Jangan Sakiti putraku!
Jangan Sakiti putraku!
"Apa ayah hari ini banyak pasien yang marah-marah padanya, bu? " tanya axel pada nita.
Nita tersenyum mendengar ucapan axel, "iya, pasien hari ini sangat banyak. Tapi mereka tidak marah-marah pada ayahmu "
"Ayahmu itu kan dokter yang baik, jadi tidak ada pasien yang marah-marah padanya " sambung nita.
"Syukurlah " ucap axel, "aku pikir ayah dimarahi oleh pasiennya "
Nita tersenyum seraya mengusap lembut punggung axel, "kita kerjakan tugasnya ya.. "
Dia lalu mulai membaca soal dari buku pertama yang axel buka, untuk putranya itu walaupun dia merasa lelah dia akan selalu berusaha untuk menemaninya.
"Atau mungkin ayah kesal karena dia terlalu memikirkan ketakutannya tidak akan mendapat hadiah di ulang tahunnya lusa, bu? "
Dahi nita berkerut, jika axel tidak mengatakannya pasti dia akan lupa dengan hari yang begitu spesial untuk suaminya itu.
"Bubu justru lupa " bisik nita pada axel, "untung kamu mengatakannya sekarang "
Axel tertawa kecil, "wah, kalau ayah tahu bubu lupa dia pasti marah besar "
Nita tertawa menyimpan jari telunjuknya di depan bibirnya, dia perlihatkan pada axel untuk merahasiakan lupa nya tersebut.
"Aku tidak akan bicara " axel bicara dengan suara yang pelan.
Nita mengedipkan satu matanya ke arah axel dan kembali membaca soal tugas sekolah milik putranya itu. Dalam pertengahan mengajari axel dia merasakan sedikit berat pada kepalanya, dia terlihat mengusap keningnya perlahan-lahan.
"Bubu tunggu sebentar " ucap axel, dia beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari ruang tidurnya.
Beberapa saat kemudian dia muncul dengan membawa sepiring kue dan segelas air, dia lalu memberikan air dan makanan yang dibawanya itu pada nita.
"Bubu ajari aku sambil menghabiskan makanan dan minuman yang aku bawakan " ucapnya pada nita, "maafkan aku sudah membuat bubu harus menemaniku mengerjakan tugas sekolah, sampai bubu pusing "
Nita tersenang menerima makanan dan minuman yang axel bawakan untuknya, sepertinya kejadian hari ini telah membuat pikirannnya bekerja ekstra dan menghasilkan satu efek sakit kepalanya padanya. Tapi tindakan axel padanya membuat semua yang dirasakan saat ini begitu ringan dan dia yakin bisa melaluinya.
"Apapun keadaanku, kamu tetap prioritasku! " cetus nita dalam hatinya, seraya memasukan satu kue yang kedalam mulutnya berharap rasa pusing yang melandanya akan hilang setelah dia makan kue tersebut. Dia berharap di setiap kejadian yang dialaminya dapat menjadikannya banyak belajar untuk menjadi lebih baik.
NIta melangkahkan kakinya menuju ke ruang tidur, akan tetapi di tengah perjalanan dia teringat bahwa tadi yoga mendapat satu luka karena pukulan dari suami rekannya itu. Dia lalu berbalik dan mengambil kotak obat terlebih dulu sebelum akhirnya dia masuk ke ruang tidurnya.
Dia menghampiri yoga yang telah selesai membersihkan diri dan tengah memeriksa lukanya dengan berdiri di depan cermin.
"Biar aku obati " ucap nita, "sebentar aku cuci tangan terlebih dulu "
Dia lalu masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci tangannya dan tidak lama kembali menghampiri yoga yang masih berdiri di depan cermin.
"Biar aku lihat lukanya " dia memegang dagu yoga dan memperhatikan luka memar di pipi kiri suaminya itu.
"Memarnya tidak terlalu luas " nita lalu mencari obat yang akan dia oleskan pada luka memar yang dialami oleh yoga.
"Apa di dalam mulut ada luka juga? " nita kembali memastikan sebelum dia mengoleskan obatnya, dia segera mengambil pen light dan menyalakannya, "coba aku lihat, buka mulutnya sebentar aku harus memastikan tidak ada luka "
Dan karena perasaan bersalah dan malu pada nita yoga mengikuti semua yang di ucapkan nita padanya, seperkian detik dia telah merasa menjadi laki-laki yang paling bodoh karena telah mengucapkan kata-kata yang mungkin saja telah menyakitinya tadi.
"Aku rasa ini akan berefek stomatitis " ucap yoga ketika nita mengoleskan obat pada pipinya.
Nita tersenyum kecil, "nanti aku bilang pada mba mumu untuk memasak lebih banyak sayuran supaya stomatitisnya dengan cepat dapat sembuh "
"Kenapa kamu malah bersikap seperti ini " ucap yoga dalam hatinya ketika nita masih mengobatinya, "apa dia tidak ingin meluapkan kemarahannya padaku karena aku telah mengatakan hal yang mungkin menyakitinya tadi "
Dia masih dalam rasa bersalahnya pada nita karena kejadian tadi, dan rasa bersalahnya semakin bertambah ketika wanita berhati emas itu justru membantunya merawat luka yang didapatkan karena perbuatan suami andien padanya.
Nita tersenyum ke arah yoga, "sudah selesai, apa mungkin harus minum antibiotik supaya tidak menyebabkan efek lain pada tubuh? "
"Iya aku akan meminumnya nanti " ucap yoga masih memandangi nita dengan lekat, wanita itu tengah merapikan obat yang dibawanya kedalam kotak obat yang dibawanya.
"Tunggulah sebentar di ruang makan " ucap nita, "aku akan mandi sekarang "
Dia lalu membalikkan tubuhnya untuk pergi dari hadapan yoga, tetapi yoga dengan cepat menahannya dengan pelukan dari arah belakangnya.
"Jangan seperti ini, aku mohon. Ini membuatku merasa sangat bersalah " yoga mengatakan semua hal yang ingin dikatakannya pada nita.
"Marahlah padaku, apapun itu maki atau berucaplah kasar padaku karena aku tahu ucapanku tadi telah menyakitimu. Dan mungkin setelah ini kamu tidak pernah lagi mempercayaiku setelah mendengar apa yang sudah dikatakan oleh suami andien tadi "
"Jika seperti ini akan membuatku lupa pada kesalahanku, karena menganggap kamu baik-baik saja dengan kejadian hari ini " yoga kembali berucap dalam pelukannnya pada nita.
Nita terdiam seolah-olah dia tidak memberikan respon pada permintaan maaf suaminya itu, dia hanya memandangi tembok yang berada di hadapannya dengan tatapan kosong.
Untuk beberapa saat dia terdiam membiarkan yoga memeluknya, dia lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan berbalik ke arah yoga dan memandangi wajahnya begitu lekat.
"Aku akan melupakan sakit hatiku karena ucapan oppa dokter tadi tentang andien, ataupun hubungan kalian yang aku tidak tahu selama ini " ucapnya, dia sengaja memelankan ucapannya agar yoga mendengarkannya dengan baik.
Dia masih dalam tatapannya matanya menangkap sosok yoga dalam matanya, beberapa waktu kemudian terlihat kedua matanya berkaca dan meneteskan air mata.
"Aku bisa menahan rasa sakit hatiku sendiri " nita berucap dalam tangisnya, "tapi aku mohon jangan luapkan kekesalanmu pada axel, membentaknya seperti tadi itu justru lebih menyakitkan hatiku dibandingkan kata-kata yang kudapat tadi "
Tangisannya semakin menjadi, "jangan sakiti putraku, jika kamu memutuskan pergi bersama andien pergi saja dan tinggalkan axel bersamaku! "
"Hey, kenapa kamu berpikiran seperti itu " yoga mencoba menenangkan nita dan membiarkannya menangis di dekapannya, "aku sama sekali tidak pernah memiliki niat seperti itu, aku minta maaf tadi itu aku hanya terlalu egois karena terlalu memikirkan perasaan sahabatku. Aku benar-benar menyesal, aku minta maaf apalagi kembali membuatmu menangis seperti ini, aku tidak pernah melakukan seperti yang di ucapkan oleh suami andien tadi. Bukankah selama ini aku selalu membawamu bersamaku untuk menghindari hal-hal yang dulu pernah kamu takutkan tentang aku dan andien "
Nita mulai menghapus bulir-bulir air matanya yang tiba-tiba muncul dan dia tidak dapat menahannya, dia begitu melankolis sekarang ini. Dia hanya tidak ingin siapapun menyakiti putranya walaupun itu adalah yoga yang sebagai ayah kandung, kali ini dia merasakan kesakitan yang teramat sakit.