Over Protektif
Over Protektif
"Sudah bicaranya lemah lembut " sambungnya
Nayya mengangguk, "setelah dengar kabar dia menikah wajahnya bahagia terus, mungkin itulah arti menemukan pasangan hidup yang tepat "
"Bawaannya bahagia sepanjang waktu, walaupun pasiennya bertambah banyak "
Nita hanya tersenyum mendengarkan semua yang mereka bicarakan, dan sebenarnya dia ingin mengejutkan mereka dengan mengatakan kalau istrinya itu adalah dia. Tapi dia takut nanti semua teman-temannya akan merubah sikap mereka jika tahu nita adalah wanita yang sedang mereka bicarakan sekarang ini.
"Bu bidan pasien " petugas keamanan instalasi gawat darurat datang dengan mendorong sebuah blankar yang berisi pasien yang terbaring lemah di atasnya.
"Terima kasih pak " ucap nayya.
"Pasien pucat sekali " nita dengan cepat melakukan pemeriksaan tekanan darah.
"Nay, tekanan darahnya sembilan puluh per lima puluh " ucap nita lalu kali ini melakukan pemeriksaan nadi.
"Bu bidan " pasien itu bicara pada nita yang berdiri di sampingnya, "saya tidak sedang hamil kenapa harus di bawa kesini? "
"Saya hanya merasakan perut saya kesakitan dan setiap bulan menstruasi " sambungnya, "perut bawah bagian kanan saya sakit dan saya lemas karena melakukan diet ketat "
"Ibu menggunakan alat kontrasepsi? " lalu nita menanyakan sesuatu untuk mengalihkan rasa sakit pasien ketika mengambil sampel darah.
"Saya pakai pil " jawabnya dan setiap bulan mendapatkan menstruasi "
"Aww! " dia mengerang kesakitan ketika nita menekan dengan pelan perut bagian bawah pasien.
"Kita lihat hasil laboratorium ya bu " lalu dengan cepat nita memasang sebuah infus dan dower cateter menunggu hasil laboratorium.
"Apa ini sakit juga? " nita kembali bertanya pada pasien tersebut ketika melakukan pemeriksaan dalam.
"Iya, sakit sekali "
Nita menoleh ke arah zhemi yang sedang menulis semua tindakan yang nita lakukan.
"Tidak ada pembukaan, fluxus sedikit, tetapi ada nyeri goyang dan tekan " ucap nita pada zhemi.
Terlihat oleh nita zhemi yang mengerutkan dahinya, "apa mungkin kehamilan ektopik terganggu? "
Nita menaikkan kedua pundaknya, "tunggu hasil laboratorium saja, aku sudah minta nayya menuliskan cito untuk hasilnya "
"Zhe!! " nayya berteriak membawa hasil laboratorium yang diberikan oleh keluarga pasien.
"Tes kehamilan positip dan kadar haemoglobinnya empat koma lima! " dia lalu memberitahukan hasil dari laboratorium.
"Ya ampun nay, cepat telpon dokter edwin! " cetus zhemi.
"Nita tolong jaga pasien, aku akan informnt consent pada suami dari pasien "
Nita menganggukkan kepalanya dan menoleh ke arah pasien yang terlihat menguap beberapa kali.
Dia mengernyit dan setelah beberapa detik baru teringat ketika dulu pernah menghadapi pasien syok di desa yang dia pikir itu adalah mengantuk.
"Ibu harus pakai ini! " dia dengan cepat memasangkan nonrebreathing oxygen face mask dengan suplai oksigen delapan liter lalu kembali melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
"Nay, zhe " nita memanggil kedua temannya, "bagaimana? "
"Tensinya mulai turun jadi delapan puluh! "
Terlihat zhemi yang berlari ke arahnya, "dokter edwin bilang langsung dorong saja ke ruang operasi "
Nita dan zhemi dengan cepat mendorong pasiennya itu menuju ke ruang operasi dengan cepat.
'Dulu aku juga pernah mendapat pasien seperti ini... ' ucap nita dalam hatinya ketika mendorong pasien ke ruang operasi.
'Membuat sebuah kesalahan dengan mencintai seseorang yang mempercayaiku! '
Nafas nita terengah-engah ketika sampai di ruang operasi dan melakukan hand over pasien dengan petugas instalasai bedah sentral yang di datanginya.
"Akhirnya aku bertemu lagi denganmu power ranger! " seseorang dengan pakaian seragam ruang operasi lengkap dengan surgicap cup berbicara di depan nita yang sedang mencoba mengambil nafasnya karena berlari untuk mengantarkan pasien ke ruang operasi.
Nita mengernyit mendengar laki-laki yang berbicara di hadapannya itu, dia tidak mengenalnya.
"Siapa? " tanya nita pelan seraya melihat ke arah belakang untuk memastikan dengan siapa laki-laki itu bicara.
"Kamu " jawabnya seraya menunjuk ke arah nita.
"Saya? " nita menunjuk dirinya sendiri.
"Iya " jawabnya, "kamu kan power ranger yang memukul orang yang mengambil ponselku dengan sekali pukulan! "
"Ahh, ponsel! " nita lalu teringat kejadian beberapa hari yang lalu ketika dia membantu seseorang dari pencuri.
"Kamu bekerja disini, tapi saya baru melihatmu hari ini power ranger! "
Nita memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika dokter itu memanggilnya power ranger.
"Ghan, ayo dokter edwin sudah datang untuk supervisi laparotomi " ucap seseorang yang muncul tiba-tiba dari arah belakang nita.
Dengan suara khas yang sangat dikenalnya nita terdiam untuk memastikan siapa orang yang berdiri di belakangnya dan lalu berbalik.
"Nita! "
Dia menghampiri nita lebih dekat, "kamu bekerja disini? "
Nita terkaku melihat sosok dokter axel yang dulu pernah bekerja satu wilayah dengannya, tetapi bukan karena hal itu dia terkejut sekali. Ada satu cerita yang membuat nita merasa lebih baik tidak bertemu lagi dengan lelaki paling baik itu.
"Iya " jawab nita pelan.
"Di ponek? "
Nita menganggukkan kepalanya dengan ragu dan wajahnya mulai menegang.
"Nita " lalu terdengar suara dokter edwin yang memanggilnya sekarang ini.
Nita terkejut dan menoleh ke arah dokter edwin yang berjalan menghampirinya, dia sudah memakai seragam operasi berwarna hijau tua tersenyum ke arah nita.
"Terima kasih karena sudah bekerja dengan baik " ucap dokter edwin pada nita.
Kedua alis nita terangkat dan lalu tersenyum kaku melihat bola mata dokter edwin yang bergerak ke arah kirinya.
"Sama-sama dokter " ucap nita, dia lalu menoleh ke arah axel dan tersenyum.
"Dokter saya permisi dulu " lalu berpamitan pada axel yang sangat terlihat jelas masih ingin berbicara dengannya.
Tetapi nita merasa tatapan dokter edwin tadi itu seolah mengatakan padanya untuk cepat pergi dan tidak berbicara lebih lama lagi dengan axel.
'Dokter edwin marah atau tidak ya? ' tanya nita pada dirinya sendiri.
'Dia pasti melihatku sedang bicara dengan axel tadi! '
"Nita ada telepon " suara nayya mengejutkan lamunannya yang begitu panjang sampai-sampai makan siang yang tersaji di hadapannya pun itu tidak menggiurkan lagi baginya.
"Dari siapa? " tanya nita seraya beranjak dari duduk.
"Sekuriti bilangnya " jawab nayya.
Nita mengernyit mengetahui orang yang menelponnya di ruang kerjanya siang ini, lalu berjalan menuju nurse station dimana telepon itu tersimpan.
"Halo "
"Kamu sudah makan siang? "
Nita tersenyum tipis ketika mendengar siara dokter edwin di telinganya.
"Sedang saya makan dokter "
"Benar kamu makan, atau kamu kenyang karena melamun? "
"Kenapa dokter tahu? " nita terkejut dan secara spontan melontarkan pertanyaan itu.
"Kamu melamunkan pertemuanmu lagi dengan dokter axel? "
"Bukan itu " jawab nita.
"Lalu apa? "
Nita memastikan kedua temannya itu tidak memperhatikannya dan kembali bicara di telpon dengan suara pelan.
"Saya takut dokter marah karena bicara dengan dokter axel tadi "
"Jadi kamu memikirkan perasaanku? "
"Tentu saja " jawab nita, "tapi dokter harus percaya saya hanya bicara seperti dengan teman lama saja, tidak ada perasaan khusus atau apapun "
"Tidak ada persahabatan yang benar-benar murni antara seorang wanita yang sudah menikah dengan lelaki yang belum menikah " ucapan dokter edwin itu membuat nita terdiam, "bertemanlah seijinku dan sepengetahuanku "
"Saya minta maaf dokter " ucap nita dengan lemas, dia tahu lelaki yang menelponnya dan telah menjadi suaminya itu sebenarnya marah tetapi dia masih bisa membicarakan itu secara baik-baik.
"Apa perkataanku tadi terlalu mengekangmu? " dia bertanya pada nita, "kamu boleh keberatan dan katakan saja apa yang seharusnya aku lakukan ketika tahu kamu berbicara dengan teman laki-laki "
"Tapi tidak sekarang " sambungnya.
"Sekarang ini aku hanya ingin memastikan kalau kamu makan dengan baik "
Nita tersenyum tipis, "saya makan dengan baik "
"Apa.... " lalu nita terdiam untuk beberapa detik, "dokter sudah makan? "
"Hari ini pasien obgyn di ruang operasi banyak sekali, pasti dokter lelah "
"Tadi aku lapar sekali " jawab dokter edwin, "tapi sepertinya sekarang aku sudah sangat kenyang mendengar perkataanmu mengkhawatirkanku "
Nita tersenyum malu, dia hanya menanyakan hal yang menurutnya sangat biasa tetapi justru itu membuat perasaan dokter edwin sedikit membaik.
"Kamu habiskan makananmu sekarang "
"Baiklah " jawab nita, "terima kasih dokter "
"Sekali lagi aku minta maaf " ucap dokter edwin, "aku akan selalu mengatakan apapun yang aku tidak suka tidak menyembunyikannya "
"Sekarang makanlah " sambungnya.
"Baik dokter "
Dokter edwin menutup sambungan teleponnya dan menyandarkan tubuhnya di kursi ruang kerjanya sekarang ini.
Karena kegagalannya dulu untuk bisa mendapatkan wanita yang disukainya membuat dia tiba-tiba merasa semua lelaki yang berada di dekat wanita yang memiliki nama sama itu sebagai ancaman baginya.
Dia tidak tahu apakah sebenarnya dia memang mencintainya atau itu hanya sebuah ambisi besar yang tidak pernah bisa dicapainya. Merasa telah memiliki jiwa kanita di sosok orang lain yang sedang dibentuknya menjadi sosok itu.
Walaupun ada perasaan bersalahnya tetapi untuk sekarang ini dia hanya memikirkan perasaannya saja...