Rasa Cemas
Rasa Cemas
"Ibu yakin baik-baik saja? " karin yang sedari tadi memperhatikan sepertinya merasakan jiwa kepala ruangannya itu tidak sedang berada di dalam tubuhnya.
"Biar aku saja yang kerjakan, ibu istirahat saja " karin menyambung ucapannya pada nita.
Nita tersenyum tipis, "tidak apa-apa, terima kasih "
Dia lalu kembali melakukan pekerjaannya, dan mencoba melakukannya dengan lebih fokus. Sepertinya karin sudah curiga padanya, dia tidak boleh memperlihatkan pada karin bahwa dia tengah cemas. Rekan kerja sekaligus sahabatnya itu pasti akan membuatnya semakin bingung karena semua akan berbalik, dengan sikap karin yang lebih cemas darinya.
Dari sudut lain, filla yang tengah bersama rafa memperhatikan nita dari arah jauh. Ada senyuman kecil di wajahnya yang tidak akan di sadari oleh siapapun.
"Ini baru permulaan " ucap filla dalam hatinya, matanya masih terus memperhatikan nita yang masih dengan kesibukannya.
"Aku belum bisa tersenyum bebas, jika belum melihat kehancuranmu dan melihatmu malu " lagi-lagi dia berkata dalam hatinya, "aku sudah tidak sabar ingin melihatnya.. "
Lalu tawa didalam hatinya muncul, dia berusaha menyembunyikan rasa bahagianya itu dengan memainkan rambut cantiknya.
"Aku sangat tidak suka dengan kesombongan dibalik kebaikannya " dia menanggapi sikap nita selama menjadi pimpinannya.
Selama ini dia tidak menyukai sikap baik nita pada semua rekan-rekan lain dan dirinya, dia merasa itu sangat berlebihan dan terlalu dibuat-buat untuk mendapat respon baik dari semua orang di sekitarnya.
Tapi hal sebenarnya adalah dia iri dengan kesuksesan yang didapat nita dengan mudah, selain dia dapat menjadi kepala ruangan diapun memiliki laki-laki yang terhormat dan menjadi idolanya ketika dia masih menjadi mahasiswa dulu.
Nita seperti mendapat sinyal kuat yang memberitahukannya bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya, dia lalu menoleh ke arah sudut ruangan dimana filla dan rafa tengah melakukan pemeriksaan pada pasien.
Matanya menangkap filla yang masih memandanginya, dia tersenyum ke arah filla yang tertangkap oleh kedua matanya. Wanita cantik itu membalas senyumannya dengan senyuman dan kembali kepada laporan yang di pegangnya.
"Kenapa dia melihatku seperti itu? " tanya nita dalam hatinya aneh, dia belum begitu mengenal karakter filla yang terkesan misterius baginya.
Dan kali ini pikirannya bertambah oleh tatapan filla padanya, dalam hitungan satu detik tiba-tiba hatinya kembali merasakan kecemasan. Ada ketidak nyamanan dalam hatinya melingkupi semua pikirannya. Seketika saja dia teringat pada sosok suami dan putranya yang berada jauh dari jangkauannya.
"Tuhan perasaan apa ini? " tanya nita kembali dalam hatinya, dia mencoba menghilangkan ketidaknyamannya itu dengan mengambil nafas panjang berkali-kali.
"Jaga mereka untukku tuhan, aku mohon " lirihnya di dalam hati, hari ini dia benar-benar merasa tidak akan bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
Ketika waktu yang begitu dirasakan begitiu lambat berjalan akhirnya berakhir membuatnya dengan cepat merapikan diri untuk segera beranjak dari ruangannya, nita melangkahkan kakinya agar bisa segera dengan yoga dan axel. Langkah nita terhenti ketika dia mendapatkan pesan singkat yang yoga kirimkan untuknya.
'Sayang aku terlambat sedikit, tunggulah sebentar '
'Baiklah '
Setelah nita membalas pesan yoga diapun hendak memasukkan kembali ponselnya kedalam tas tetapi terhenti ketika ponselnya kembali berbunyi, dia lalu segera kembali melihat ponselnya untuk membaca pesan yang baru saja muncul.
'Aku akan dengan senang hati jika kamu mau memberikan penjelasan padaku, di kantorku besok setelah jam kerja selesai '
Dan pesan yang kali ini muncul bukanlah dari yoga, adalah seno yang setelah pagi tadi dia berani menghubungi nita dan memberikan perkataan yang menyudutkannya tadi pagi kali ini pun sepertinya laki-laki itu belum puas dan memberikan pesan singkat padanya.
"Apa yang dia inginkan? " nita teraneh dengan isi dari pesan tersebut, "kenapa juga aku harus memberinya penjelasan? "
Dia melanjutkan langkahnya seraya terus memperhatikan layar ponselnya, sesekali dia memeperhatikan situasi di depannya. Setelah dia berada di luar rumah sakit, diapun memasukkan ponselnya kedalam tasnya.
"Kamu sudah lama menunggu sayang? " yoga muncul dari arah belakangnya, membuat nita yang tengah melayangkan pikirannya terperanjat karena terkejut oleh kehadiran yoga.
"Tidak, aku baru saja sampai " nita memperlihatkan senyumannya ke arah yoga untuk menyembunyikan keterkejutannya.
Yoga tersenyum ke arah nita, "kita pulang sekarang "
Nita menganggukan kepalanya dan berjalan di belakang yoga mengikuti langkahnya.
Yoga menghentikan langkahnya dan tersenyum ke arah nita seraya meraih satu tangan nita.
"Kamu tidak boleh berjalan di belakangku, karena kamu bukan asistenku. Yang benar adalah kamu harus berjalan disampingku, karena kamu adalah pendampingku " ucapan manis yoga muncul dengan tatapannya yang lembut pada nita.
Nita tertunduk malu dan dalam hitungan detik dia kembali memperlihatkan senyumannya ke arah yoga.
"Besok-besok aku menyempatkan diri melakukan pemeriksaan darah ke laboratorium " ucap nita.
Yoga mengernyit, "kenapa kamu sakit? "
"Aku takut saja, kalau glukkosa darahku meningkat karena setiap hari diberi ucapan manis seperti itu. Dan aku seketika menjadi lemas jika mendengar ucapan manis dari suamiku itu "
Yoga tertawa kecil mendengar ucapan lucu nita padanya, dia sepertinya telah banyak menonton acara reality show yang terkesan berlebihan jika ditonton.
"Kamu terlalu banyak lihat acara komedi jadinya selalu lucu " dia lalu semakin mempererat pegangannya pada tangan nita ketika bersama-sama berjalan menuju ke arah dimana mobilnya terparkir.
Nita memicingkan matanya ke arah di samping kanannya ketika mereka telah berada di dalam mobil, dan memastikan mengenal orang yang berada dalam pandangannya itu.
"Bukankah itu dokter andien? " tanya nita pada yoga seraya menunjuk ke arah dimana dokter andien tengah berbicara dengan seorang laki-laki yang berpakaian rapi.
"Dokter andien " ucap yoga diapun menoleh ke arah yang nita tunjukan padanya.
"Oppa sepertinya dokter andien menangis " nita memberitahukan pada yoga, "dan laki-laki itu kasar sekali padanya, caranya menarik tangan dokter andien itu terlihat sekali sangat kasar "
Yoga masih dalam kefokusannya memandangi sahabatnya itu bersama laki-laki yang yoga kenal sebagai suaminya.
"Oppa mau kemana? " nita menahan yoga yang hendak keluar dari dalam mobilnya.
"Dia pasti melakukan kekerasan lagi pada andien, dia benar-benar suami yang tidak tahu diri! "
Akhirnya nita mengetahui bahwa laki-laki itu adalah suami dari dokter andien, "jangan kesana "
Yoga teraneh dengan sikap nita, "tapi andien itu sahabatku, dia tidak boleh disakiti lagi oleh laki-laki yang lebih kuat darinya "
"Tapi laki-laki itu suaminya " jawab nita, "sebaik apapun hubungan pertemanan kalian, bukan berarti harus ikut campur pada urusan kehidupan rumah tangga mereka! "
"Bukankah kamu wanita yang sangat perasa " yoga justru menanggapi perkataan nita lain, "apa kamu akan membiarkan kaummu diperlakukan seperti itu oleh laki-laki? "
"Yang walaupun dia adalah suaminya, tidak seharusnya memperlakukan hal seperti itu " semua yang diucapkannya muncul di luar kendali yoga.
Nita tertegun dengan semua ucapan yoga padanya, ini pertama kalinya suaminya itu menngucapkan hal yang sedikit melukai hatinya. Dia tidak mempedulikan perasaannya hanya karena sahabatnya itu terlihat membutuhkan pertolongan.
"Baiklah " nita kemudian berucap pelan dalam tatapan tajamnya pada yoga yang kali ini masih memandang ke arah dimana andien dan suaminya berada, "pergilah pada sahabatmu, dia memang membutuhkan pertolonganmu sekarang ini "
Yoga sepertinya hanya selintas mendengar nita bicara padanya, dia pun lalu memutuskan untuk keluar dari dalam mobil, meninggalkan nita dan menghampiri sahabatnya itu..