Bab 185 \"TIDAK TERTAHAN\"
Bab 185 \"TIDAK TERTAHAN\"
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING…
Hari ini Kenan berangkat ke Australia, Qia sama sekali tidak ikut mengantarkan Kenan ke bandara karena terlalu ribet jika harus pergi ke bandara menggunakan kendaraan umum. Jadi mereka berpisah di depan lobi appartement. Kenan berangkat di anatar supir dan Qia pergi ke halte untuk menaiki bis.
Di dalam bis Qia mendengarkan musik menggunakan headsetnya dan ia kemudian bersedekap. Untuk saja ada kursi kosong sehingga ia bisa duduk dan menghilangkan ketakutannya. Qia sengaja menyetel musiknya dengan volume full karena ia tidak mau mendengarkan decitan. Kecelakaan yang baru saja ia alami itu terlihat begitu nyata ketika ia mendnegar suara decitan.
Rasanya adegang kecelakaan yang ia alami seperti ia sedang menonton karena itu tergambar jelas di hadapannya. Dari kecelakaan ketika bersama keluarganya dan kecelakaan bersama Kenan. Raka sengaja tidak berangkat bersama dengan Kenan karena takut orang kepercayaan kakek Kenan masih mengikuti mereka.
Kenan sudah masuk ke dalam pesawat, ia mengambil kelas bisnis supaya lebih lega Saat ini ia merasa gelisah karena Raka masih belum duduk di kursi sebelumnya. Kenan menoleh ketika seseorang duduk di kursi sebelahnya. Ia tersenyum, hanya sebentar dan setelah itu ia mengalihkan pandangannya seolah-olah mereka tidak saling mengenal. Dalam hatinya ia merasa lega karena Raka sudah datang dan duduk di kursi di sebelahnya.
Orang yang baru saja datang itu Raka, itu sebabnya Kenan tersenyum. Berangkat dari rumah mereka tidak bersama begitu pun ketika masuk ke dalam pesawat. Itu sebabnya tadi Kenan sedikit tidak tenang menunggu kedatangan Raka. Raka pun sudah duduk dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, tidak ada pembicaraan antara Raka dan Kenan sama sekali.
Raka hampir saja akan terlambat karena ia bangun kesiangan. Bagiaman tidak kesiangan jika semalam ia sudah mengeluarkan amunisinya ke tubuh Chika. Jadi, semalam setelah makan malama Chika mencuci piring kotornya. Raka sudah melingkarkan tangannya di pinggang Chika dan ia menghirup aroma tubuh Chika di cerukan lehernya.
Ia bahkan sudah meniup-niup telinga bagian belakang Chika membuat Chika kegelian dan bagian bawahnya sudah berkedut meminta lebih. Chika masih berusaha tidak terpengaruh sama sekali dengan apa yang Raka lakukan. Hingga jari jemari Raka mulai masuk ke dalam kaos yang Chika pakai. Jari jemari itu mulai mengusap lembut perut rata yang sedikit membuncit karena baru selesai makan.
Raka menjilat telinga bagian belakang Chika hingga Chika harus mengigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan desahan karena perlakuan tangan dan jilatan lidah Raka sunggung membuat dirinya ingin mendesah. Jari jemari Raka mulai naik ke bagian tas tubuh Chika hingga akhirnya pirng yang sedang di pegang Chika terlepas dari tangannya karena sudah tidak tahan dengan permainan tangan Raka.
Tangan Raka keluar dari dalam tubuh Chika kemudian ia mengambil busa mencuci piring dari tangan Chika dan meletakkannya asal. Ia kemudian membalikan tubuh Chika dan mengalungkan tanganChika ke lehernya. Ia mendaratkan ciuman di bibir Chika. Ciumana yang berubah lumatan itu memancing hasrat keduanya.
Tangan Raka juga sudah meremas-remas dua bongkahan bokong Chika. Raka sedikir mengangkat bokong Chika dan dengan sigap Chika langsung melingkarkan kakinya di pinggang Raka. Ciuman mereka terputus dan mereka mengambil napas dalam-dalam untuk mengisi pasokan udara ke dalam paru-parunya yang terasa habis akibat ciuman mereka.
Mata mereka saling beradu dan kabut gairah mereka pun terlihat di sorot mata mereka masing-masing. Dengan lembut bibir mereka kembali saling menyapa dan saling meraup satu sama lain. Lidah mereka pun sudah bergumul satu sama lain untuk membelit lidah pasangannya.
Chika sekarang sudah tidak sepolos sewaktu pertama kali mereka bertemu hingga Raka begitu menikmati permainan mereka. Raka menggendong Chika dan membawa tubuh Chika ke kamar yang mereka tempati.
Raka menjatuhkan tubuh Chika secara perlahan di atas temoat tidur. Tangan Chika pun dengan gesit memegang ujung kaos yang di kenakan Raka dan menariknya ke atas. Ciumana mereka pun terputus karena Raka harus melepaskan pakiannya. Raka juga tidak mau kalai, ia juga melepaskan kaos Chika dan dua buah melon Chika langsung terpampang di hadapannya karena Chika tidak memakai bra sama sekali.
Raka dengan gusar segera melahap satu buah melon Chika hingga Chika sedikit memekik karena gigi Raka yang gigitannya sedikit sakit. Chika sedikit merasa sakit di dua buah melonna karena mungkin Chika akan datang bulan. Ia berusaha menahan sakit di dadanya. Tidak tahan dengan rasa sakitnya, Chika pun berusaha menarik kepala Raka agar melepaskan melonnya.
Chika pun menggulingkan tubuh Raka hingga jatuh kesamping dan kini Chika yang berada di atas tubuh Raka. "Aku yang main," ucap Chika menatap Raka yang berada di bawahnya.
Tanpa mendengarjawaban dari Raka Chika pun mulai beraksi. Chika mesudah bermain di dada Raka. Ia memilin-milin ujung dada Raka dengan satu tangannya. Satu bagian ujung dada lainnya ia jilati dan ia hisap dengan mulutnya. Permainan lidah Chika di ujung dadanya mampu membuat Raka mendesah.
Chika semakin bersemangat mendengar desahan Raka. Sama seperti pria yang menikmati desahan pasangannya begitu pun dengan Chika yang menikmati desahan Raka. Ia merasa sudah berhasil membuat Raka puas dengan permaianannya jika Raka mendesah seperti ini.
Satu tangannya yang lain kini sudah mulai mengusap pedang Raka dari bagian luar. Jilatana dan gigitan kecil Chika turun ke bawah menyusuri perut dan kini wajah Chika sudah berada di depan pedang Raka. Ia pun tanpa malu menarik celana kolor sekaligus celana dalam Raka bersamaan. Pedang Raka sudah setengah tegak berdiri.
Chika melepaskan celana Raka dan melemparkannya asal. Ia pun memegang pedang Raka kemudian mulai menjilay ujung pedang tumpul milik Raka. Ia menjilat ujung oedang Raka bagaikan lollipop kemudia ia mulai memasukkan pedang raka itu kedalam mulutnya. Tangan Chika pun bergerak naik turun seraya memijit pedang Raka supaya bisa tegak berdiri.
Kapala Chika naik turun dari perlahan hinggan semakin cepat. Kemudian ia pun bermain dengan dua buah telur abadi Raka dengan menghisap dan melumatnya. Ia kembali memasukkan pedang Raka kedalam mulutnya dan menggerakkan kepalanya cepat begitu pun denga pijitan tangannya.
Raka yang sudah tidak tahan segera menarik tubuh Chika keatas kemudian ia membantu melepaskan celana Chika. Setelah itu tanpa aba-aba Raka langsung memasukna pedangnya ke dalam sarung milik Chika tanpa peduli milika Chika sudah lembab atau belum. Chika sedikit memekik karena miliknya masih sedikit kering. Namun, akhirnya mereka berdua pun menikamati permainan mereka. Hingga entah berapa kali mereka bermain.
TBC…
YO YO YO… GIMANA INI GUYS… HU HA.. PANAS, PANAS. BUTUH KIPAS. WKWWKWK
YUKS LAH KOMENT DAN POWER STONENYA BANYAKIN YA GUYS…