BaraDila 11
BaraDila 11
"Terima kasih sayang," ucap Dila berjinjit mencium pipi Bara.
Bara mengelus pipinya, bekas ciuman Dila. Ada senyum yang di kedua sudut bibirnya. Bahagia mendapatkan kecupan dari bibir mungil yang selalu membuatnya candu. "Terima kasih buat apa?"
"Buat semuanya. Maaf selama ini meragukan kamu." Dila membelai dada bidang Bara.
Bara menatap tangan sang istri. Dila sudah tak malu-malu menyentuhnya malah terkesan genit. Bukannya risih tapi Bara senang. Pria itu paling senang jika disentuh. Bahasa cinta seorang Aldebaran berupa sentuhan. Bahagia tak bisa diungkapkan dengan kata-kata jika jari jemari sang istri menyentuhnya.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Semuanya telah kembali seperti semula. Keluarga kita sudah kembali akur. Kita harus mempertemukan ayah dan papa. Mereka dua orang sahabat yang bermusuhan karena kita." Bara menggenggam tangan Dila lalu menciumnya.
"Benar. Kita harus mempertemukan ayah dan papa." Dila tersenyum lalu mencuri satu ciuman dari suaminya.
Mata Bara membelalak. Genitnya Dila mulai muncul. "Sudah mulai nakal sekarang. Kalo di kamar sudah aku makan kamu sayang."
"Mau dong dimakan." Goda Dila mengedipkan mata.
Bara semakin liar. Ia sentuh tubuh itu perlahan-lahan. Hingga tubuh keduanya menegang.
"Jangan gila Bar." Dila melepaskan diri lalu berlari menuju kamar. Keduanya berlarian seperti adegan dalam film India. Pada akhirnya Dila menyerah kala Bara mengangkat tubuhnya dan membawanya ke peraduan. Entah kamar siapa yang mereka masuki yang jelas bukan kamar Lusi dan Defri. Rumah ini merupakan rumah persinggahan keluarga besar Dila jika menginap di Jakarta.
Dila menatap sekeliling kamar. Setelah mengamati dengan seksama ia menyadari sesuatu. Ini kamar yang sering ia tempati jika datang ke Jakarta. Ada foto Dila dari SD, SMP, SMA dan kuliah terpajang di dinding.
"Ini kamar kamu?" Bara ikut melihat keadaan sekitar.
"Iya." Dila menunduk. Berusaha melepaskan diri dari kungkungan Bara namun tak bisa. Pria itu bahkan mencium leher Dila dan mengisapnya dalam-dalam.
"Jangan bikin tanda Bar. Malu."
"Suka-suka aku dong. Kamu milikku."
"Aku memang milikmu tapi jangan membuatku malu. Setidaknya jangan tinggalkan jejak."
"Cerewet ah." Bara malah menggelitik tubuh Dila. Perempuan itu menjerit namun tertahan. Bara membungkam mulut Dila dengan ciuman hangat yang menuntut.
"Bisa tidak mesum untuk sedetik saja?" Dila terengah berusaha menolak sentuhan demi sentuhan Bara di tubuhnya. Dila malu harus mandi junub. Basah lagi rambutnya.
"Tidak bisa. Kamu selalu bikin aku tegang." Bara menunjukkan celananya yang sudah bengkak.
Dila menutup mulutnya yang menganga karena melihat ketegangan Bara dibawah sana. Susah memiliki suaminya yang memiliki nafsu seks di atas rata-rata. Pria itu begitu perkasa dan bertenaga kuda.
"Aku mau meminta hadiah dari kamu."
"Hadiah untuk?"
"Hadiah telah mempertemukan kamu dengan Naura, Iqbal dan ayah."
"Apa hadiahnya tidak bisa yang lain?" Dila bernegosiasi.
"Aku sudah memiliki segalanya sayang." Bara mulai menyombong. Apa sih yang tidak dimiliki Sultan seperti Bara? Dunia dalam genggaman pria itu.
"Tapi aku ingin memberikan hadiah yang lain sayang."
"Aku hanya mau kamu sayang," ucap Bara tulus. Ia mengelus pipi Dila lalu membungkam bibir istrinya dengan ciuman panas. Kedua bibir mereka bertautan mesra. Saling menyapa dan mengecup manisnya cinta. Dila mengalungkan tangannya di leher Bara. Pria itu dengan terampil melepaskan satu persatu pakaian Dila. Ia berikan sentuhan yang memabukkan dan melenakan. Dila memejamkan kala sentuhan itu berpindah tempat. Bara menyatukan tubuh mereka. Suara desahan mereka saling bersahutan. Ada rona malu di wajah Dila kala Bara melakukannya di kamar masa kecilnya. Detik itu juga kondisi kamar bak kapal pecah karena ulah Bara. Bukan hanya kamar yang acak-acakan tapi juga Dila. Bara tersenyum bangga melihat hasil karyanya.
"Semoga adik triple Abadi segera hadir dalam rahimmu." Bara melepaskan benihnya dalam rahim Dila. Ia angkat kaki itu agar sperma itu menuju rahim. Hal itu ia lakukan agar pembuahan segera terjadi.
"Serius mau punya anak lagi?"
"Mau sebelas malah. Mari kita bersaing dengan keluarga halilintar." Bara terkekeh mendengar candaannya.
"Ga kuat punya anak sebanyak itu." Dila menggeleng seraya tertawa.
"Satu anak satu baby sitter. Kamu tidak akan kewalahan."
"Enggak segampang itu sayang." Dila mengelus pipi. "Anak-anak harus dekat denganku."
Gairah itu telah usai. Dila sudah mandi junub bersama Bara. Dila menolak ajakan bercinta Bara di kamar mandi. Bisa makin lama mereka dalam kamar jika meladeni Bara.
"Terima kasih hadiahnya sayang." Bara mengeringkan rambut Dila dengan hair dryer. Malu jika mertuanya melihat mereka keramas padahal hari masih sore.
"Modus ah." Dila sudah kebal dengan rayuan gombal seorang Aldebaran.
"Bilang makasih salah. Minta jatah malah lebih salah lagi."
Dila tertawa renyah. "Dasar nakal. Kenapa suka sekali modus?"
"Modus sama kamu ga salah. Yang salah itu modus sama istri tetangga."
"Awas saja." Dila menebarkan ancaman.
"Mana berani sayang. Aku tuh secinta itu sama kamu. Empat tahun ditinggal bikin aku turn off lo. Ketemu kamu baru on."
"Mulai mesum." Dila bangkit dari kursi. Ia sisir rambutnya hingga rapi. Setelah itu bergegas keluar kamar.
"Darimana saja?" Tanya Lusi pada Dila.
"Jalan-jalan sekitar komplek bun." Dila berbohong. Mana mungkin cerita jika bercocok tanam bersama Bara.
"Iya bun. Asik juga lingkungan sini." Bara menyusul Dila.
"Bunda dan ayah senang kalian sudah kembali bersama. Anak-anak kalian lucu sekali. Selalu merindukan mereka jika sudah pulang dari KL." Lusi membelai rambut Salsa.
"Alhamdulilah bunda. Keluarga kita bersatu kembali. Aku bahagia kita kumpul disini." Dila duduk membantu Lusi menyiapkan makan malam.
"Bagaimana jika kita adakan acara makan malam keluarga?" Bara memberi usul.
"Acara makan malam keluarga?" Lusi dan Dila menatap Bara kebingungan.
"Perayaan membaiknya hubungan dua keluarga. Sekalian mengenalkan keluarga baru papa."
"Uda Herman sudah menikah lagi?" Lusi menautkan alis.
"Begitulah bunda. Ayah punya istri, anak perempuan dan cucu yang ganteng. Sekaligus acara lamaran untuk Dino dan Rere? Rere adalah adik tiriku."
"Kejutan apa lagi ini Bar?" Lusi semakin kaget. Kenapa adik tiri Bara bisa menikah dengan keponakannya?i
"Cucunya papa merupakan anaknya Dino." Bara mengisahkan cerita Dino dan Rere secara gamblang pada Lusi. Sebagai tante Dino tentu saja wanita itu kaget. Tak menyangka jika Dino punya anak diluar nikah.