Melindunginya
Melindunginya
Dengan cepat dia berjalan menuju ke arah nita yang kali ini mendapatkan sebuah tarikan di rambutnya oleh wanita paruh baya tersebut dan kedua temannya mencoba melepaskannya.
"Kalian panggil dokter edwin sekarang juga! " wanita itu berkata setelah melepaskan satu tangannya yang menarik rambut nita.
"Kalian tahu siapa saya? " sambil memandangi satu pesatu petugas yang berdiri di hadapannya.
"Suami saya yang menjadi pengawas rumah sakit ini! " dia memberikan sebuah pengumuman, "asal kalian tahu kalau dia sudah memberikan penilaian buruk rumah sakit ini bisa di tutup dan kalian akan menjadi pengangguran! "
"Baik " ucap nikka, "ibu tenang dulu, saya akan segera memanggil dokter edwin "
"Dan stafmu satu ini harus di keluarkan karena tidak becus melakukan pemeriksaan! " ucapnya seraya menunjuk wajah nita, "seorang petugas yang tidak bisa membedakan mana sakit kolik dan melahirkan! "
"Kamu tahu anak saya itu tidak pernah pergi kemanapun tanpa seijin saya dan dia selalu sibuk belajar! " lagi-lagi berbicara memaki ke arah nita.
"Saya akan tuntut kamu! "
"Ibu tenang " nikka mencoba menjadi penengah sekarang ini dengan membawa nita ke dalam kantornya dan mencoba menghubungi dokter edwin yang menjadi penanggung jawab ruang ponek.
"Nita " panggilnya dengan wajah yang terlihat panik.
"Kamu seharusnya berhati-hati jika berbicara dan lihat dulu status dari pasienmu "
"Tapi, bu " nita bicara pelan sambil tertunduk, "dia kesakitan dan meminta saya memegang perutnya yang terlihat aneh "
"Tidak lama setelah itu terdengar seperti letupan kecil dan saya lihat ketuban pecah " sambungnya.
"Mungkin saja itu hanya urine yang tertahan " nikka kembali mengingatkan nita.
Nita lalu mengangkat wajahnya, "tapi saya melihatnya, seperti turtle head "
"Dia terdorong ingin keluar karena his bukan kolik " nita kembali bicara dengan pelan.
Nikka terlihat menarik nafasnya dalam-dalam dan mencoba percaya dengan apa yang dikatakan oleh nita sekarang ini karena perbuatannya hari ini akan sangat mengancam pekerjaannya dan semua rekan-rekannya.
"Ada apa? "
Pembicaraan nita dan kepala ruangannya itu terhenti ketika dokter edwin datang dan masuk ke dalam ruangan dimana nita dan nikka sedang berbicara.
Dia melihat penampilan nita yang benar-benar kacau, karena belum sempat merapikan rambutnya yang ditarik oleh wanita tadi.
Nikka mencoba memberikan penjelasan pada dokter edwin awal mula kejadian.
"Kamu lihat dulu kondisi pasiennya sekarang " ucap dokter edwin pada nikka.
Dan dia meninggalkan nita berdua di ruangannya bersama dokter edwin sekarang ini.
"Apa kamu yakin dengan yang kamu periksa? " lalu dia bertanya pada nita ketika hanya berdua saja.
"Iya dokter " jawab nita, "saya melihat kepala itu kroning hanya di sembunyikan oleh pasien dengan posisi miring kirinya "
"Saya minta maaf " nita lalu tertunduk dan merasa sangat bersalah karena menyebabkan sebuah keributan yang tentu saja akan merugikan pihak rumah sakit.
Dia tidak berani menatap mata dokter edwin yang sudah begitu baik menempatkannya di tempat barunya sekarang dan harus mendapatkan kesusahan karenanya.
Dokter edwin melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana nita berdiri, dan tiba-tiba kedua tangannya mencoba merapikan rambutnya yang berantakan.
"Kalaupun kamu salah, wanita itu tidak berhak melakukan perbuatan ini padamu " ucap dokter edwin.
"Sekarang rapikan rambutmu dan buktikan bahwa yang kamu periksa itu adalah benar " sambungnya.
Nita mengangguk dan mulai merapikan sendiri rambut-rambutnya yang terlepas dari ikatannya.
"Terima kasih dokter " ucap nita mengangkat wajahnya untuk memperlihatkan rasa bersalahnya.
Dokter edwin mengerutkan dahinya menangkap sesuatu yang aneh pada wajah nita, tetapi dia tidak dapat menanyakannya sekarang karena teriakan dari pasien kembali terdengar.
"Dokter cepat berikan anak saya obat pereda nyeri karena sedang menstruasi " dia langsung meminta sebuah advis yang dibuatnya sendiri seolah-olah dialah yang menjadi dokter dari anaknya sekarang ini.
Dokter edwin sengaja meminta stafnya yang lain untuk keluar kecuali nita. Dia tersenyum mendengar permintaan dari wanita tersebut.
"Nita ambilkan dopler " ucap dokter edwin pada nita.
Nita segera mengambil dopler yang diminta oleh dokter edwin di sebuah troli emergency.
"Cari bunyi jantung bayinya " lalu memberikan sebuah instruksi pada nita.
Nita terdiam beberapa detik dengan wajahnya yang ketakutan karena sosok wanita menakutkan dengan matanya yang tajam masih mengawasinya.
"Dokter sebaiknya pecat saja pekerja yang tidak becus bekerja seperti dia! "
Dan dokter edwin menanggapinya dengan senyuman tipis memandangi wanita yang adalah orang tua dari pasien yang terbaring kesakitan sekarang ini.
"Saya yang akan bertanggung jawab jika yang dia lakukan salah " ucap dokter edwin membungkamnya dengan cepat.
"Ayo lakukan " dia kembali memberikan perintah pada nita.
Terlihat olehnya tangan nita yang memegang dopler dengan gemetar untuk menempelkannya di perut pasien sekarang ini.
Memang tidak terlihat seperti seorang wanita yang sedang hamil ketika nita menyingkap kain yang menutupi perut pasiennya itu. Pasien itu seperti sengaja menyembunyikannya dengan baik sampai semua orang tidak ada yang mencurigai kehamilannya.
"Aku akan membantumu " ucap dokter edwin pelan lalu menuntun tangan nita yang terlihat gemetar karena rasa takutnya untuk mencari denyut jantung bayi.
Itu memberikan sebuah rasa tenang pada nita ketika mencari jantung bayi di perut pasiennya.
Tidak butuh waktu yang lama untuknya mencari sebuah suara yang begitu mirip dengan langkah sepatu kuda yang beraturan dan kencang.
Dokter edwin menoleh ke arah wanita yang berdiri di ujung tempat tidur.
"Ini bukan bunyi dari usus putri ibu " ucapnya, "tetapi ini adalah suara jantung seorang bayi yang ada di dalam perut putri ibu "
Terlihat wanita itu yang menggelengkan kepalanya tidak mempercayai dengan apa yang sudah dikatakan oleh dokter edwin sekarang ini.
"Dokter putri saya masih sekolah, jadi tidak mungkin... "
"Saya tidak akan pernah menanyakan hal pribadi itu " dokter edwin pembicaraannya, "tetapi tugas saya dan semua staf saya disini adalah menyelamatkan ibu dan bayi "
Dia lalu menoleh ke arah pasien yang tengah terbaring kesakitan itu.
"Dan kamu akan terus menutupinya sampai sekarang? " dokter edwin bertanya dengan nada penuh kesabaran pada pasiennya itu.
"Karena kamu, ibumu sudah berbuat sesuatu yang anarkis pada petugas yang ada disampingmu itu " sambungnya, "dia mencoba menolong bayimu "
"Jadi tolong bekerja samalah dengan kami "
Pasiennya yang terlihat masih begitu muda dengan wajah cantiknya itu menangis menahan sakit dan juga ketakutan kali ini.
Tetapi dia melihat nita yang berdiri di sampingnya dengan memegangi satu tangannya seolah memberikan sebuah keberanian padanya sekarang ini.
Dan pada akhirnya dia mau menuruti semua yang dikatakan oleh dokter edwin dan merubah posisi miringnya itu dengan posisi lithothomi.
"Saya tidak akan melakukan pemeriksaan apapun sekarang tanpa persetujuan ibu sebagai orang tuanya " ucap dokter edwin pada wanita yang masih berdiri mengawasinya karena tidak percaya dengan apa yang sudah dijelaskannya.
"Tapi mungkin jika melihat ini, ibu akan berubah pikiran " setelah berkata dia lalu memperlihatkan sebuah kenyataan yang berat untuk wanita paruh baya itu.
Dia mematung dan tidak dapat mengatakan apapun ketika melihat sesuatu yang memberontak ingin keluar dari kemaluan putrinya itu.
Seketika tubuhnya ambruk dan nita berlari dengan cepat untuk membantu wanita itu.
Lalu kedua temannya itu datang untuk membantu nita memapah wanita itu.
"Kirim ke ruang bersalin sekarang " lalu dokter edwin memberikan sebuah perintah baru.
"Jangan dokter saya mohon " wanita itu memberontak dari pegangan nayya dan zhemi untuk menghampiri dokter edwin.
Dia memegang satu tangan dokter edwin, "saya mohon, biarkan putri saya melahirkan disini saja agar tidak banyak lagi orang yang tahu terutama ayahnya "
Untuk beberapa detik dokter edwin terlihat memikirkan sesuatu.
"Nikka siapkan alat partusnya "
Sepertinya dokter edwin tidak tega melihat tangisan seorang ibu yang terlihat begitu sakit melihat putri yang dia jaga setiap waktu itu mengambil sebuah kesempatan ketika orang tuanya lengah dan mengakibatkan hal yang sangat memalukan itu.
"Makanya jangan sombong " ucapan nayya yang pelan itu terdengar di telinga dokter edwin.
"Sudah pukul wajah nita pakai tasnya! dan sekarang dia yang malu "
Perkataan yang di dengarnya sebelum dia menghampiri ibu dari pasiennya sekarang ini di ruang kerja kepala ruangan ponek.
"Dokter saya mohon jangan pindahkan putri saya ke ruang bersalin " dia berkata dalam tangisannya dan terduduk di hadapan dokter edwin yang baru saja memasuki ruangan itu.
Dia terlihat membungkukkan tubuhnya seolah sedang menyembah di kakinya agar putrinya dapat melakukan persalinan di ruangan ponek.
"Ayahnya pasti akan sangat marah dan saya takut sesuatu hal buruk terjadi pada putri saya.. "
Tentu saja dokter edwin bukan seseorang yang senang melihat wanita yang pada awalnya begitu sombong bersujud di depannya. Dengan cepat dia membantu wanita itu untuk berdiri.
"Staf saya sedang menolong putri ibu " ucapnya.
"Ibu melakukan semua ini untuk sebuah nama baik keluarga dan juga putri ibu " sambungnya, "tapi saya sebenarnya kecewa dengan tindakan ibu pada salah satu staf saya dengan melakukan tindakan kekerasan "
"Sama seperti ibu yang mencoba melindungi nama baik keluarga saya juga akan melakukannya untuk memperbaiki nama baik istri saya "
"Wanita yang ibu serang dan maki-maki itu adalah istri saya " lalu dia memberitahukan siapa nita sekarang ini.
"Beruntung yang dia periksa itu adalah benar "
Wanita itu terdiam ketika mengetahui orang yang sudah dia serang tadi adalah seorang istri dari sosok dokter yang sedang berdiri dan bicara padanya sekarang.
"Saya hanya berharap lain kali jika memang ibu menemui sebuah kesalahan akan lebih baik dibicarakan dengan baik karena itu mencerminkan betapa terhormatnya ibu " perkataan itu sepertinya begitu mengena pada wanita yang awalnya begitu berani.
"Saya bersedia melakukan permohonan maaf pada istri dokter " dan akhirnya kesombongan yang dibawanya tadi harus dibayar mahal dengan harga dirinya.
"Dan saya akan berterima kasih pada dokter dan semua staf dokter disini karena mau menolong saya hari ini " sambungnya.
Dokter edwin hanya bisa menghela nafas karena dia merasakan kekesalan dalam dirinya atas perlakuan wanita itu pada nita.
"Sepertinya cucu ibu sudah lahir " pembicaraan mereka terhenti ketika mendengar suara tangisan bayi dari ruang tindakan.
Dokter edwin merasa sudah tidak ada lagi yang harus dia bicarakan dengan wanita yang beberapa waktu lalu membuatnya sangat marah ketika mengetahui apa yang dia lakukan pada nita walaupun dia tidak melihatnya.
Dia harus cepat kembali ke ruang operasi untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena harus menyelesaikan permasalahan ini sendiri...