Part 204 ~ Antara Egi, Bara dan Dila
Part 204 ~ Antara Egi, Bara dan Dila
"Bara," panggil Egi membuka pintu dengan kasar. Egi kaget ternyata orang sangat ramai di ruangan itu.
Dila sudah bangun dari tidurnya. Ia sudah bisa bercengkrama dengan keluarga walau diliputi sejuta tanya kenapa Fatih juga ada disini. Bara kaget dan shock melihat kedatangan Egi. Wajahnya tiba-tiba memucat dengan tangan gemetar. Kuku jari Bara memutih takut jika Egi akan membongkar hubungan mereka di depan keluarganya dan keluarga Dila.
Dila memahami ketakutan sang suami. Ia menggenggam tangan sang suami memberi kekuatan. Interaksi Bara dan Dila memantik rasa cemburu di hati Fatih. Bara menatap sendu sang istri. Dila mengangguk memberikan isyarat. Naura memicingkan mata melihat interaksi keduanya. Naura bisa menangkap sesuatu yang tidak beres dengan pria yang datang menggunakan kursi roda.
"Hai Egi, apa kabar?" Sapa Dila ramah. Sebagai pejabat publik dan berhubungan dengan banyak orang Dila sangat pintar memanipulasi keadaan. Dia bisa tersenyum walau sedang sedih. Begitulah pekerjaan pegawai bank jika berhubungan dengan nasabah. Mau sedih harus tetap senyum, dimaki nasabah harus tetap senyum. Seburuk apa pun perlakuan nasabah kita harus tetap tersenyum dan bersikap ramah. Walau singa dalam perut namun tetap sikap kambing yang di perlihatkan. Artinya walau hati kita berkecamuk menahan kemarahan namun ketika bersikap harus tetap lemah lembut.
"Maaf aku membuka pintunya kasar," balas Egi kikuk ditatap keluarga Bara dan Dila.
Egi mendorong kursi rodanya. Clara mengikutinya bak seorang dayang-dayang.
"Bagaimana kabarnya Gi? Sudah sembuh?" Dila kembali menyapa. Dia memasang senyum walau hatinya dongkol melihat kelakuan mantan kekasih suaminya.
"Baik," jawab Egi ketus menatap nyalang pada Bara. "Bara apa kabar?"
"Ba-baik," jawabnya gemetar. "Hai Clara apa kabar?"
"Baik Bara. Lo sehat?" Clara bertanya balik.
"Seperti yang lo lihat." Bara salah tingkah mendapatkan tatapan intimidasi dari Egi.
"Bukannya tadi ngobrol sama Dian?" Fatih bertanya.
"Benar."
"Dimana Dian?" Tanya Fatih lagi.
"Enggak tahu." Egi mengangkat bahu.
Naura sudah mengerti kenapa Bara begitu ketakutan dan gemetar dengan kehadiran Egi. Naura dapat menebak jika Egi adalah kekasih Bara.
"Kakinya kenapa?" Tanya Ranti merasa kasihan melihat keadaan Egi.
"Kalo aku bilang Dian mukul aku tante percaya nggak?" Egi mengulas senyum pada Ranti.
Bara langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan Egi. Kali ini ia merasa terintimidasi dengan kehadiran Egi. Bara ingin Egi segera pergi dari ruangan ini jika tidak ia akan panas dingin menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ini.
"Jangan bercanda," balas Ranti tertawa. "Dian itu gadis lemah lembut dan sopan. Mana mungkin bisa bikin kamu babak belur kayak gitu. Bisa banget kamu bercanda," ujar Ranti menahan tawa.
"Gimana keadaan lo Dila?" Tanya Egi sok prihatin.
"Udah mulai baikan. Maaf ya gara-gara gue lo jadi korban penculikan Samir," ucap Egi ceplas-ceplos memancing reaksi keluarga.
"Apa hubungannya penculikan Dila dengan kamu?" Defri penasaran. "Siapa nama kamu anak muda?"
"Nama aku Egi om."
"Kami belum tahu kenapa Dila diculik bisa kamu ceritakan agar kami tahu?" Defri memaksa Egi untuk bercerita.
Bara menutup matanya pasrah, menyayangkan sikap Egi. Sikap Egi seperti menghukum Bara karena mengabaikannya demi Dila. Jantung Bara berdegup dengan cepat seakan meloncat menanti kata-kata yang akan keluar dari mulut Egi. Jika Bara tahu Egi dirawat di rumah sakit ini mungkin dia tak akan membawa Dila kesini dan memilih rumah sakit lain.
Egi menatap sinis pada Bara. Ia melihat ketakutan dalam mata sang mantan. Herman juga panas dingin menghadapi situasi tak mengenakkan ini. Kenapa Egi bisa datang ke kamar ini dan tahu jika Dila di rawat disini. Herman tahu jika Egi adalah kekasih gay Bara. Herman ingin mengusir Egi dari sini. Herman tak mau masa lalu sang putra terbongkar di depan besannya. Bisa terjadi pertengkaran hebat antara dia dan Defri. Persahabatan mereka akan hancur dan silaturahmi akan putus. Defri merasa dibohongi. Kemungkinan bisa saja terjadi jika identitas Bara terungkap.
Jika aku buka mulut disini bagaimana Bara? Masih bisa kamu mengabaikan aku lagi? Ini hukuman buat kamu karena telah mencampakkan aku. Egi bicara dalam hati
"Egi ayo bicara," kata Defri memaksa.
Naura menatap Dila dan Bara bergantian meminta penjelasan. Dila mengangkat bahu karena situasi seperti ini tak pernah di duganya. Naura mencelos.
"Pria itu menculik Dila karena aku." Egi menggertak Bara. Tersungging senyum di sudut bibirnya.
"Kenapa dia menculik Dila?" Iqbal juga penasaran.
"Pria yang menculik Dila seorang gay.��� Lanjut Egi lagi
Bara terbatuk-batuk tak siap jika identitasnya diungkap. Dila mengelus punggung Bara. Ia tahu jika suaminya sedang cemas. Egi pria nekat dan bisa saja dia membongkar hubungan mereka disini.
"Dia menculik Dila karena aku menolak untuk menjadi kekasihnya."
"Lalu apa hubungannya dengan Dila?" Iqbal semakin penasaran.
"Karena Bara..." jawab Egi menggantung.
Jantung Bara berdegup dengan kencang. Keringat keluar dari pori-pori tubuhnya. Bara tak ingin kebahagiaan yang baru ia rasakan lenyap begitu saja. Atmosfir panas terasa dalam ruangan itu. Dila memahami kegalauan sang suami. Bara tak bisa mengontrol perasaannya. Andai tidak ada keluarganya dalam ruangan ini mungkin dia akan mencekik Egi hingga tak bisa bernapas.
"Bara...." Bara dan Dila menggeleng agar Egi tak mengatakannnya.
"Egi sepertinya kita harus pergi dari sini." Clara menginterupsi. Ia bisa melihat ketakutan di wajah Bara.
"Gue belum selesai cerita Clara," sungut Egi kesal.
"Lanjutkan ceritanya Egi!" Titah Defri. Ia akan mati penasaran jika Egi tidak menuntaskan ceritanya.
"Samir menculik Dila untuk mengancamku agar menerima cinta dia."
"Parah juga ya kalo gay jatuh cinta. Bisa berbuat nekat." Iqbal berkomentar menambah panas suasana.
Bara menutup mata, pasrah dengan keadaan ini. Sesuatu yang busuk lama kelamaan akan ketahuan juga. Bara sadar cepat atau lambat keluarganya akan tahu masa lalunya.
"Samir mengira aku dan Bara punya hubungan karena kami sangat dekat, padahal aku dekat dengan Bara sebatas urusan bisnis. Masa kami berdua pacaran. Masa aku dan Bara pacaran? Aku pria normal sia-sia dong pacar aku secantik ini. Bara juga sudah menikah." Egi menatap Clara seakan memperkenalkan sang wanita sebagai kekasihnya. Egi puas melihat ketakutan di mata Bara bahkan tak berani menatapnya.
Dila melongo tak percaya jika Egi akan menutup identitas Bara. Apa yang sedang direncanakan Egi? Otak Dila mencoba berpikir keras.
"Benar. Egi rekan bisnis yang penting untuk suamiku. Mereka dekat bak saudara," balas Dila mengikuti sandiwara Egi, tersenyum pada Bara dan membelai rambutnya.
"Kejam juga laki-laki itu," balas Defri. "Bara bagaimana kasusnya? Apa bajingan itu sudah tertangkap?"
"Dia sudah tertangkap om. Untung kekasihku mendengar dia mengancamku." Egi menatap Clara dan bersikap sok manis.
"Samir sudah ditangkap polisi. Kami mengetahui keberadaan Dila karena dibantu Clara," lanjut Bara meluruskan. "Terima kasih bantuannya Clara."
"Sama-sama Bara."
"Terima kasih Clara." Ucap seluruh anggota keluarga.
"Om tante semuanya aku pamit undur diri dulu. Cepat sembuh Dila," kata Egi pamit.
"Mari aku antar." Bara menawarkan diri.
Bara mengantarkan Egi dan Clara keluar dari ruangan Dila.
"Berterima kasihlah Bara aku belum membongkar jati diri kamu," balas Egi ketus ketika mereka sudah jauh dari kamar Dila.