Dia Aditya
Dia Aditya
"Kalau menurutmu aditya benar-benar melakukan hal yang aline sebutkan, atau dia hanya sengaja supaya membuatnya kecewa? " tanya yoga dengan pandangannya masih ke arah layar laptopnya.
Nita tersenyum, "sepertinya itu cara yang dia pikirkan, dia tidak mau membuat seolah-olah dia yang menolak rencana orang tuanya itu. Ketika aline yang memutuskan semua membuat posisinya aman.. "
"Tapi menyebalkan! " sambung nita.
Yoga tertawa kecil, "aku juga berpikiran sama seperti itu "
"Tapi apa aline memang seperti itu ketika mendapatkan masalah? " tanya yoga mengomentari tingkah aline, "selalu meluap-luap ketika menceritakan kekesalannya, dia itu lucu juga seperti baru pertama kali disakiti laki-laki "
"Memang ini pertama kalinya buat aline jalan dengan laki-laki "ucap nita, "kita terlalu fokus pada apa yang ingin dicapai sewaktu kuliah, dan lagi kepala asrama dan senior-senior kami itu galaknya bukan main. Kita pulang kuliah telat lima menit saja harus dihukum membersihkan kamar mandi "
"Itu lebih seram daripada aku kan? " tanya yoga, "bukannya kamu selalu takut kalau sedang aku marahi ketika bekerja dulu? "
Nita tertawa kecil dan memalingkan pandangannya, "dulu kan hanya aku saja yang dimarahi, sampai-sampai ketika cerita tentangku yang ditinggal tunanganku mencuat orang yang pertama menertawakanku itu oppa dokter! "
Yoga tertawa malu, "aku kan tertawa karena senang, karena doa-doaku dikabulkan oleh tuhan... "
"Kamu tidak tahukan kalau setiap aku mendengar kamu bertunangan atau dekat dengan siapapun membuat aku selalu berdoa semoga mereka bukan jodohmu! "
"Jahat tahu! " nita mencubit kecil pinggang yoga yang duduk disampingnya.
Laki-laki itu kegelian, menggeliatkan tubuhnya. Karena sepertinya situasi saat ini sedang tidak bagus untuknya mengerjakan pekerjaannya, diapun menutup laptopnya dan membawa nita kedalam pelukannya.
"Ibu hamil harus banyak istirahat "ucap yoga mencium kening nita, "jadi tidurlah yang nyenyak "
"Apa aku diijinkan untuk bekerja besok? " tanya nita.
Yoga tersenyum, "tapi harus berjanji satu hal "
"Apa? "
"Makanan yang besok aku kirim harus kamu habiskan! " dia memberikan satu syarat mudah untuk istrinya itu, karena dia tahu kebiasaan wanita yang berada di pelukannya itu selalu kesulitan untuk makan banyak. Yoga merasa jika dia mengirimkan makanan itu untuk dimakan bersama rekan yang lain akan menambah selera makannya dan memberikan nutrisi yang baik untuk kehamilannya saat ini.
"Tapi bisakah ditambah dua atau tiga porsi lagi? " pinta nita.
"Untuk siapa? " yoga balik bertanya.
"Satu untuk pendorong yang selalu membantu di ponek, dan biasanya di jam makan siang ada dua petugas yang mengambil sampah medis. Siapa tahu memberikan makanan pada mereka menjadikan doa paling untuk kesehatan dan rejeki kita! "
Yoga selama ini sama sekali tidak pernah memikirkan hal yang nita ucapkan ketika dia bekerja tidak pernah ada yang mengingatkannya untuk berbagi seperti ini dan kali ini nita telah membuatnya tersadar, permintaannya sangatlah sederhana akan tetapi sepertinya itu akan membuat wanita dalam pelukannya itu bahagia.
"Baiklah aku akan membeli lebih sesuai dengan pesanan nyonya yoga " ucap yoga, "sekarang tidurlah supaya besok kamu bisa lebih segar "
Nita tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "selamat tidur ayah axel dan ayah calon bayi... " dia lalu memberikan satu ciuman di pipi yoga.
"Selamat malam.. " yoga tersenyum hanya ketika nita memanggilnya dengan sebutan seperti itu padanya, dia terlalu senang ketika sebutan 'ayah' dari nita untuknya itu keluar dari mulutnya.
Dan ternyata karena terlalu senang membuatnya tidak dapat memejamkan matanya hingga larut malam, dia hanya ingin terus memandangi wajah istrinya yanh tertidur pulas seperti malaikat kecil.
"Bidan kanita "
Nita menghentikan langkahnya ketika pagi ini setelah selesai memberikan laporannya ke pihak kepegawaian dipanggil oleh seseorang.
"Pak adit " ucap nita pelan, dia hanya tersenyum kecil ketika menunggu sosok adit yang berjalan ke arahnya.
"Saya mencari-cari sedari apel tadi, ternyata bertemu disini " ucapnya dengan nafasnya yang terengah-engah, sepertinya dia sedikit berlari untuk bisa mengejar nita.
"Mencari saya pak? " nita memastikan bahwa dialah yang dicari aditya sampai membuatnya harus berlari seperti itu.
"Iya " jawabnya, mengambil nafas terlebih dulu dan mengaturnya.
"Bisakah kita bicara sebentar saja? " lalu kembali melontarkan pertanyaan pada nita, "tadi saya ke poli untuk mencari dokter yoga tapi sepertinya pasien di poli sedang banyak, jadi saya tidak mau mengganggu dokter yoga. Bolehkan saya bicara? "
Nita menganggukan kepalanya dengan kedua matanya yang masih memandangi aditya yang masih terlihat kelelahan.
"Saya tidak bisa menghubungi bidan aline, tadi itu ada erin tapi dia bilang aline tidak masuk hari ini "
Nita terdiam sejenak, memastikan tadi itu sebelum dia ke kantor memberikan laporannya aline sedang melakukan pemeriksaan pada pasien baru. Dan ketika aditya mencarinya erin mengatakan bahwa aline tidak masuk.
"Apa dia sakit? " pertanyaan aditya itu membuyarkan konsentrasi nita.
"Kebetulan saya langsung ke kantor, jadi saya belum mendapat laporan kalau aline sakit " dan nita pun mengikuti permainan kebohongan yang aline buat sekarang ini.
"Apa aline menceritakan tentang kejadian kemarin? " aditya bicara dengan sedikit keraguan.
"Kejadian kemarin? " nita balik bertanya, dia berusaha menjaga perasaan aditya. Karena selain aline laki-laki yang berada di hadapannya ini pun pastilah merasakan hal yang sama seperti aline yaitu rasa malu.
"Saya merasa bersalah pada aline " ucapnya dengan wajah yang penuh penyesalan.
Nita menyembunyikan senyumannya, karena ternyata yang dia pikirkan tentang aditya itu benar. Pastilah ada sesuatu yang membuatnya harus melakukan hal tidak terpuji pada aline.
Dia lalu menceritakan hal yang sama seperti yang aline ceritakan kemarin malam, tetapi kali ini menurut versi aditya walaupun tidak jauh berbeda.
"Saya tidak tahu harus menanggapi seperti apa, pak " ucap nita setelah selesai mendengarkan cerita aditya, "jika bapak bercerita seperti itu pada saya, pak adit tidak boleh lupa kalau saya juga seorang perempuan dan aline adalah sahabat saya tentu saya akan marah.. "
"Karena menurut saya itu adalah hal yang sangat merendahkan kami, mungkin ada di luar sana wanita yang seperti itu tapi tidak dengan aline " sambung nita.
"Iya, saya memang bersalah "
Nita mengambil nafasnya dalam-dalam, "seharusnya pak adit memang bicara dengan dokter yoga karena kalian sama-sama lelaki, dan sangat salah jika bicara dengan saya "
"Tapi saya akan sampaikan pada aline soal penyesalan pak adit sekarang ini "
"Iya, kamu benar " aditya sependapat dengan perkataan nita, dia yang menganggap nita sebagai orang yang paling tepat untuk menjadi orang yang bisa memberikannya solusi terbaik ternyata salah.
Dari pembicaraannya yang walaupun terdengar tenang tanpa nada ketus tapi aditya dapat memastikan bahwa wanita yang sudah membuatnya tidak dapat menerima wanita lain itu marah padanya.
"Bisakah kamu membantu saya? " pinta aditya.
"Membantu tentang hal apa? "
"Saya benar-benar menyesal melakukan hal memalukan kemarin, jadi bisakah membujuk aline untuk mau bicara dengan saya? "
Nita terdiam sejenak, "untuk apa pak adit berusaha meyakinkan aline tentang penyesalan bapak? "
"Saya hanya tidak ingin memulai dan mengakhiri semua ini dengan kebencian " jawabnya, dia menempelkan kedua telapak tangannya yang berada di depan dadanya.
"Saya mohon, beritahukan pada aline bahwa kami harus bicara "
Nita tidak lantas menyetujuinya, dia harus berpikir lebih lama lagi sebelum akhirnya dia memberikan jawaban.
"Saya akan bicara dengan aline, tapi mungkin saya tidak bisa memaksanya. Jadi saya hanya akan bicara saja padanya dan tidak akan memaksanya "
Aditya tersenyum lebar, "terima kasih, setelah ini saya akan menemui dokter yoga untuk meminta solusi terbaik "
Nita hanya memberikan tanggapannya dengan senyuman pada aditya.
Karena dia aditya, seorang laki-laki yang berhati baik, karena dia selalu menolong dan juga menghormati perempuan. Kejadian kemarin itu dia ambil karena dia tidak ingin menyakiti aline lebih jauh ketika dia merasa bahwa dia tidak akan bisa mencintainya, sehingga aline sendiri lah yang memutuskan sendiri keinginan orang tuanya yang menjodohkannya dengan aditya.
"Semoga cinta itu muncul setelah adanya penyesalan.. " nita mendoakan yang terbaik untuk kedua sahabatnya itu.
Karena mereka sama-sama orang baik yang mungkin ditakdirkan oleh tuhan untuk bersama tapi dengan jalan yang rumit terlebih dulu..