Bab 193 \"MINTA MAAF\"
Bab 193 \"MINTA MAAF\"
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.
GUYS… MASIH ADA TIGA ORANG YANG BELUM HUBUNGIN AKU UNTUK MENGAMBIL HADIAN YANG UDAH AKU SIAPIN.
OH IYA GUYS.. AKU ADA CERITA BARU YANG JUDULNYA PERNIKAHAN SATU MALAM. YUKS RAMAIKAN RIVIEW, KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS…
SEPERTI BIASA, KALAU BANYAK KASIH POWER STONE, AKU AKAN KASIH HADIAH UNTUK KALIAN. MASIH ADA 3 ORANG LAGI YA, YANG BELUM HUBUNGIN AKU.
MAAF YA GUYS... AKU BEGINI LAGI. LOVE YOU SEMUANYA...
HAPPY READING....
Tidak sampai seminggu Kenan sudah kembali dari Australia. Ia sampai sekitar pukul 11 siang di bandara Sukarno-Hatta. Kenan tidak pulang ke rumah, ia langsung pergi ke butik milik Lova. Dengan kemeja yang lengannya tergelung sampai siku dan kancing kemejanya terlepas satu di bagian atasnya ia melangkah masuk ke dalam butik.
"Di mana Lova?" tanya Kenan pada salah satu karyawan Lova yang sedang melayani tamu.
"Ah, bu Lova ada di—"
Kenan malas mendengarnya, ia pun langsung melangkah masuk begitu saja mencari di mana ruangan Lova. Berita yang ia dengarnya langsung dari Qia membuatnya tidak betah lama-lama di Australia, Raka pun sama saja ia tidak suka mendengarnya. Jadi, ketika Kenan mengatakan dirinya ingin segera menyelesaikan semuanya. Raka pun menyetujuinya, dia juga selain Qia yang membutuhkan perlindungan Kenan Chika mengatakan Raka segera pulang untuk mendaftarkan pernikahan di kantor KUA.
"Lova, di mana lo!" teriak Kenan memanggil Lova.
"Pak, pak… Bu Lova sedang ada klient, tolong tunnggu sebentar," ucap salah satu karyawati Lova.
"Gua enggak peduli! Lova, ke luar Lo!" teriak Kenan masih bergerak untuk mencari di mana ruangan Lova.
"Kak, ada apa?" tanya Lova membuat Kenan kini menolehkan kepalanya dan menatap tajam Kenan.
Tanpa menjawab pertanyaan Lova, ia melangkah mendekat dengan langkah pastinya. Kemudian ia menarik pergelangan tangan Lova. "Ikut gua!" tegas Kenan.
"Kak, kita mau ke mana?" tanya Lova yang kakinya pun mengikuti langkah Kenan. Untungnya dia tinggi jadi bisa dengan mudah mengikuti langkah kaki Kenan.
Kenan mendorong masuk Lova ke dalam mobil yang tadi menjemputnya. Supir pribadi keluarga Kenan itu pun mengernyitkan dahinya melihat Kenan membawa Lova yang di ketahui sebagi sepupu Kenan itu dengan kasar. Bahkan ketika menyuruh Lova masuk, Kenan pun mendorongnya dengan kasar. "Pak, kita ke kantor Raka," ucap Kenan pada sang supir.
"Baik, den" jawab si supir.
"Ngapain kita ke kantor kak Raka?" tanya Lova seraya memijit pergelangan tangannya yang terasa sedikit sakit.
Kenan tidak menjawab, dirinya hanya diam saja. "Kak, jawab!" kesal Lova.
"Diam! Kamu ikut saja, enggak usah berisik!" tegas Kenan.
Kenan pun mengambil handphonenya dan mendial nomor seseorang. "Hallo," ucap Kenan setelah sambungan telephone terhubung.
["Hallo, kak,"] jawab orang di sebrang sana yang tidak lain adalah Qia.
"Lagi di mana?"
["Ya di kantor lah, kak,"] jawab Qia.
"Oh, ya sudah kalau di kantor,"
["Hah!"] Qia bingung dengan pertanyaan Kenan dan jawaban Kenan hanya seperti itu saja.
"Aku tutup telphonenya," ucap Kenan.
["Iya, kak"] jawab Qia dan setelah itu, sambungan telephone pun terputus.
Lova mengernyitkan dahinya melihat Kenan yang barusan menutup telphonenya. "Siapa yang kakak telephone, istri kakak?" tanya Lova dengan raut wajahnya yang tidak suka dengan Kenan menelphone Qia.
Kenan lagi-lagi diam tidak menjawab pertanyaan Lova membuat Lova menjadi sangat kesal. "Kakak sebenernya ini mau apa, sih? Tiba-toba narik tangan aku, padahal tadi aku sedang ada klient. Terus, tiba-tiba pergi ke kantor kak Raka. Apa maksudnya kak?" tanya Lova dengan suara yang sedikit meninggi. Ia tidak peduli jika orang yang di dalam mobil merasa tidak nyaman dengan teriakannya.
Ia benar-benar tidak bisa menebak apa maksud Kenan dengan semua ini. "Pak, berhenti di sini!" tegas Lova tanpa menatap supir, ia hanya menatap kea rah Kenan dengan tatapan marahnya.
"Terus jalan, enggak usah dengerin dia pak!" tegas Kenan dengan suara begitu dingin.
"Lova akan loncat kalau bapak enggak berhentiin mobilnya!" ancam Lova dengan tatapan tajamnya kea rah supir.
"Terus jalan pak, enggak usash dengerin dia!" tegas Kenan dengan suara dinginnya. Lova membelalakkan matanya mendegar ucapan Kenan. Kenan benar-benar berubah, tidak seperti Kenan yang ia dengar.
"Kakak berubah," ucap Lova menatap kecewa pada Kenan.
Kenan diam tidak menjawab membuat Lova sangat marah. Dia pun dengan nekat sudah membuaka kunci pintunya tetapi, Kenan dengan cepat menarik tubuh Lova dan mengunci kembali pintunya. Posisi tubuh Kenan kini kedua tangannya memegang kedua bahu Lova kuat, wajahnya berhadap-hadapannya cukup dekat membuat Lova menahan napasnya karena wajahnya yang begitu dekat dengan Kenan. "Jangan harap kamu lepas dari aku, sebelum kamu minta maaf pada Qia!" tegas Kenan dengan sorot mata tajam mengintimidasi lawan bicaranya.
Dengan kuat Lova mendorong tubuh Kenan ketika sadar denagn apa yang di ucapkan Kenan. "Apa maksud kakak?" tanya Lova tidak mengerti.
"Jangan pura-pura di hadapanku!" tegas Kenan. "Apa kamu pikir aku akan percaya jika kamu pura-pura tidak mengerti?" lanjut Kenan bertanya dengan suara yang begitu dingin.
"Aku sama sekali enggak melakukan apapun kak, kenapa aku harus minta maaf?" tanya Lova dengan nada suara meninggi.
"Kamu mengakui jika akan menbrak Qia sehari sebelum kecelakaan. Apa itu bukan kesalahan?" tanya Lova.
"Kak, mana mungkin aku lakuin itu. Aku aja enggak tega lihat kucing jalanan yang terluka. Aku pasti bawa itu kucing ke dokter hewan. Apa kakak lupa tentang hal itu?"
"Semua orang bisa berubah dan aku ingat bagaiaman kamu tidak menyetujui pernikahanku dengan Qia."
"Aku hanya tidak suka, tapi bukan berarti aku akan nekat untuk bunuh mbak Qia," jawab Lova dengan wajah sedihnya.
"Enggak usah sok sedih kamu, Qia enggak akan mungkin berbohong tentang masalah ini!" tegas Kenan yang mulai meragu.
"Lebih baik kakak cek cctv saja, apa benar aku datang menemui mbak Qia. Lagi pula, jika aku mengakui kejahatanku bukankah aku menggali kuburanku sendiri?" tany Lova dengan wajah berkaca-kaca.
Kenan terlihat berpikir, apa ia harus mengecek cctv untuk memastikan kebenarannya. Namun, Lova yang ia kenal memanglah anak baik, walau Lova salah karena jatuh cinta pada dirinya. Tapi, Qia yang ia kenal juga tidak pernah berbohong sama sekali. Terbukti tentang aurora yang mengancamnya, awalnya ia tidka percaya dengan perkataan Qia. Akan tetapi, ketika Aurora dengan beberapa wanita menyiksa Qia di dalam kamar mandi wanita yang saat itu sudah sangat sepi Kenan akhirnya percaya jika Qia tidak berdusta.
Kenan menatap Lova dengan tatapan mata yang tidak bisa di jelaskan, dia ingin mempercayai Qia tetapai Lova ada benarnya. Mana mungkin orang mengakui kesalahannya. Itu sama saja menggali lubang kematiannya sendiri.
TBC…
YO YO YO… GIMANA INI GUYS…
YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…