cinta dalam jas putih

Ciuman Pertama



Ciuman Pertama

"Aline jangan aneh-aneh deh! " cetus nita di saluran ponselnya.     

"Kalian berdua saja dirumah pak adit? " lalu pertanyaan nita muncul.     

"Iya " aline bicara pelan, dia tengah berada di dalam kamar mandi untuk bisa bicara dengan sahabatnya itu.     

"Kanita dengar " ucapnya lagi, "apa aku harus beres-beres dirumah pak adit? "     

"Tidak perlu " jawab nita, "laki-laki itu selalu punya wilayah kekuasaannya sendiri, kalau dia tidak mengatakan sendiri untuk membersihkannya tidak perlu kamu terlalu rajin membersihkannya "     

"Lagipula aline.. " nita melanjutkan perkataannya, "kamu jangan memaksakan diri ingin terlihat baik di hadapan pak adit, jadi diri sendiri saja "     

"Iya aku tidak akan lupa " ucap aline mengerti dengan yang nita bicarakan, "sebentar, kenapa aku tidak boleh membereskan rumahnya? "     

"Kalau dirumahnya terlihat banyak kertas-kertas berserakan itu adalah hasil kerja kerasnya ketika menyelesaikan masalah, mereka akan mudah mengingat solusi yang mereka pikirkan dengan melihat tumpukan yang menurut para wanita sebagai sampah itu " nita memberikan penjelasan pada aline.     

"Kamu kan baru pertama kali kerumahnya jadi jangan lakukan hal yang membuatnya memberikan kesan padamu terlalu berlebihan dan di buat-buat " sambung nita.     

Aline tersenyum, "aku mengerti sekarang, pantas saja dokter yoga menempel terus denganmu ternyata kamu memang wanita yang cerdas "     

"Tidak perlu memuji seperti itu " tanggap nita pada pujian aline padanya, "ingat jangan berbuat hal yang aneh-aneh, kalian sudah berani berduaan tapi kalian belum menikah! "     

"Kalau belum menikah itu harusnya jangan pergi berduaan seperti itu " nita menyambung ucapannya, dia sudah seperti seorang ibu yang menasehati putrinha.     

"Kanita! " cetus aline, "pak adit yang mengajakku, aku tidak tahu dia benar-benar serius membawaku kerumahnya, aku terkejut melihat rumahnya. Diam di kamar mandinya saja sudah nyaman, semuanya sangat bersih dia memang laki-laki yang selain menjaga penampilannya, rumahnya pun bersih sekali "     

"Kamu sedang berada di kamar mandi? " tanya nita kemudian, nada bicara nita sedikit tinggi.     

"iya "     

"Aline! " nita geram, "cepat keluar dari situ dan jangan membuat pak adit mengira kamu sakit perut karena terlalu senang diajak kerumahnya! "     

Aline tertawa kesal, "jangan menyindirku! "     

Terdengar tawa nita di ponselnya, "aku tidak menyindir tapi kenyataannya memang seperti itu "     

"Baiklah, aku akan segera mengakhiri pembicaraan denganmu " ucap aline, "kamu jangan ceritakan semua tentang hari ini pada dokter yoga! "     

"Dia ada di sebelahku aline, kami mendengarnya bersama memakai headset "      

"Kanita! " aline mengerang marah, "aku kan malu! "     

Terdengar tawa nita, "kamu kan tidak bilang dari awal, karena dari awal menelpon langsung mengoceh sana-sini! "     

Aline merasakan wajahnya memanas, dia sangat malu ketika tahu yoga mendengarkan pembicaraannya dengan nita.     

"Aku tutup sekarang! "      

Dengan cepat aline mengakhiri pembicaraannya dengan nita, dia merapikan rambutnya dan bergegas keluar dari kamar mandi.     

Aline menghampiri sosok aditya yang sudah membuatkannya minuman yang tersimpan di atas meja tepat di ruang keluarga.     

"Kamu baik-baik saja? " tanya aditya ketika melihat sosok aline muncul setelah sekian lama berada di dalam kamar mandi.     

Aline tersenyum kaku, "baik-baik saja pak, tadi itu saya terlalu betah di kamar mandi karena suasananya nyaman dan bersih. Pak adit pintar sekali merawat rumah.. "     

Wajah aline seketika memerah, dia terdiam mematung setelah mengucapkan sesuatu tentang rumah aditya.     

"Kenapa aku mengatakan hal bodoh itu! " suara dalam hatinya diiringi tangisannya.     

"Aku tidak membersihkannya sendiri " ucap aditya, "biasanya bi inah yang selalu membersihkan rumah ada sampai petang nanti, karena hari ini dia sakit jadi hanya bekerja setengah hari "     

"Iya " aline menanggapi ucapan aditya dengan rasa malunya.     

"Kamu mau berdiri terus disitu? " tanya aditya kemudian, "duduklah disini! "     

Aditya mengarahkan pada aline untuk duduk di sofa yang sama dengannya tepat disampingnya.     

"Baiklah " aline mengikuti arahan dari aditya, berjalan ke arahnya dan duduk di sofa di dekatnya.     

Aditya tampak memilih beberapa kaset yang dia miliki dan belum sempat menontonnya.     

"Kamu mau nonton film apa? " aditya bertanya tanpa melihat ke arah aline, dia hanya membariskan empat buah film yang dia punya diatas meja untuk aline pilih.     

"Sepertinya film ini seru " aline membaca ringkasan cerita dari satu film yang diambilnya.     

"Ini tentang pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang mahasiswa pada teman sekelasnya " ucap aline, "seru juga daripada film romantis, walaupun aku suka film horor tapi sekali-sekali bertema misteri bolehlah "     

Aditya tertawa kecil, "kamu tidak takut? "     

"Kenapa takut, itukan cuma film " jawab aline dengan senyuman polosnya, setelah beberapa waktu bicara dia melihat ke arah aditya dengan kedua matanya yang membulat.     

"Jangan bilang pak adit takut nonton ini ya? "     

Dahi aditya berkerut dia terkejut dengan pertanyaan aline, "siapa yang takut, aku khawatir nanti kamu tidak berani masuk kamar mandi sendiri dirumah! "     

Dia menyembunyikan rasa malaunya dengan memutar balikan fakta, bahwa dia memang tidak menyukai film seperti yang aline sebutkan seru.     

Aline tersenyum lebar, "saya masih tinggal dengan kedua orang tua saya, sedang pak adit sendirian! "     

"Saya yang khawatir pak adit yang akan ketakutan! " dia bicara dengan bola mata yang terus mengawasi reaksi aditya dengan ucapannya.     

Laki-laki itu berusaha mempertahankan jiwa maskulin dan pemberani dalam dirinya, dia segera beranjak dan memulai memutar film yang aline pilih. Aditya hanya sedang membuktikan bahwa apa yang diucapkan aline padanya adalah salah besar.     

"Jangan menghubungiku jika nanti malam kamu takut! " cetus aditya menyindir aline yang duduk disampingnya.     

Aline menutupi tawanya dengan satu telapak tangannya, dia hanya merasa sekarang ini dia berada di zona nyaman bersama laki-laki yang menjadi pimpinan ditempatnya bekerja sekaligus pilihan orang tuanya sebagai calon suaminya.     

Aline dan aditya saling memandang dengan kedua wajah mereka yang sama-sama memerah ketika film yang mereka tonton dimulai dengan adegan dewasa yang sama sekali tidak mereka perkirakan.     

"Kenapa harus ada adegan ranjang di awal filmnya! " aline memalingkan wajahnya ke sudut lain, dia merasakan malu yang teramat sangat dengan detakan jantungnya yang lebih cepat.     

Dia melihat aditya yang sepertinya bersikap biasa dengan adegan tersebut, dengan cepat dia mengambil remote televisi yang tergelerak di atas meja dan mematikan televisi dengan cepat.     

"Kenapa kamu matikan televisinya? " tanya aditya.     

Dia tertawa senang melihat sikap aline yang seperti ikan kekurangan air karena melihat adegan yang sepertinya baru pertama kali dilihatnya.     

"Bukankah judul filmnya tentang pembunuhan? kenapa malah adegan seperti itu disimpan di awal cerita? " tanya aline marah-marah tanpa sebab.     

"Mana aku tahu " jawab aditya, "bukan aku yang membuat filmnya, dan aku juga belum nonton film itu. Bukannya kamu bilang itu kan sebuah film? itu artinya adegan tadi bohongan "     

Aline mengernyit, "ihh,, dasar pemikiran anak kecil nih! "     

Dia memberi cubitan kecil di tangan aditya karena telah membalikkan semua yang telah diucapkannya tadi.     

"Pak adit pasti sudah biasa melihat film seperti itu karena dulu sekolah diluar negeri! " cetusnya, "atau jangan-jangan sudah terbiasa melakukan ciuman seperti tadi! "     

Aditya tertawa menanggapi ucapan aline tentangnya, dia menangkap satu tangan aline yang mencubitnya tadi.     

"Kamu belum pernah berciuman? "     

"Apa? " aline seketika terdiam dengan wajahnya yang benar-benar seperti seseorang yang terkena demam tinggi, panas dan memerah.     

"Jangan bilang kamu belum pernah berciuman dengan pacar-pacarmu? " dia kembali bertanya pada aline, kali ini memiringkan wajahnya agar dapat melihat reaksi di wajah aline dengan jelas.     

"Kenapa diam saja? " sambung aditya.     

Aline tertunduk, "pak adit boleh menertawakan saya sekarang, karena saya memang tidak pernah seperti perempuan lain yang memiliki ciuman pertama dengan kekasihnya! "     

"Puas? " Aline memasang wajah kesalnya.     

Aditya menahan tawanya, dia tidak mau menyinggung perasaan aline karena ucapannya sekarang ini, dia wanita polos yang baru ditemuinya sekarang ini.     

"Kemarilah " lalu dia memindahkan satu tangannya ke pinggang aline dengan tiba-tiba, dan mendekatkan wajahnya ke arah aline.     

"Jadi aku yang memberikan ciuman pertama padamu sekarang ini! " ucapnya dengan senyuman.     

Kedua matanya memandangi mata aline yang membulat dengan tatapan kakunya dia mulai menggoda wanita itu dengan tatapan tajamnya. Dia terlihat terkejut dengan sikap diam dan reaksi di wajah aline.     

Aline pun terdiam mematung, dia merasakan sekarang ini nafasnya begitu cepat dan detak jantungnya yang bekerja dua kali lipat dari normalnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.