GoodLooking
GoodLooking
"Kenapa tidak istirahat? " tanya dokter edwin yang baru saja keluar dari kamar mandi, "masih ada waktu tiga jam lagi, seminarnya dimulai pukul empat "
"Dan itu akan selesai jam sembilan malam " sambungnya.
"Siapa pemberi materinya? " nita masuk ke dalam kamar dan duduk di sofa yang sama dengan dokter edwin.
Laki-laki disampingnya itu menaik turunkan kedua alis matanya sambil tersenyum ke arah nita.
Senyuman nita muncul dengan tarikan nafasnya, "kenapa aku tidak memikirkan itu! "
"Pasti koko ikut andil di dalamnya! " cetusnya pelan yang membuat tawa kecil dokter edwin muncul melihat tingkah nita yang selalu saja terlihat lucu dan menggemaskan di hadapannya.
"Kamu tidak suka sekali sepertinya " ucap dokter edwin masih dengan tawa kecilnya.
"Suka " nita memperlihatkan wajah paling cantik menurutu versinya ke arah dokter edwin, "inikan romantis sekali, suamiku ternyata adalah pemberi materi terbaik di acara seminar yang aku ikuti "
"Judul sinetron itu! " dokter edwin mencubit kecil pipi nita.
Wanita itu tertawa kecil sambil mengusap pipinya yang kesakitan karena cubitan darinya. Dan setelah itu kedua mata indahnya memandang lekat ke arahnya, membuatnya menjadi salah tingkah karena nita yang memandanginya sekarang ini.
"Ada apa? " dokter edwin berusaha bersikap tetap tenang.
Nita tersenyum lebar ke arahnya, "koko,,, "
Dia beranjak dari duduknya untuk berpindah ke tempat lain. Dengan kedua matanya yang masih terus menatapi dokter edwin.
"Nita,,, " dokter edwin harus menelan ludahnya bulat-bulat ketika wanita itu tiba-tiba duduk di pangkuannya dan menghadap ke arahnya.
"Inikan sebuah inisiatif yang sedikit agresif yang koko mau! " bisik nita di telinganya dan lalu hembusan udara dari bibir nita itu membuat bulu kuduknya berdiri.
Nita menutup mulutnya agar tidak tertawa ketika melakukan aksi rayuan terbaiknya, supaya mendapatkan ijin untuk tidur di kamar khira teman satu ruangannya. Sebenarnya diapun merasa malu mengikuti adegan-adegan rayuan aneh seperti di sebuah film, tetapi dia membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa laki-laki itu akan lemah setelah mendapatkan sebuah rayuan dan akan melakukan semua yang diminta wanitanya.
"Bagaimana kalau memberikan kesempatan aku mencobanya! " dia kembali berbisik dan kesepuluh jarinya perlahan namun pasti membuka semua kancing-kancing kemeja dokter edwin dan melepaskannya.
Terlihat senyuman nita yang lembut yang lalu kedua tangannya mendorong tubuh dokter edwin dengan posisi women on the top lalu kemudian nita terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
'Kalau sudah begini apa lagi ya? ' dia bertanya pada pikirannya sendiri agar bisa memberitahukannya tindakan yang harus yang dilakukannya kali ini, karena sepertinya pikirannya buntu.
Dokter edwin menahan tawanya melihat nita yang sepertinya kebingungan, dia sudah sangat tidak sabar menunggu nita yang sedang merayunya itu.
'Kenapa aku tidak bisa melakukannya! ' nita berteriak dan menangis dalam hatinya karena dia kalah nakal dengan pemain muda yang sering melakukan hal seperti ini.
Dia mencoba membantu nita dengan menarik kedua tangannya dan menjatuhkan tubuhnya di atasnya, dan kali ini wajah mereka begitu dekat.
"Aku akan membantumu " ucap dokter edwin memindahkan tangannya di leher nita dan memberikan ciuman di bibir nita dan membantu nita melepaskan semua pakaiannya seraya terus menggencarkan cumbuan mesra mereka.
"Koko bolehkan aku tidur di kamar khira malam ini? " nita tiba-tiba mengatakan itu di tengah aksi mereka yang mulai memanas.
Dokter edwin tertegun dan lalu tawanya muncul, nita yang masih berada di atas tubuhnya itu memandanginya dengan wajahnya yang memerah dan nafasnya yang tidak teratur. Dia masih bisa mengatakan hal lain saat sudah membuatnya merasa menyerah dengan inisiatifnya kali ini.
Satu tangannya menyibak rambut nita yang mulai menutupi wajahnya itu, dia tidak mengatakan apapun.
"Sebagai gantinya sekarang semua yang koko inginkan akan saya turuti! " dia lalu berbisik dan memberikan kecupan di leher laki-laki itu.
"Semua? " suara dokter edwin mulai melemah kali ini karena nita sudah membuatnya tidak berdaya kali ini.
Nita tersenyum dengan anggukkan di kepalanya dan kedipan di kedua matanya yang lagi-lagi seperti boneka.
Semakin lama dia membuat dokter edwin menjadi gila dengan sikapnya itu, di sisa-sisa tenaganya dia dapat merubah dengan cepat posisi nita sekarang ini berada di bawahnya.
Nita tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya di leher dokter edwin, menyadari betapa sulitnya dirinya untuk bisa meminta sebuah ijin dari suaminya itu dan tindakan seperti adalah jalan satu-satunya yang akan membuatnya dengan mudah mendapatkan ijin dengan cepat.
"Ya ampun hal paling aneh yang aku lakukan pertama kali dalam hidupku! " cetus nita dalam hatinya ketika berada di dalam lift untuk pergi ke aula untuk mengikuti seminar.
Sambil terus mengusap leher dan merilekskan tubuhnya yang terasa remuk.
"Pinggangku,,, " nita menangis dalam hatinya ketika pingang dan seluruh tubuhnya terasa sangat kaku dan sakit untuk digerakan.
"satu, dua, tiga, empat,,, " dia menghitung dengan jarinya posisi yang mereka pakai sambil mengingat adegan panas tiga jam yang lalu dengan dokter edwin di kamar hotel.
"Pantas saja badanku terasa remuk! " cetusnya menempelkan dahinya di dinding lift ingin sekali menangis saat ini tetapi pintu lifnya sudah terbuka dan dia harus memperbaiki sikap dan wajahnya yang menyedihkan itu.
"Nita " khira melambaikan tangannya ke arahnya.
Nita tersenyum dan berusaha untuk berjalan cepat tetapi tubuhnya kesakitan yang memaksanya untuk berjalan pelan.
"Sudah lama? " tanya nita ketika dia sampai di tempat duduk dekat khira.
"Saya baru sampai juga " jawab khira.
Nita menyimpan tas miliknya dan menyiapkan alat tulisnya, sambil memutarkan pandangannya ke seluruh gedung tempatnya mengikuti sebuah seminar. Dan memang apa yang ditakdirkan oleh tuhan itu selalu indah, ketika kedua matanya berhenti di sosok dokter edwin yang tengah berbicara dengan staf lain namun kedua matanya pun berhenti padanya.
Dia melemparkan sebuah senyuman dari kejauhan pada nita dan dia membalasnya dengan senyuman dan menundukkan wajahnya karena malu.
"Kamu tidak minum kopi? " tanya khira ketika mereka diberi waktu lima belas menit untuk coffe break sebelum kembali menerima materi.
Nita menjawabnya dengan senyuman dan gelengan kepalanya, dia lalu melirik ke arah teh dan gula tetapi dia yakin perutnya pun akan merasa tidak nyaman nanti.
"Ini " dokter edwin muncul dengan memberikan nita dua kotak susu dengan rasa strawberry kesukaannya.
Nita terkejut pada awalnya dan lalu memperlihatkan senyumannya seraya menerima susu yang diberikan oleh dokter edwin padanya.
"Jangan terlalu asyik mengobrol sampai larut malam " ucapnya pada nita, "karena besok pagi-pagi sekali acaranya sudah mulai "
"Iya "
"Nanti sebelum tidur minum obat ini " dia lalu memberikan sebuah bungkusan kecil di tangan nita, "supaya badanmu tidak terasa sakit! "
"Koko! " wajah nita memerah dan karena rasa malunya itu dan membuatnya langsung melangkahkan kakinya meninggalkan dokter edwin untuk masuk kembali ke dalam ruangan dia juga meninggalkan khira yang tidak tahu kemana perginya.
"lelah sekali!! " nita merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur di kamar khira malam ini.
"Dokter edwin tidak apa-apa ditinggal? " tanya khira.
Nita tersenyum dan terantuk, "dia sudah memberiku ijin, tapi hanya malam ini saja "
"Pasti senang sekali menjadi istri dokter " ucapan khira itu membuat nita tersenyum memandangi khira yang berdiri di balkon kamarnya sambil memandangi kegelapan.
Nita berjalan menghampiri khira, "sama saja, seperti yang lainnya hanya saja pekerjaannya sedikit berbeda "
"Tapi kelakuannya sama manjanya dengan anak-anak,,, " ucap nita pelan.
Khira mengerutkan dahinya dan melirik ke arah nita.
Nita tersenyum, "maksud saya sama laki-laki juga "
"Enak ya kalau wajah kita itu cantik " ucap khira, "cewek kalau goodlooking itu pasti di utamakan, pasti diberi perhatiannya banyak, pasti banyak temannya dan banyak juga yang membela juga "
"Iya mungkin enak " jawab nita sambil memandangi langit yang khira pandangi juga.
Khira tertawa kecil, "kamu sih enak, sudah goodlooking dapetin dokter edwin yang pasti semua orang mau berteman sama kamu "
Nita tertawa kecil, "tapi buktinya saya tidak punya teman, saya sendirian "
Tawa khira perlahan menghilang ketika nita menatapnya.
"Siapa bilang yang kamu katakan itu adalah benar " ucap nita, "kamu juga cantik tapi tidak menyadarinya "
"Mungkin ada orang-orang yang ingin berteman denganmu tapi kamu terlihat menutup diri untuk orang lain " sambungnya, "kamu lihat saja kadang orang yang banyak temannya itu kebanyakan ramah dan percaya diri "
"Kamu tidak percaya kalau kamu cantik? " tanya nita.
Dia lalu membawa khira masuk ke dalam dan duduk di kursi meja rias.
"Tutup mata kamu "
"Tapi ini berarti aku cantik karena make up " ucap khira.
Nita tertawa kecil, "kamu jangan meminta orang untuk menilai dirimu sendiri kalau kamu saja tidak berani menilai dirimu berharga dari apapun "
"Kalau yang kamu inginkan terlihat goodlooking oleh orang lain itu artinya kamu rubah penampilanmu " sambung nita, "karena kalau kecantikan hati itu bukan penampilan yang dilihat tapi sikap, keramahan senyuman dan empati kita pada orang "
Khira terdiam untuk beberapa saat dan lalu menuruti perkataan nita untuk menutup matanya membiarkan nita memberikan beberapa sentuhan di wajahnya.
"Kamu hanya perlu mewarnai bibirmu sedikit saja karena kamu itu cantik kalau tersenyum, dan eyeliner tipis supaya tatapan kamu sedikit tajam! "
"Kalau kamu suka seseorang tatap matanya " sambung nita, "selesai "
Khira memandang wajahnya di cermin, "ini beneran aku? "
Nita mengangguk, "seharusnya seperti ini kamu, dengan senyuman yang mempercantik wajahmu "
"Tidak apa kita memakai make up, itu seperti cara kamu mencintai dirimu sendiri " sambung nita, "tapi riasan itu akan sangat sempurna dengan senyuman kamu yang cantik, lesung pipi kamu itu membuatmu cantik kamu harus percaya itu"
Khira tersenyum malu, "terima kasih " dia memberi pelukan pada nita dan kembali memandangi wajahnya di cermin karena nita telah berhasil membuatnya memiliki kepercayaan diri. Nita senang sekali jika dia bisa membuat sahabatnya bahagia.
Nita mengambil foto mereka berdua di ponselnya dan mengirimkannya pada satu-satunya teman yang paling terbaik dan selalu membuatnya merasa menjadi seorang putri tercantik, dan dia adalah koko.
'Cantik... '
Nita tersenyum ketika dokter edwin mengomentari foto yang dikirimnya.
'Tapi, kamu tetap cici tercantik untuk koko.... '
Lalu tidak lama muncul kembali pesan lain setelah dia mengirimkan pesan yang pertama.
Nita menutupi mulutnya agar tawanya tidak terdengar oleh khira yang sudah terlelap di sampingnya.
'Kamu senang mempunyai teman baru? '
Dia lalu memutuskan untuk menelpon dokter edwin sekarang ini hanya untuk mengucapkan selamat malam.
"Saya senang sekali mempunyai teman baru, terima kasih karena koko sudah memberiku ijin malam ini " ucap nita dengan suaranya yang pelan sekali.
"Aku senang mendengarnya " jawab dokter edwin, "tidurlah ini sudah larut malam "
"Baiklah, koko juga harus tidur "
"Ya... " lalu suasana hening seketika.
"Nita " panggilnya.
"Ya "
"Apa boleh mengatakan sesuatu? "
Nita tersenyum, "tentu saja "
"Wo ai ni "
Nita tersenyum bahagia, " wo ye ai ni "
Nita mendengar tawa dokter edwin ketika mendengar jawabannya tadi.
"Darimana kamu bisa menjawab seperti itu? "
"Dari google " lagi-lagi nita harus menahan tawanya ketika memberikan jawaban.
Pada awalnya mereka hanya ingin mengucapkan selamat malam tetapi karena terbawa suasana penuh cinta membuat mereka lupa dan akhirnya tertidur dengan telepon mereka yang sama-sama masih menyala...