cinta dalam jas putih

KARMA



KARMA

"Pakailah ini " dokter edwin memberikan nita sebuah bungkusan yang.     

Nita mengeluarkan isi dari bungkusan tersebut, sebuah dres lengan pendek berwarna navy  berbahan sher.     

"Ada acara apa? " nita masih membolak-balikkan dres yang dipegangnya itu.     

Dia takjub dengan pilihan dokter edwin, dres yang diberikannya itu benar-benar sempurna dan nita yang adalah seorang perempuan sama sekali tidak pernah memikirkan untuk membeli pakaian yang di pagangnya sekarang ini.     

Dia lebih senang memakai kaos dan celana panjang untuk pergi kemanapun karena menurutnya itu adalah paling nyaman untuknya.     

"Nanti malam ada acara makrab koas jadi aku akan ikut dengan mengajakmu " jawab dokter edwin tanpa melihat ke arah nita karena dia sedang sibuk membaca sesuatu dari laptopnya.     

Nita mengerutkan dahinya, "makrab koas " dia berkata pelan.     

"Dokter " lalu memanggil dokter edwin, "apa sebaiknya saya tidak ikut saja, itukan acara khusus dokter "     

"Siapa bilang " ucap dokter edwin, "ada banyak petugas rumah sakit yang lain "     

"Direktur dan istrinya juga datang " sambungnya.     

"Saya takut membuat dokter malu... " suara nita semakin memelan dan dia seketika merasa bahwa kehadirannya justru akan membuat dokter edwin sangat malu.     

Walaupun suara nita pelan tetapi dia mendengar semua yang ditakutkan oleh wanita yang duduk di sofa di ruang tidur.     

Senyuman tipis terlihat di wajah dokter edwin, dan dia lalu menjauh dari laptopnya dan menghampiri nita.     

"Apa yang membuatku malu nanti? " dia bertanya pada nita dengan pelan dan tatapan kedua matanya yang begitu lekat.     

"Mungkin semua orang akan membicarakan dokter " jawaban nita pun terdengar ambigu dan dia tidak akan pernah berani untuk mengatakan bahwa dia hanya wanita yang tingkat pendidikan dan kehidupannya sama sekali berbeda jauh dengan dokter edwin.     

"Lagipula akukan hanya membawa seorang istri, bukan seseorang yang tidak jelas " ucap dokter edwin dia lalu memegang satu tangan nita kali ini.     

"Ingatlah jika sesekali kita tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh orang lain tentang kita " dia memberikan sebuah nasehat pada nita.     

"Jangan kita bandingkan hidup kita dengan orang-orang diluar karena tujuan kita hidup itu bukan hanya membandingkan diri "     

"Kamu masih khawatir? " dia lalu bertanya pada nita yang menanggapi ucapannya dengan diam.     

"Kalau begitu kita tidak perlu pergi ke acara itu, dan ketakutan kamu selesai "     

"Jangan dokter " nita bereaksi, dia lalu menoleh ke arah dokter edwin yang sedang memandanginya.     

"Iya, aku ikut "     

Senyuman terlihat di wajah dokter edwin, "bersiaplah, sebentar lagi kita berangkat "     

Nita akhirnya harus mengalah dan pergi dengan dokter edwin ke sebuah acara yang di gelar oleh semua koas untuk mengenal lebih dekat para pengajar mereka di lapangan.     

Mereka juga biasanya mengundang salah satu pejabat rumah sakit, acara yang bisa menghabiskan waktu lama itu sengaja digelar di akhir pekan agar bisa menjalin keakraban dengan baik.     

"Daddy hati-hati di perjalanan " ucap key.     

Dia lalu melihat ke arah nita yang sedang berjalan ke arah key dan dokter edwin.     

"Cantik... " key memuji penampilan nita dan lalu memperhatikan ayahnya yang ternyata lebih terkejut darinya.     

Kedua mata ayahnya itu lama untuk berkedip ketika memandangi nita yang sedang berjalan ke arahnya.     

"Awas daddy lupa berkedip! " celetuk key membuat ayahnya itu menyadari bahwa dia sudah terlalu berlebihan terkesima dengan penampilan nita malam ini.     

Key dengan cepat menutup bibirnya menyembunyikan tawanya ketika melihat ternyata kedua kaki nita belum memakai sepatu.     

"Sepatuku di rumah " nita tahu key menertawakannya karena kakinya yang tidak memakai sepatu.     

"Dan sepatu yang aku pakai sudah dibawa leo! "     

Dan tawa key akhirnya lepas dia benar-benar tidak bisa menahannya.     

"Key " panggil dokter edwin mengingatkan putranya itu.     

"Cepat berikan " lalu dia berucap pada key.     

Key lalu mengambil sebuah kotak berisi sepatu yang tidak jauh dari hadapannya dan dia berikan pada nita.     

"Daddy bilang penampilan pertama yang dilihat dari wanita adalah sepatu " ucap key pada nita sambil membungkuk dan menyimpan sepasang sepatu tepat di depan kedua kaki nita.     

"Karena disitu terlihat langkah kepercayaan diri yang besar " sambungnya.     

Nita tertegun mendengar ucapan key, dia lalu memakai sepatu itu di kedua kakinya dan tersenyum ke arah key.     

Dia dibesarkan sendirian oleh ayahnya yang setiap perkataannya itu selalu menyentuh hati siapapun yang mendengarnya, itu semua diturunkan oleh dokter edwin pada key.     

Sebenarnya, jika nita bisa menolak dia lebih memilih untuk berkumpul dengan ibu mertua dan saudara-saudara lainnya dibanding harus menghadiri sebuah acara yang di hadiri banyak orang memiliki jabatan lebih tinggi darinya.     

"Ada apa? " dokter edwin melihat nita yang sepertinya begitu canggung.     

Dia memegang tangan nita yang begitu dingin sekarang ini.     

"Kamu tenang saja " dia meyakinkan nita bahwa tidak akan pernah terjadi sesuatu hal yang ditakutkannya.     

"Nah, datang juga! "     

Ketika seseorang itu menyapa dokter edwin dan membuat pegangan tangannya pada nita terlepas.     

"Dokter ghana, dokter axel ini pimpinan kita sudah datang! " dia berteriak memanggil dua orang temannya yang ternyata berada di belakang nita.     

"Nah, kebetulan sekali bos bawa istrinya "      

Kedua mata nita bertemu dengan mata axel yang muncul dari arah belakangnya. Terlihat oleh nita senyuman axel yang semakin lama semakin memudar, tetapi kembali dia perlihatkan walaupun begitu terlihat dipaksakan.     

"Ini residen obgyn di rumah sakit " ucapan dokter edwin itu mengejutkan nita.     

Dia lalu tersenyum ke arah dokter ghana dan axel dengan menundukkan kepalanya sebagai cara lain berkenalan dengan orang baru tanpa berjabat tangan.     

"Dokter hebat " pekik dokter ghana, "saya pernah di tolong oleh wonder woman dan ternyata itu istri dokter! "     

Dokter edwin tertawa kecil, "iya dia terlalu hebat, sampai harus diawasi! "     

Nita mengerucutkan bibirnya ketika dokter edwin menyindirnya.     

Dokter edwin tersenyum dan lalu merangkul pundak nita, "dan sedikit manja "     

Axel yang masih tersenyum palsu ketika menyaksikan keduanya memperlihatkan sebuah keakraban yang membuatnya merasa ada letupan-letupan panas dari dalam hati yang berjalan cepat menuju ke pikirannya.     

Tetapi dia tahu nita terlihat tidak nyaman ketika axel terus menerus memandanginya dan menunggu sebuah kesempatan untuk bisa bicara dengannya.     

"Kamu tidak perlu berbalik " ucap axel ketika akhirnya menemukan nita sedang duduk di sebuah kursi sendirian dan dokter edwin terlihat sedang berbicara dengan rekan-rekannya yang lain.     

Axel duduk di sebuah kursi di belakang nita yang sedang membelakanginya sekarang ini, dia memandangi dengan perlahan rambut nita yang terurai di bawah bahunya dan wangi parfum yang sama seperti ketika dulu dia dan nita dekat untuk waktu yang singkat.     

"Kalian berbohong sekarang ini? " tanya axel pada nita.     

"Tentang apa? pernikahan? "     

"Dokter ax.. "     

"Aku sudah bilang jangan berbalik " dia menyela perkataan nita dan melarangnya untuk tidak merubah pposisi duduknya dan tetap membelakanginya.     

"Kita bicara di tempat lain jika kamu ingin melihatku " lalu axel memberikan sebuah pilihan pada nita.     

"Tidak bisa " nita dengan cepat menolak.     

Dan akhirnya dia membenarkan posisi duduknya dan tetap membelakangi axel, diantara semua orang yang sedang merasa bahagia hanya wajah axel dan nita yang terlihat serius dan tidak menikmati acara tersebut.     

"Sekarang bicara " axel memberikan kesempatan pertama pada nita.     

"Saya sudah menikah, dan memenuhi semua perkataan saya dulu " ucap nita, "jadi dokter ellen tidak perlu merasa ketakutan lagi "     

"Dan dokter axel akan segera menikah dengan dokter ellen " sambung nita.     

"Kamu pikir akan semudah itu " axel menanggapi ucapan nita, "sepertinya kamu sengaja dan menyiapkan langkah paling sempurna "     

"Menikah dengan seseorang yang kamu pasti tahu jika dibandingkan denganku dia itu jauh lebih memiliki kedudukan yang terhormat, dibanding denganku yang harus merintis dari awal "     

Nita menundukkan kepalanya beberapa saat ketika ucapan axel itu sangat menyakiti perasaannya, dan lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.     

"Iya benar " dia membenarkan ucapan axel yang menganggap sebagai wanita yang memilih laki-laki yang mempunyai kedudukan tinggi darinya di tempatnya bekerja.     

"Aku cuma wanita pemimpi yang berharap di pertemukan dengan lelaki kaya agar bisa memudahkan semua hal yang aku inginkan "     

"Itulah aku... " nita lagi-lagi bicara yang merendahkan dirinya.     

Axel terdiam, dia merasa bersalah karena dialah yang lebih dulu mengatakan hal yang menyudutkan nita. Pada kenyataannya dia tahu seperti apa wanita yang ada di hadapannya itu, wanita yang bisa meruntuhkan kesetiaannya pada pasangannya yang pada akhirnya dia mengalah.     

'Apa kamu tahu kalau dokter edwin itu hanya mempermainkanmu? dia mencintai bubu sampai saat ini dan ingin menjadikanmu seperti boneka. Membuatmu menjadi wanita yang dia inginkan.. ' axel berkata dalam hatinya seraya terus menerus memandangi nita.     

'Kenapa aku tidak boleh memilihmu? '     

Dari sudut lain dokter edwin yang sedang berbicara dengan rekannya yang lain menangkap axel yang tengah memperhatikan istrinya, dan kejadian itu mengingatkannya pada waktu dimana dia sedang berbicara dengan wanita yang dicintainya tetapi telah menjadi milik orang lain. Secara diam-diam dia mengajak wanita itu berbicara dan semua yang di lakukannya dulu kini berbalik padanya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.