Bab 187 \"KE MANA?\"
Bab 187 \"KE MANA?\"
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING…
GUYS.. YANG MENANG JEMARIN HARAP MENGHUBUNGI AKU YA GUYS...
DAN JUGA AKU ADA NOVEL BARU, BISA LAH... MAMPIR UNTUK BANTU RIVIEW DAN JUGA POWER STONE HEHEHE...
Qia memperhatikan handphonenya saja ketika ia makan malam. Seharusnya Kenan sudah memberi kabar padanya jika sudah sampai. Namun, sampai pukul 7 malam, Kenan masih belum memberikan kabar pada Qia. Kenan meletakkan sedoknya, ia tidak menghabiskan nasi goreng yang tadi ia beli ketika perjalanan pulang.
Qia sedang malas memasak, apalagi dirinya hanya sendirian saja di rumah. Jadi, ia lebih baik beli makan di luar di bandingkan memasak. Qia jika sedang malas memasak dirinya akan membeli makanan di luar atau terkadang ia tidak akan makan. Lagi pula, ia tidak membeli makan selama sebulan. Jadi menurutnya tidak masalah jika sesekali membali makan diluar ketika ia sedang malas memasak.
Qia meminum air putih yang tadi sudah ia ambil di gelas kemudian menegaknya hingga tanda. Nasi goreng yang hanya ia makan 3 suap itu ia letakkan di bawah tudung saji yang ada di meja makan. Setelah itu Qia berdiri dari duduknya, berjalan ke dapur untuk kembali mengambil air mineral sekaligus ia ingin membuat kopi instan.
Qia menuangkan kopi instan kedalam mug yang cukup tinggi kemudian mengisinya dengan air panas. Seharusnya kalau standarnya membuat kopi instan itu setengah gelas untuk gelas mug, tetapi Qia tidak. Ia mengisi penuh gelas mug itu dengan air panas. Dan menurutnya itu saja rasanya masih terlalu manis. Namun, tidak akan semanis yang airnya setengah mug saja.
Satu mug itu isinya dua gelas belimbing, jadi tahukan jika Qia tidak menyukai yang manis. Namun, tidak berlaku dengan coklat, Qia sangat menyukai rasa coklat yang manis. Qia membawa dua gelas ke ruang televisi. Satu gelas berisi air putih dan satu gelasnya berisi kopi instan. Qia duduk dan meletakkan dua gelas minum yang ia bawa itu ke atas meja sofa. Ia meraih remote televisi kemudian menghidupkan televisinya.
Qia mencari tontonan drama korea yang beberapa hari tidak ia tonton. Ia sedang menonton kembali darama Fullhouse yang di perankan oleh Bi Rain dan Song Hye kyo. Beberapa kali dirinya menonton, entah kenapa ia tidak ada bosan. Qia pun meraih toples cemilan yang berisi keripik singkok balado.
Ia begitu asyik menonton hingga tidak melupakan suaminya yang belum juga menghubunginya. Qia tertawa dan menahan malu ketika melihat adegan pemeran utama wanita bernama ji eun yang sedang menyanyi tiga beruang pada mertua dan nenek mertuanya karena ia tidak membawa bingkisan apa-apa.
Kopi yang ia buat sudah habis di minum, Qia memanyunkan bibirnya karena kopinya sudah habis. Ia ingin membuat lagi, tetapi ia takut asam lambungnya malah naik. Apalagi dirinya yang tadi hanya makan sedikit. Qia pun hanya meminum air putih saja dan kembali melanjutkan tontonannya.
Tidak terasa sudah pukul 2 pagi dan Qia pun akhirnya mematikan televisinya kemudian mengambil selimut dan mematikan lampunya dengan remot yang terhubung dengan lampunya. Ia memilih tidur di sofa karena sudah sangat mengantuk. Jadi, ia malas mau berjalan ke kamar.
Sama halnya dengan Qia, Chika pun mengkhawatirkan Raka yang masih belum meberinya kabar Bahkan ia tidak bisa benar-benar tertidur. Sedari tadi ia berusaha memejamkan matanya, tetapi otaknya terus bekerja dan ia sama sekali tidak bisa tidur. Blak-balik Chika melihat notifikasi handphonenya. Ia juga tadi sudah mencoba menghubungi Raka, tetapi tidak juga tersambung. Ia begitu kesal karena Raka tidak mengabarinya sama sekali. Padahal Raka berakata jika ia akan mengabarkan jika sudah sampai.
Seharusnya Sekitar pukul 4 sore tadi, Raka sudah sampai di Bandar Udara Internasional Canberra. Namun, sampai detik ini tidak ada tanda-tanda Raka memberinya kabar. "Apa kamu ketemu wanita dan langsung bermain dengan wanita itu?" tanya Chika yang tahu bagaimana Raka.
Ia tahu Raka yang suka bermain dengan wanita-wanita di luar sana. Walau selama menjalin hubungan dengannya, Raka sama sekali tidak pernah lagi berhubungan dengan wanita. Hanya saja, terkadang Raka masih suka menggoda wanita. Padahal Raka sedang jalan dengan Chika, tetapi dengan gampangnya Raka menggoda wanita lain di depan Chika.
Raka sama sekali tidak menyembunyikan dirinya di depan Chika jika dirinya suka tebar pesona bahkan membawa wanita keranjang. Alasan Raka tidak menyembunyikannya karena hubungan mereka hubungan simbiosis mutualisme. Jadi, sebelum nantinya terdapat kesalah pahaman Raka pun memberi tahukan pada Chika bagaimana dirinya dengan perempuan di luar sana. Walau hubungan mereka hanya sebatas hubungan simbiosis mutualisme, tetap saja Raka menghargai hubungan mereka.
Chika kembali menghubungi nomor Raka, tetapi masih saja tidak terhubung sama sekali. Dengan kesal Chika membanting hendphonenya kuat ke atas tempat tidur. Chika menyibak selimut yang ia pakai dengan kasar, kemudian ia turun dari tempat tidur. Dengan wajah lesu dan malas ia melangkahkan kakinya kekamar madi untuk membasuh wajahnya supaya lebih segar.
Setelah membersihkan wajahnya, ia keluar dan berjalan untuk mengambil laptopnya di atas meja nakas. Ia kemudian berjalan ke luar dari kamar dan berjalan ke ruang televisi. Ia duduk di atas karpet berbulu di lantai dan laptopnya ia letakkan di atas meja sofa. Ia menghidupkan laptopnya kemudian mengabil remote untuk menghidupkan televise.
Ia menghidupkan televisi saja tanpa melihat siaran apa yang sedang di tampilkan di layar televisi. Chika akan melanjutkan tulisannya di lembar kerjanya. Sudah beberapa tahun terakhir ini Chika mencurahkan isi hatinya melalui rangkaian kata yang akhirnya menjadi satu kesatuan dalam sebuah kalimat . Dari kalimat menjadi paragraph-paragraf dan terbentuklah sebuah novel. Ia membuat novel bukan untuk mendapatkan uang, ia hanya melampiaskan kekesalannya melalu sebuah tulisan.
Psikiaternya lah yang menyarankan Chika untuk mencoba menuangkan amarah dan ketakutannya ke dalam curahan hati di buku catatan. Namun, dari buku catatan ia akhirnya membuat rangkaian kata sehingga menjadi sebuah alur cerita. Kurang lebih ada total 7 buku selama dua tahun ini yang dia garap. Dua di antaranya masih tahap penulisan masih belum tamat. Ia menulis di salah satu platform menulis tanpa menggunakan kunci, sehingga orang-orang bebas menikmati novel yang ia bawa.
Kebanyakan novel yang ia ciptakan tentang wanita yang tidak bahagia karena orang tuanya bercerai, orang tuanya yang tidak peduli semunya bersifat cerita keluarga. Kisah percintaan tokoh utamanya sediri tidak terlalu banyak. Selain bertema tentang kisah keluarga, ia juga mengambil tema psikologis tentang mental-mental orang ketika menghadapi permasalah besar seperti apa.
Ia bahkan bertanya pada dokternya bagaimana tentang penyakit ini dan bagaiamana cara penyembuhannya. Dari dokternya sebenranya melarang, tetapi Chika memaksa dan ia pernah berkata. "Aku butuh pelampiasan dengan cara menulis. Dan sekarang aku nyaman, seharusnya dokter mendukung," ucap Chika saat itu menatap sang dokter.
TBC…
YO YO YO… GIMANA INI GUYS…
YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…