Setelah pertengkaran
Setelah pertengkaran
"Hentikan " nita menepisnya, dia merasa pagi ini begitu membuat tubuhnya tidak memiliki tenaga yang baik.
Yoga tersenyum memaklumi sikap istrinya itu, pastilah tidak akan mudah baginya untuk terus menerus bersikap selalu mengalah padanya. Tapi karena dia terlalu cantik walaupun baru saja bangun dari tidurnya membuat yoga tidak dapat lagi menahan rasa takjubnya.
Dia membawa nita untuk masuk kedalam selimutnya dan membiarkan tubuh nita berada di atas tubuhnya dengan kedua tangannya yang mengunci tubuh nita agar tidak dapat mengelak. Dia tersenyum memandangi wajah nita dengan penuh kekaguman pada semua ciptaan tuhan yang mengagumkan di hadapannya.
"Kamu mau memaafkan aku sekarang? "
Nita tertunduk di wajahnya tidak ada senyuman kali ini, "aku kan sudah bilang sudah memaafkan tadi "
"Tapi aku tidak mendengarnya " yoga berucap dan lalu merubah posisi tubuh nita menjadi berada di bawahnya, dan satu tangannya mengusap lembut pipi nita dengan kedua matanya yang tidak lepas memandanginya.
"Jangan cium aku " nita telah lebih dulu memberi peringatan pada yoga yang telah mendekatkan wajahnya, yang memang sepertinya sedang berencana untuk mencium bibirnya.
"Kenapa? " tanya yoga, "bukankah kamu sudah memaafkanku? jadi kita harus merayakannya "
Lalu yoga menempelken bibirnya di telinga nita dan berbisik, "ada yang pernah mengatakan padaku melakukan hal ini setelah pertengkaran itu terasa lebih berbeda "
Wajah nita seketika memerah dan memanas mendengar bisikan dari yoga yang terdengar provokatif sekali padanya. Lagipula dia tidak pernah menganggap hal seperti ini adalah sebuah pertengkaran yang hebat.
"Tidak ada yang seperti itu! " cetus nita membulatkan matanya ke arah yoga dengan sikapnya yang terlihat salah tingkah, "kitakan sudah melakukannya kemarin, jadi hari ini tidak ada perayaan apapun "
"Tidak apa-apa, aku masih sanggup kamu tenang saja. Atau kamu mau aku membuktikannya pada andien dan melihat apakah aku masih bisa membuat seorang anak? " lalu candaan pun muncul dari mulut yoga yang masih dalam pandangan pada nita.
Nita terlihat membulatkan kedua matanya ke arah yoga, dan memukul kecil tangannya.
"Jangan berkata seperti itu, nanti kalau benar-benar terjadi bagaimana? "
Nita berkata seperti itu malah semakin membuatnya gemas dengan sikapnya, dia lalu menghentikan omelan istrinya itu dengan bibirnya. Dia menciumi bibir nita dengan lembut untuk beberapa saat dan saling memandang dengan tarikan nafas mereka yang terlihat lebih cepat.
Yoga tersenyum lagi-lagi memandangi nita tangannya kini bermain begitu lembut di bibir nita, bibir merahnya terlihat karena ciumannya.
"Kenapa dia aneh sekali hari ini " ucap nita dalam hatinya, dia merasakan ciuman yang diberikan oleh suaminya itu terasa berbeda. Membuatnya meyakini kebenaran ucapan yoga tadi, bahwa setiap setelah pertengkaran akan menyimpan kerinduan yang berbeda.
"Dan aku tidak bisa menolaknya, aku sudah terlalu tergoda oleh pandangan dan sentuhannya " dia akhirnya mengakui kekalahannya, ketika yoga kembali memberikan ciuman di bibir yang kemudian berpindah ke seluruh tubuhnya.
Kali ini yoga memberikan sesuatu yang berbeda padanya, entah apa yang membuatnya berubah menjadi seperti itu. Dia begitu membuat nita merasakan gairah berbeda dari suaminya yang semakin hari semakin bertambah. Dia seperti ingin menunjukan bahwa hanya nita lah wanita satu-satunya yang dia butuhkan dan dia begitu sangat bergantung padanya.
Walapun ini adalah sentuhan fisik yang biasa mereka lakukan untuk menunjukan sebuah rasa cinta, tapi kali ini mereka memulainya dengan cara lain.
"Ibu kelihatan tidak sehat " erin yang pagi ini berjaga pagi menghampiri nita di kantornya.
Nita tersenyum tipis mengusap pundaknya yang sedikit berat, "tidak apa-apa, hanya sedikit kecapean "
"Jangan-jangan karena dokter yoga " celetuk erin.
Seketika wajah nita memerah dan tertawa dalam rasa kagetnya, dia segera beranjak dari duduknya dan berdiri.
"Aku ke toilet sebentar " dia segera berjalan menuju ke toilet di ruangannya dan memastikannya terkunci sebelum dia memandangi dirinya di depan cermin.
"Tidak mungkin kelihatan kan? " tanya nita pelan pada dirinya sendiri, dia memastikan semua kancing seragamnya telah benar dan menutupi tubuhnya.
"Gara-gara oppa meninggalkan banyak tanda memalukan, membuatku tidak nyaman bergerak bebas karena takut mereka melihatnya! " nita sedikit kesal melihat semua tanda-tanda merah yang berada di dadanya membuatnya harus dengan hati-hati menutupnya dengan rapat agar tidak ada orang yang melihatnya.
Sepertinya yoga tahu sekali tempat aman untuk meninggalkan jejak cintanya itu pada nita, karena lehernya terbebas dari tanda cinta yang akan membuatnya malu walaupun itu hal biasa bagi semua orang memiliki pasangan dalam ikatan pernikahan.
Nita keluar dari toilet mendapati aditya tengah bicara pada erin dan aline dengan banyak kardus-kardus kecil di ruangannya.
"Ibu, pak adit datang untuk menghias ruangan ini " erin bicara pada nita ketika dia telah selesai dari toilet.
"Menghias ruangan? " tanya nita sambil memikirkan tanggal dan perayaan apa sampai mereka harus menghias ruangannya.
"Wah, ibu masa tidak tahu dokter yoga ulang tahun " ucap aline.
"Ulang tahun dokter yoga bukannya besok? " nita balik bertanya.
Aditya tertawa kecil ke arah nita, "besok itu hari libur, jadi kami memutuskan memberikan kejutannya hari ini, dion juga bilang pada erin kalau petugas ibs juga membuat kejutan hari ini pada dokter yoga "
"Kalau besok acara berdua saja dengan ibu di ruang tidur " erin melontarkan candaan yang membuat nita malu dihadapan semua orang.
Aditya tertawa kecil, menyaksikan wajah nita yang hari ini terlihat sangat cantik dan bercahaya. Tapi di dalam hatinya dia merasakan kesakitan yang harus di pendamnya dan dirahasiakannya dari siapapun. Dan yang dapat melihat rasa sakitnya kali ini adalah aline, dia tahu laki-laki itu memendam perasaanya pada nita dan berpura-pura baik-baik saja untuk bisa tetap berada disampingnya.
"Biar aku bantu " aditya mengambil alih hiasan yang berada di tangan aline yang hendak dia pasang di dinding.
Nita dan erin saling memandang lalu tersenyum senang menyaksikan mereka berdua, ada suasana indah ketika melihat mereka berdua bekerja sama menyelesaikan pekerjaan menghias ruangan yang merupakan ide dari aditya sendiri.
"Apa kamu sudah tentukan dimana kita bicara supaya orang tua kita percaya kalau kita berencana saling mengenal terlebih dahulu? " tanya aditya pada aline.
Aline memasang wajah kagetnya, "aku tidak tahu dimana tempat untuk bicara seperti itu pak, aku kan belum pernah pergi ke tempat yang biasa dipakai anak muda nongkrong "
Aditya tertawa kecil, "kalau begitu biar aku saja yang carikan, besok aku jemput kamu di rumah. Aku harus meminta ijin pada orang tuamu supaya mereka percaya bahwa kita memang melakukan pendekatan "
"Iya baiklah " aline menyetujui apa yang sudah aditya rencanakan untuk acara mereka nanti dalam rangka memenuhi cita-cita orang tua mereka yang sedang berusaha mendekatkan mereka berdua.
Nita diam-diam menyaksikan aditya dan aline yang terlihat serasi di matanya, dia hanya berharap keduanya berada dalam satu garis jodoh. Nita merasa aline sahabat terbaiknya itu sangat cocok dengan aditya yang juga baik. Karena orang yang baik akan diberikan pasangan yang terbaik oleh tuhan.
"Ibu semua sudah selesai " ucap erin, "sebelum ruang ibs kita harus mendahului mereka dan menjadi yang pertama memberikan kejutan pada dokter "
"Apa ibu sudah siap? " tanya aline kali ini.
"Aku? " nita menunjuk dirinya sendiri, "aku harus bersiap apa? "
Nita kemudian melihat gelagat aneh dari ketiga orang di hadapannya itu, mereka terlihat memperlihatkan senyuman kecilnya ke arahnya.
"Ini mudah bu " aline membawa nita dengan paksa keluar dari ruangannya diikuti oleh erin dan aditya yang sedari tadi senyum-senyum aneh pada nita. Sepertinya mereka telah membuat rencana ini tanpa sepengetahuannya untuk memberikan kejutan pada konsulen mereka itu.