BaraDila 12
BaraDila 12
"Sudah ketemu sopir gue?" Balas Bara.
"Belum." Dino menatap Lala dan Hanin.
"Bentar gue hubungi sopir gue." Bara memutuskan sambungan telepon.
Tak lama kemudian sopir Bara datang. Sopir mengantar mereka ke rumah Bara. Entah kenapa Dino gemetar bertemu Herman dan Ainil. Padahal ini pengalaman kedua untuknya, namun entah kenapa ia menjadi gugup dan tangannya berkeringat.
"Kamu aman No?" Lala melihat kerisauan anaknya.
"Kok grogi gini ya Ma padahal bukan yang pertama." Dino menyugar rambutnya.
"Wajarlah grogi. Kan udah lama."
"Baba mau melamar mommy Leon?"
"Iya nak."
"Kok dedek Leon udah lahir padahal Baba belum menikah sama mommy Leon?"
Dino shock mendapatkan pertanyaan dari Hanin. Entah bagaimana menceritakannya pada sang anak. Dino kebingungan. Tidak mungkin mengatakan pada Hanin jika Leon anak diluar nikah.
"Kok Hanin nanya gitu?"
"Hanin pernah tanya sama cikgu. Kenapa Hanin tidak ada di foto pernikahan Baba dan Mama? Lalu cikgu bilang. Hanin masih dalam penciptaan Tuhan makanya ga ada di foto pernikahan Baba dan Mama. Cikgu juga bilang Baba dan Mama menikah dulu baru Hanin lahir. Kenapa adek Leon sudah ada padahal Baba dan Mommy Leon belum menikah?"
Dino memukul kepalanya sendiri karena tidak bisa menjawab pertanyaan Hanin. Anaknya ternyata sudah besar dan juga pintar. Dino meminta bantuan pada Lala untuk menjawab pertanyaan Hanin.
"Hanin masih kecil buat tahu," ucap Lala pada cucunya. Wanita itu lalu mengganti topik pembicaraan. Hanin lupa dengan pertanyaannya.
Tak terasa mobil sudah sampai di depan rumah Bara. Pria itu sudah menunggunya bersama Dila.
"Welcome Jakarta bro." Bara adu jotos dengan Dino. Entah kenapa mereka tiba-tiba akrab.
"Hai kakak ipar." Dino menggoda Dila.
"Ya ampun No. Jangan lebay dech," gerutu Dila menghampiri Lala dan Hanin.
"Anak Ama." Dila menggendong Hanin meski anak enam tahun itu sudah berat.
"Saranghe Ama. Miss You," ucap Hanin sendu.
"Ama juga kangen sama kamu nak." Dila belum terbiasa berpisah dengan Hanin karena selama empat tahun mereka tinggal bersama. Dila sudah menganggap Hanin seperti anak sendiri.
"Ante apa kabar?" Dila bersalaman dengan Lala.
"Alhamdulilah sehat Dil." Lala memeluk Dila hangat. "Ante lihat you sangat happy. You happy kembali bersama Bara?"
"Sangat bahagia Ante. Dia kebahagiaanku dan jantung hatiku."
"Sejak kapan lebay kayak gini?"
"Baru-baru ini. Ante dan Hanin yuk ke dalam. Istirahat dulu. Biarkan Bara dan Dino mengobrol. Bar, aku sudah siapkan minum dan cemilan di meja ya." Dila memberi tahu suaminya.
"Panggil suami yang mesra kek. Sayang, honey, sweety atau suami kek." Dino malah mencibir Dila.
"Dia mesra kalo di kamar aja No." Bara malah menggoda istrinya.
"Dasar mesum." Dila menghentakkan kakinya meninggalkan Dino dan Bara.
"Ini rumah lo dan Dila?" Tanya Dino menatap rumah Bara. "Rumah Rere mana?" Dino melihat keadaan sekitarnya.
"Rumah ketiga dari sini. Rumah gue, Rere dan Dian link. Jadi kita masuk tiga rumah ini cukup dari rumah ini. Lo kangen sama Rere?" Bara kembali menggoda Dino.
"Gue kangen sama Leon."
"Sama ibunya ga kangen?"
"Bar apa mungkin Rere menerima lamaran gue? Kemarin aja gue ditolak mentah-mentah?"
"Lo harus yakin diterima. Apa yang kita pikirkan itu yang akan terjadi. Gue akan meyakinkan dia untuk menerima lo. Kalian harus menikah demi masa depan Leon. Gue enggak menerima kalo ponakan gue dicibir orang nanti diluar sana. Gue sayang Leon. Gue mencintai dia sejak dalam kandungan ibunya."
"Terima kasih Bar. Sudah memberikan restu buat gue. Meski cinta itu belum hadir namun gue yakin cinta itu akan hadir setelah pernikahan nanti."
"Lo senasib sama gue. Kami saling mencintai setelah menikah dan keadaan. Gue dan Dila menikah karena perjodohan. Dila terpuruk ketika menikahi gue karena saat itu sangat mencintai Fatih. Jodoh enggak ada yang tahu No. Jodoh tak pernah salah. Ternyata gue cinta mati sama perempuan yang dijodohkan kedua orang tua. Percayalah keluarga hanya menginginkan yang terbaik buat kita. Mungkin Leon salah satu cara Tuhan untuk menjodohkan kalian. Lo sudah mantap memperistri Rere?"
"Sudah Bar."
"Rere masih belum dewasa. Kadang sifat kekanakannya muncul. Dia jadi ibu karena keadaan. Lo harus banyak ngemong dan sabar menghadapi sikap kekanakannya. Dia orangnya gengsian dan tidak mau orang lain melihat kelemahannya. Dia sakit tapi mengatakan tidak sakit. Dia orang yang suka memendam perasaannya. Dia gampang baperan. Contoh kebaperan Rere. Dia enggak terima lo bilang menjebak dia demi harta. Seandainya dia enggak sakit hati sama ucapan lo mungkin dia akan kasih tahu jika tengah hamil. Rere tahu siapa lo. Tinggal datang ke perusahaan lo minta pertanggungjawaban. Masalah selesai."
"Semua salah gue Bar. Perempuan mana yang tidak sakit hati. Udah nolongin malah dituduh yang enggak-enggak. Gue akan berusaha menjadi suami yang baik buat adik lo. Itu kalo dia mau menikah sama gue."
"Kalian akan menikah. Gue jaminannya." Bara menepuk bahu Dino.
*****
"Apa-apaan ini?" Rere kaget mengetahui Dino melamarnya pada Herman dan Ainil. Rere sudah curiga dengan kedatangan Dino. Dugaannya benar ternyata Dino nekat melamarnya.
"Dino melamar kamu sama kami." Herman menatap sang anak.
"Tapi Pa." Rere memelas menatap Herman.
"Rere ikut abang!" Ucap Bara dingin. Rere bergidik melihat wajah tak bersahabat kakaknya. Terpaksa Rere mengikuti Bara ke ruang kerja.
"Kenapa lo tidak mau menikah dengan Dino?"
"Bang jika menikah hanya karena Leon buat apa? Selama ini gue bisa mengurus Leon tanpa Dino. Kami bisa mengurus Leon tanpa harus menikah? Gue tidak mencintainya bang."
"Lo hanya butuh waktu Re untuk mencintai Dino. Menikahlah demi masa depan Leon jika lo ibu yang baik."
"Apa maksud abang? Jadi gue bukan ibu yang baik?"
"Anak butuh sosok ayah dan ibu. Leon punya kakak. Leon dan Hanin harus punya ikatan batin yang kuat. Mereka bisa tinggal bersama jika kalian menikah. Leon butuh kasih sayang ayah dan juga kakaknya. Jangan lo putus hubungan darah karena keegoisan lo. Dino hanya ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya sama lo. Dia ingin menebus dosanya di masa lalu"
"Tapi bang. Pernikahan enggak bisa dipaksakan."
"Tapi berikan kepastian hukum pada Leon. Lo ingin dia dicaci dan dibully sebagai anak haram karena orang tuanya tidak menikah? Tidak mau bukan? Jika ada lelaki yang bertanggung jawab kenapa enggak lo terima? Dimana-mana perempuan kalo dihamilin pasti minta pertanggungjawaban cowoknya tapi lo. Gue enggak habis pikir sama lo. Mungkin Leon jalan Tuhan untuk mempersatukan kalian. Lakukan demi Leon. Dino laki-laki yang baik. Bukti dia laki-laki yang baik. Dia menjadi ayah yang baik buat Shaka, Shakel dan Salsa. Dia merawat ketiga anak gue seperti anak dia sendiri."
*****
Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.