan liang surgawi sang istri.     

Dila mengerang menikmati hentakan demi hentakan Bara dalam tubuhnya. Ia menutup matanya menikmati sensasi demi sensasi kenikmatan yang di berikan sang suami. Dalam satu titik Dila meremas rambut Bara sementara satu tangan lagi berada di bahu Bara.     

Mereka bercinta di dalam kolam renang tanpa perlu menggunakan ranjang. Dila merasa dejavu mereka bercinta seperti ini. Dila ingat mereka juga bercinta seperti ini ketika honeymoon di pulau Rottnest.     

Bara semakin liar menari di bawah sana menggoda kewanitaan Dila dengan panas. Dila menggigit bibirnya, rintihan kenikmatan keluar dari bibirnya. Bara semakin dikabuti gairah mendengar rintihan sensual sang istri.     

"Sayang. Aaahhhhhh," bisik Bara sambil menggigit kecil payudara sang istri.     

Dila menjerit kecil, respon atas gigitan Bara di puncak payudaranya. Seluruh tubuh Dila menggelepar. Kenikmatan demi kenikmatan menyerang sel saraf dalam tubuhnya.     

Dila menjeritkan nama Bara ketika mendapatkan pelepasan pertama. Tubuhnya melengkung dan gemetar. Setelah beberapa menit berlalu Bara menghentikan gerakannya, memberi jeda untuk Dila menikmati orgasme pertamanya.     

Dila menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu sudah orgasme duluan. Bara menatapnya penuh hasrat sehingga membuat wajahnya merah padam.     

"Kamu seksi ketika mendesah sayang," ucap Bara dengan suara parau.     

Tanpa aba-aba Bara membopong tubuh Dila keluar dari kolam air panas. Mengambil handuk, ia mengeringkan tubuhnya dan tubuh Dila. Setelah itu ia menggendong Dila dan membaringkannya di atas ranjang.     

Dila memalingkan wajahnya ketika Bara menatap tubuh polosnya tanpa berkedip. Jakunnya turun naik melihat keindahan tubuh sang istri, mahakarya Tuhan yang paling agung.     

"Sekarang giliran aku sayang," bisik Bara pelan di telinga Dila. Dia bahkan menjilat telinga Dila sebelum membenamkan wajahnya di ceruk leher Dila.     

Dila memandang wajah Bara dengan tatapan penuh arti. Ia memasrahkan dirinya dikuasai sepenuhnya. Tatapan matanya tak jauh dari pusat tubuh sang dunia yang telah menegang. Bukti gairah Bara terlihat sangat hebat dengan ukuran yang luar biasa.     

Bara tersenyum manis melihat sang istri menatap kejantanannya. Bara tersenyum lega karena Jojo sudah bereaksi dengan normal menunjukkan keperkasaannya. Sedikit lagi dia akan menjadi normal. Secara seksual Bara sudah tertarik dengan wanita namun ketertarikan pada pria belum sepenuhnya hilang.     

Jantung Dila berdegup kencang ketika Bara mengambil posisi diantara kedua kakinya. Bara menarik tubuh Dila kian merapat ke tubuhnya. Dila berbaring dengan kedua tungkai kaki melingkar di pinggang Bara.     

Bara menggesekkan miliknya pada kewanitaannya Dila, membuat sang istri mendesah pelan. Dalam satu sentakan Bara memasuki sang istri. Dila menoleh ke kira dan kanan menikmati kejantanan Bara dalam tubuhnya.     

"Aku suka dengan milikmu sayang," desis Bara lembut sambil menggerakkan dirinya dengan teratur. Gerakannya lembut seolah menyesuaikan diri dengan Dila.     

Dila menutup matanya meresapi sensasi demi sensasi yang menakjubkan. Tubuhnya melebur dengan tubuh Bara bersama kenikmatan yang perlahan-lahan menyerbunya dengan dashyat dan semakin dashyat. Jeritan Dila tertahan saat Bara mengantarkannya pada puncak kenikmatan.     

Bara terus berpacu, mendesah, meracau menyebut nama Dila. Gairah Dila kembali terpancing. Ia mulai on lagi. Akhirnya Bara ambruk di atas tubuh Dila dan memeluk tubuh sang istri dengan tubuh mengejang nikmat. Dila pun menjerit mendapatkan orgasme kedua.     

Dila dan Bara berpelukan dalam keringat. Mereka dalam posisi itu selama tiga puluh menit.     

"Mandi yuk Dil. Habis mandi kita makan," ajak Bara bangkit dari ranjang. Menuntun sang istri dan mengajaknya ke kamar mandi. Mereka mandi dan saling menyabuni.     

Bara membopong Dila keluar dari kamar mandi. Mereka tak sempat berganti baju hanya menggunakan jubah mandi. Bara mendudukkan sang istri di depan meja makan. Mereka bisa melihat bintang-bintang berkelipan di langit. Dila takjub bisa melihat bintang seindah ini dari dalam rumah tanpa perlu keluar.     

"Kamu suka?" Tanya Bara mengelus pipi sang istri.     

"Suka."     

"Tenaga kita sudah terkuras karena percintaan tadi. Mari makan," kata Bara membuka satu persatu penutup makanan.     

Di meja tersedia ayam bakar bumbu rujak, oseng-oseng tempe, capcay, omelet dan keumamah. Bara juga menyiapkan jamu untuknya dan Dila. Bara memberikan segelas jamu pada sang istri.     

"Ini apa? Jangan bilang wine? tanya Dila waspada.     

"Jamu sayang. Mana mungkin kasih kamu wine."     

"Buat apa?"     

"Jamu buat stamina aku dan kamu," kata Bara tertawa nakal.     

"Ya ampun masih sempat juga bikin jamu."     

"Bukan aku yang bikin sayang. Aku minta Tuti yang bikin."     

"Sampai kapan kamu manggil aku Bara? Seharusnya kamu panggil aku sayang, honey, babe. Kamu bisa dimarahin sama keluarga kamu manggil aku Bara aja. Bakal dibilang kamu enggak tahu kato nan ampek."     

"Hahahaha." Dila tergelak tawa. Benar juga yang dikatakan sang suami. Jika ada keluarga yang mendengarnya memanggil suaminya dengan nama saja pasti akan kena omelan orang satu kampung. Itulah adat Minang sampai etika bicara pun di atur.     

"Nanti aku pikirkan," kata Dila sembari menyantap makanan. Efek bercinta membuat perutnya sangat lapar. Dila makan dengan lahap hingga nambah dua kali.     

"Itu lapar apa gimana?" Bara kaget melihat porsi makan sang istri.     

"Gara-gara kamu aku makan banyak."     

"Kok aku?" Bara menunjuk dirinya sendiri.     

"Gara-gara kamu gempur pakai Jojo tenagaku terkuras habis."     

Bara mencubit hidung Dila hingga memerah.     

"Udah bisa sekarang ya. Makan yang banyak karena aku belum puas makan kamu."     

"Masa mau lagi?" Mata Dila melotot.     

"Makan kamu enggak ada puas-puasnya sayang," ujar Bara mengecup bibir Dila sekilas.     

Sehabis makan Bara benar-benar memakan Dila. Dia meraih tubuh Dila untuk merapat pada tubuhnya, mengecup pipi mulus Dila. Bara memuji kecantikan sang istri yang tetap cantik tanpa polesan make up.     

Bara menggendong Dila dan merebahkannya di atas ranjang.     

"Sudah siap dengan ronde dua Ibu ketua?" Tanya Bara menjilat telinga Dila.     

"Siap enggak siap kamu bakal tetap gempur kan?"     

"Dikutuk malaikat kalo nolak permintaan suami."     

"Berhubung aku enggak mau dikutuk malaikat. Mau enggak mau harus siap melayani," balas Dila membelai dada bidang Bara. Belaian tangan Dila bahkan sampai di bawah perutnya dan Dila segera meremas Jojo.     

"Wow tahan, sabar," Pekik Bara tergelak tawa. "Tangannya udah ramah ya?"     

Ramah maksud Dila dan Bara adalah singkatan dari RAjin menjaMAH.     

"Aku tipe cepat belajar," balas Dila tak kalah genit.     

"Nyonya Aldebaran kamu benar-benar nakal."     

Bara mencium bibir Dila, melumat, mencecap, membelai, dan menggodanya dengan panas. Dila hampir kehabisan napas karena ciuman panas Bara. Mengambil napas dengan rakus ketika pertautan bibir mereka lepas.     

"Kamu sudah bak candu bagiku sayang." Mata Bara diselimuti kabut gairah.     

Bara menggerakkan tubuhnya menghujam tubuh Dila. Awalnya lembut lama kelamaan semakin cepat dan kuat. Mereka kembali menikmati desiran gairah yang seolah tak pernah redup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.