Jodoh Tak Pernah Salah

12. TERCIDUK



12. TERCIDUK

Malam ini Herman masih tidur di rumah sakit menemani Bara. Semakin hari kondisi Bara menunjukkan perkembangan yang baik. Jika tak ada masalah Bara bisa pulang dari rumah sakit. Herman dan Dian telah sepakat untuk tinggal di Jakarta setelah Bara sembuh. Padang hanya akan memberikan kenangan buruk untuk Bara. Dila telah meninggalkannya. Dian dan Herman mengambil sisi positif. Setidaknya dengan tinggal di Jakarta mereka bisa mengurus bisnis dengan baik. Dian telah membuat surat pengunduran diri Bara sebagai ketua dan anggota dewan. Puncuk kepemimpinan ketua DPRD telah diserahkan ke partai.     

Partai yang menaungi Bara telah menunjuk orang lain sebagai pengganti Bara. Keadaan perpolitikkan sempat memanas pasca video mesum anggota dewan dan isi Bara seorang mantan gay mencuat ke permukaan. Untung saja berita Bara ditembak oleh orang Latif telah diredam Zico, jika tidak keadaan semakin panas dan polemik berkelanjutan.     

Dian dan Zico bergandengan dengan mesra ketika mereka sampai di rumah. Mereka seperti sepasang remaja yang baru saja jatuh cinta. Bagi Zico ini merupakan hadiah terindah yang pernah ia dapatkan. Ia bertaubat, mendapat maaf dari Alvin dan Dian. Lalu ia bisa menikahi ibu dari anaknya itu.     

Bagi Dian juga suatu keajaiban. Ia bisa mengubur dendamnya dan tak lagi membenci Zico. Benar kata orang jika benci dan cinta itu beda tipis. Terlalu membenci malah membuatnya jatuh cinta pada Zico, bahkan mereka khilaf hingga berhubungan suami istri. Ini yang namanya kemakan omongan sendiri. Dulu menolak Zico mentah-mentah sekarang malah takluk dalam pesona Zico.     

Zico tak mengira jika takdir akan membawanya sampai ke tahap ini. Siapa yang menyangka jika wanita yang telah ia nodai dulu, memberi maaf dan menerima lamarannya. Zico tahu apa yang terjadi pada mereka telah diatur oleh Tuhan.     

Tuhanlah yang membolak-balikkan hati Dian. Wanita itu tegar dan sekuat karang. Betapa Dian sangat membencinya dan ingin membunuhnya. Namun Tuhan membolak balikkan hati Dian. Wanita itu memberikan maaf dan mencintainya. Zico sudah pasrah jika Dian membencinya seumur hidup. Zico tahu dan sadar jika kesalahan yang telah ia perbuat sangat besar dan tak manusiawi. Bagaimana ia menyiksa Dian dan juga menghancurkan masa depan Bara. Pria itu menjadi gay karena ulahnya.     

Dian tersenyum manis menatap Zico. Pria itu sedang membuka kunci rumah. Jika tak pernah dinasehati Alvin mungkin sampai sekarang Dian masih membenci Zico. Wanita itu merasa lega dan hidupnya lebih bermakna ketika ia memberikan maaf pada Zico. Menurutnya, salah satu cara menolak kejahatan adalah memberi maaf kepada orang yang berbuat salah. Memberi maaf termasuk kebaikan hati yang dapat menghindarkan diri dari permusuhan dan dendam yang tidak pernah padam. Dian menjelma jadi orang pemaaf. Pemaaf adalah orang yang tidak mengambil haknya untuk menyakiti, mencaci maki, memusuhi orang lain yang telah menzhaliminya, meskipun ia sanggup melakukannya. Belajar memaafkan kesalahan orang lain sejatinya merupakan manifestasi dari seni menikmati hidup bahagia. Alangkah menderita dan tersiksanya, jika seseorang terus-menerus menyimpan rasa dendam kepada orang lain.     

Dian sadar memaafkan atau memberi maaf jelas bukan hal yang mudah. Berdamai dengan diri sendiri, keadaan, dan mereka yang menyakiti memang bukan perkara gampang. Tapi Dian sadar bahwa ada sekian kebaikan yang akan didapat ketika mau memaafkan. Menurutnya bukankah keberanian itu juga akan "dibayar" setimpal dengan kebahagiaan yang ia rasakan setelahnya?     

Ketika kita mau memaafkan kesalahan orang lain, itu artinya kita sudah memahami hakikat dunia ini. Ya, bahwa segala yang ada di dunia adalah tentang ketidaksempurnaan, termasuk manusia yang memang digariskan terlahir tidak sempurna. Entah sekali, dua kali, atau bahkan berkali-kali, manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Dan entah disengaja atau tidak, kesalahan itu pula yang bisa menyakiti atau membuat orang lain terluka hatinya.     

Ketika kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, sama halnya kita enggan menerima apa yang sudah ditakdirkan dalam kehidupan ini. Kita lupa bahwa dibalik setiap kesalahan akan ada hikmah atau kebaikan yang bisa diambil. Bahwa sesungguhnya manusia sedang bertumbuh dan berproses jadi orang yang lebih baik setelah melakukan kesalahan dan menyadarinya.     

Memaafkan sebenarnya adalah sebuah bentuk keberanian. Keberanian untuk membuka hati pada orang lain yang pernah membuat kesalahan pada diri kita. Keberanian untuk menerima konsekuensi dari pilihan kita sendiri, bahwa seseorang yang hari ini kita berikan maaf mungkin akan mengulangi kesalahannya suatu saat nanti.     

Lebih dari itu, memberi maaf adalah pertanda bahwa kita punya keberanian untuk mengakui bahwa diri kita sendiri juga bisa saja berbuat kesalahan yang sama, entah di masa lalu atau bahkan di waktu yang akan datang. Bukan tidak mungkin kelak justru kita yang berbuat salah dan meminta maaf pada orang yang hari ini meminta maaf pada kita.     

"Yuk Di, masuk." Zico merangkul Dian masuk ke dalam rumah. Zico sudah tak canggung lagi untuk merangkul Dian karena wanita itu sebentar lagi akan menjadi istrinya.     

"Kamu suka cincinya Di?" Tanya Zico. Ia melihat Dian memandang cincin di jari manisnya.     

"Sangat suka dan cincinnya sangat bagus. Makasih Zi." Dian tak malu mengecup pipi Zico.     

"Khemmmmmm." Dehaman keras menggema dari ruang tamu. Zico dan Dian terperanjat melihat Alvin dan Lona sudah ada dalam rumah.     

"Mami dan papi apa yang kalian lakukan?" Alvin menatap tajam pada kedua orang tuanya. Bocah itu melihat dengan mata kepalanya sendiri jika mami mencium papi. Bahkan tangan Zico melingkar di pinggang Dian.     

Wajah keduanya pucat mendapatkan intimidasi dari sang anak. Alvin sangat marah melihat kemesraan mereka. Bukannya apa-apa Alvin tak mau mami dan papinya berzina. Tak sepantasnya mereka tinggal satu rumah tanpa ada ikatan pernikahan yang sah. Dian mendengus kesal. Ingin rasanya memukulkan kepalanya ke dinding. Ia tahu akan mendapatkan ceramah dari sang anak. Zico pun ingin lari karena ketahuan. Pasti ia dicecar habis-habisan oleh Alvin. Meski masih remaja tapi pikiran Alvin sangat dewasa.     

Lona tak dapat menahan tawa melihat Dian dan Zico ketakutan. Mereka bermesraan dan Alvin melihatnya. Lona tak sabar menantikan momen Alvin memarahi kedua orang tuanya.     

"Mana kakek mami, papi?" Tanya Alvin penuh penekanan. Menatap tajam pada Dian dan Zico yang tengah membeku.     

"Kakek ada di rumah sakit," jawab Dian terbata-bata.     

"Lalu hanya mami dan papi tinggal di rumah?" Nyalang mata Alvin menatap keduanya. Zico buang muka tak sanggup ditatap seperti itu.     

"Iya Vin," jawab Zico gugup.     

"Baju mami kekurangan bahan?" Tanya Alvin lagi. Ia tak suka melihat Dian menggunakan dress tanpa lengan.     

"Ini bukan kurang bahan Vin. Ini model bajunya," cebik Dian frustasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.